Senin, 29 September 2025

Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI

Demonstrasi Besar di Indonesia Disebut Jadi Tanda Chilean Paradox, Apa Itu?

Maraknya aksi demonstrasi di seluruh Indonesia belakangan ini disebut sebagai tanda atau gejala Chilean paradox atau paradox Cile di tanah air.

Penulis: Febri Prasetyo
Tribunnews.com/Alfarizy
DEMO DPR - Puluhan pengemudi ojek online memadati lokasi unjuk rasa di depan kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (25/8/2025). (Tribunnews/Alfarizy) 

TRIBUNNEWS.COM – Maraknya aksi demonstrasi di seluruh Indonesia belakangan ini disebut sebagai tanda atau gejala Chilean paradox atau paradox Cile di tanah air.

"Rentetan demonstrasi yang kita saksikan hari-hari ini mencerminkan apa yang disebut sebagai Chilean paradox," kata Abra Talattov, seorang peneliti INDEF, sebuah lembaga riset ekonomi independen, dalam program Kompas Bisnis, Rabu (3/9/2025).

Abra berkata ekonomi Indonesia di atas kertas tampak stabil. Namun, pada kenyataannya di lapangan masyarakat merasa terhimpit oleh ketidakadilan struktural.

Menurut dia, paradoks Cile terlihat jelas di Indonesia. Misalnya karena harga kebutuhan pokok melambung, lapangan kerja terancam tergerus, dan jutaan pekerja platform digital dan manufaktur masih hidup dalam ketidakpastian.

Abra menyebut tewasnya Affan Kurniawan (21), seorang pengendara ojek online (ojol), karena dilindas kendaraan Brimob mencerminkan rapuhnya perlindungan negara terhadap 4,6 juta pekerja gig economy.

Dikutip dari laporan CFDS UGM, gig economy adalah praktik ekonomi berbasis platform yang menggunakan internet dan berpusat kepada kemampuan individu untuk mendapatkan upah sembari memiliki otonomi dan kekuasaan untuk merancang jadwal serta lokasinya untuk bekerja.

"Sementara data PHK di sektor manufaktur sudah menembus 43.500 orang hanya dalam tujuh bulan terakhir," kata Abra.

Abra menilai aksi demonstrasi di Indonesia merupakan peringatan keras atas kegagalan fundamental pengelolaan ekonomi. Di sisi lain, tindakan represif aparat hanya akan memperburuk citra pemerintah.

Menurut dia, solusi atas permasalahan ini bukanlah gas air mata dari aparat, melainkan reformasi fiskal yang adil dan transparan.

Memahami paradoks Cile

Dikutip dari Economic & Political Weekly, istilah paradoks Cile berawal dari kasus yang terjadi di Cile, sebuah negara di Amerika Selatan.

Baca juga: Fundamental Ekonomi RI Masih Kokoh, Ekonom Sarankan Pemerintah Bentuk Komite Stabilitas Sektor Riil

Sejak demokrasi kembali ke Cile tahun 1990-an, negara itu dianggap sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia.

Tingkat pertumbuhan seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya sepanjang sejarah Cile. Bahkan, kekuatan ekonomi Cile disebut sebagai Jaguar Amerika Latin.

Akan tetapi, pertumbuhan tinggi di atas kertas itu ternyata menutupi atau menyembunyikan masalah internal berupa meluasnya kemiskinan dan kesenjangan sosial akibat model ekonomi neoliberal ekstrem.

Pertumbuhan ekonomi memang mengurangi kemiskinan, tetapi di sisi lain juga meningkatkan kesenjangan pendapatan. Bahkan, pada 2020, Cile merupakan negara dengan kesenjangan pendapatan terparah di negara-negara OECD.

Oleh karena itu, terjadi paradoks atau sesuatu yang bertentangan. Di atas kertas, pertumbuhan ekonomi terlihat tinggi, tetapi kesenjangan ekonomi dan sosial juga bertambah tinggi sehinggi memicu ketidakpuasan. Masyarakat Cile merasa kesenjangan ekononi makin buruk.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan