Selasa, 30 September 2025

PDIP: Tanpa Kudatuli tak Ada Anak Tukang Kayu Jadi Presiden, Walaupun Sekarang Sudah Error

Ribka Tjiptaning menilai Peristiwa Kudatuli atau kerusuhan 27 Juli 1996 menjadi salah satu titik penting dalam sejarah demokrasi Indonesia.

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Dodi Esvandi
Tribunnews.com/Fersianus Waku
RIBKA PDIP - Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP), Ribka Tjiptaning dalam peringatan 29 tahun Peristiwa Kudatuli di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Minggu (27/7/2025). (Fersianus Waku) 

Peristiwa Kudatuli adalah singkatan dari Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli.

Hal itu mengacu pada peristiwa pada 27 Juli 1996 saat terjadinya serangan kepada kantor pusat Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang diduduki oleh para pendukung pemimpin partai yang baru saja digulingkan, Megawati Soekarnoputri

Kudatuli menjadi salah satu sejarah kelam dalam perjalanan politik di Indonesia. 

Peristiwa itu menewaskan 5 orang dan menyebabkan 149 orang luka-luka serta 23 orang dinyatakan hilang.

Kerusuhan bermula dari perebutan kantor DPP PDI antara massa dari kubu Megawati Soekarnoputri dengan massa dari kubu Soerjadi. 

Pada saat itu, PDI tengah didera dualisme kepemimpinan yang diawali dari terpilihnya Megawati sebagai ketua umum (ketum) berdasarkan kongres luar biasa (KLB) di Surabaya. 

Namun, beberapa saat setelahnya Soerjadi juga menyatakan dirinya terpilih menjadi ketum partai berlambang banteng itu berdasarkan KLB Medan. 

Saat kerusuhan terjadi, massa yang terlibat bentrok melakukan aksi pelemparan dan kekerasan yang berujung pada jatuhnya korban luka dan tewas. 

Baca juga: Kuasa Hukum Sebut Hasto Kristiyanto Jadi Tumbal Setelah KPK Gagal Tangkap Harun Masiku Sejak 2020 

Pecahnya kerusuhan di Kantor DPP PDI dilatarbelakangi internal partai ini yang terpecah menjadi dua kubu, yakni kelompok yang dipimpin Megawati dan Soerjadi. 

Sebelum kerusuhan terjadi, PDI kedatangan "sosok baru" pada 1987, yakni Megawati, yang mampu mendongkrak suara partai di pemilu. 

Kehadiran putri Soekarno tersebut kemudian membuat popularitasnya melejit, sementara Soerjadi yang berstatus sebagai Ketum PDI menjadi ketar-ketir. 

Soerjadi pun ingin kembali menduduki jabatan sebagai ketum namun upayanya terkendala karena terganjal isu penculikan kader. 

Berangkat dari dugaan itu, PDI menghelat KLB di Surabaya yang menyatakan Megawati terpilih sebagai ketum periode 1993-1998. 

Hasil KLB Surabaya kemudian dikukuhkan dalam musyawarah nasional (munas) pada 22 Desember 1993 di Jakarta. 

Megawati lalu resmi menjabat sebagai Ketum PDI. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan