Jumat, 3 Oktober 2025

Drone Tempur Quadcopter Bikinan Dalam Negeri Jadi Primadona di TNI AD Fair 2025

Drone tersebut juga bisa difungsikan untuk mengantisipasi serangan musuh terhadap pergerakan tank-tank kavaleri.

Penulis: Gita Irawan
Tribunnews.com/Gita Irawan
PAMERAN ALUTSISTA - Drone tempur bikinan dalam negeri jadi primadona stan Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI Angkatan Darat (Pussenkav TNI AD) dalam TNI Fair yang digelar dalam rangka HUT Ke-80 TNI di Silang Monas Jakarta Pusat pada Minggu (21/9/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Drone tempur bikinan dalam negeri jadi primadona stan Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI Angkatan Darat (Pussenkav TNI AD) dalam TNI Fair yang digelar dalam rangka HUT Ke-80 TNI di Silang Monas Jakarta Pusat pada Minggu (21/9/2025).

Drone tipe quadcopter yang saat ini masih dalam penelitian dan pengembangan PT SAS Aero Sishan serta Pussenkav tersebut menarik perhatian karena ukurannya yang cukup besar.

Baca juga: Drone Kamikaze hingga RCWS Buatan Anak Bangsa Ikut Mejeng dalam Pameran Alutsista TNI di Monas

Drone adalah kendaraan udara tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) yang dikendalikan dari jarak jauh atau dapat terbang secara otomatis menggunakan sistem navigasi dan kontrol.

Sebagian pengunjung penasaran apakah senjata yang dibawa drone tersebut benar-benar bisa berfungsi.

Baca juga: Ajak Anak Lihat Pameran Alutsista TNI di Monas Jakpus, Warga: Kenang-kenangan Kalau Sudah Dewasa

Sebagian lainnya terkejut karena drone tersebut dibuat oleh anak bangsa.

Namun, ada juga pengunjung yang dari kalangan militer penasaran apakah drone tersebut mampu digunakan untuk patroli di hutan-hutan yang ada di pedalaman Indonesia.

Selain ukurannya yang cukup besar, di bagian bawah drone tersebut juga bisa dipasangkan sebuah senjata api.

Total bobot senjata dan amunisi yang bisa dibawanya terbang selama 60 menit dengan ketinggian mencapai 500 meter above ground level (AGL) dan 3000 meter mean sea level (MSL).

Quadcopter adalah jenis drone atau pesawat tanpa awak yang memiliki empat baling-baling (rotor) sebagai sistem penggeraknya. Nama "quadcopter" berasal dari kata "quad" (empat) dan "helicopter". Keempat rotor ini biasanya disusun dalam formasi silang (X atau +) dan berfungsi untuk mengangkat, mengarahkan, dan menstabilkan drone saat terbang.

Chief Operating Officer PT SAS Aero Sishan Hendric Syahriza di sela-sela menjelaskan drone yang dilengkapi kamera tersebut bisa berfungsi untuk misi pengintaian.

Namun, fungsi utama drone tersebut adalah untuk melakukan misi penyergapan guna mengarahkan jalur pasukan musuh.

Drone tersebut juga bisa difungsikan untuk mengantisipasi serangan musuh terhadap pergerakan tank-tank kavaleri.

Drone tersebut, kata dia, sudah dipakai oleh satuan Kavaleri TNI AD.

"(Drone seperti) Ini yang banyak dipakai dalam perang-perang di dunia sekarang," kata Hendric di lokasi.

TNI AD Fair 2025 adalah sebuah pameran besar yang diselenggarakan oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) sebagai bagian dari perayaan HUT ke-80 TNI, berlangsung pada 20–21 September 2025 di Silang Timur Monas, Jakarta Pusat.

Baca juga: Kronologi Oknum TNI Pukul Driver Ojol di Pontianak, Korban Alami Patah Tulang Hidung dan Memar

Pengembangan Doktrin Kavaleri

Kabag Litbangmat Pussenkav Mayor Kav Arkom Fajri menjelaskan saat ini pihaknya tengah mengembangkan doktrin menyusul perkembangan teknologi peperangan yang semakin pesat.

Ia menjelaskan terdapat fungsi pengintaian dan pengawasan dalam konsep pengembangan drone khususya di satuan Kavaleri TNI AD yang tercantum dalam Petunjuk Penyelenggaraan Tahun 2022.

Konsep penggunaan drone yang dikembangkan di satuan Kavaleri TNI AD ke depan, lanjut dia, adalah untuk melakukan pengintaian guna mengetahui letak musuh.

Selain itu, kata dia, dalam pengembangannya drone juga dipasangkan senjata ringan hanya untuk melakukan pertempuran secara terbatas dan bukan pertempuran secara menentukan.

Selain itu, Pussenkav bekerja sama dengan industri pertahanan juga tengah mengembangkan drone kamikaze yang dapat menghancurkan sasaran.

"Namun dala pengembangan ini juga, kita masih dalam proses pengembangan doktrin untuk mengintegrasikab kendaraan tempur dengan drone itu," kata Arkom saat ditemui di sela-sela TNI Fair di Monas.

Ia menjelaskan pengembangan doktrin tersebut telah dilakukan Pussenkav sejak 2019.

Bahkan sebelum pertempuran Rusia-Ukraina meletus, satuan Kavaleri sudah memberikan gambaran adanya keterbatasan kendaraan tempur.

"Ternyata benar-benar terjadi pada saat pertempyran Rusia-Ukraina di mana pada saat itu, kendaraan tempur Rusia saat menginvasi Ukraina banyak yang hancur oleh drone (Ukraina)," kata Arkom.

"Memang di situlah fungsi drone yang kita kembangkan, di samping melaksanakan pengintaian titik-titik rawan kavaleri," lanjutnya 

Ia menjelaskan dalam doktrin pertempuran TNI Angkatan Darat, Kavaleri dan infanteri adalah satuan manuver.

Tugas satuan manuver, lanjut dia, adalah menduduki dan menguasai sektor-sektor strategis musuh apabila peperangan terjadi.

"Sistem operasi pertempuran kendaraan tempur itu tidak bergerak sendiri. Ketika dia bergerak sendiri, itulah yang menyebabkan kehancuran tank. Ada namanya istilah dalam taktik kita, freedom of manuever," jelas Arkom.

"Jadi kendaraan tempur itu sebelum dia menginvasi daerah pertempuran, dia harus dilindungi payung udara. Kalau di TNI AD Arhanud (artileri pertahanan udara). Fungsi payung udara tetap di Arhanud, drone-drone ini fungsinya untuk pengintaian tapi juga dipersenjatai untuk mengantisipasi serangan musuh terhadap tank atau kendaraan tempur," pungkasnya.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved