Kamis, 2 Oktober 2025

Menteri Abdul Mu'ti: Ijazah Penting, tapi Bukan Segala-galanya

Abdul Mu'ti mengatakan kompetensi merupakan bekal yang sangat penting bagi lulusan sekolah formal.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dodi Esvandi
Tribunnews/Fahdi Fahlevi
PUTUS SEKOLAH - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti pada peluncuran Gerakan 1000 Anak Putus Sekolah (APS) SMK Berdaya melalui Program PKK (Pendidikan Kecakapan Kerja) dan PKW (Pendidikan Kewirausahaan) di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta, Senin (30/6/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti mengatakan kompetensi merupakan bekal yang sangat penting bagi lulusan sekolah formal.

Menurutnya, ijazah memang penting sebagai bukti pendidikan formal, tetapi bukan satu-satunya faktor yang dibutuhkan di dunia kerja.

Hal tersebut diungkapkan Abdul Mu'ti pada peluncuran Gerakan 1000 Anak Putus Sekolah (APS) SMK Berdaya melalui Program PKK (Pendidikan Kecakapan Kerja) dan PKW (Pendidikan Kewirausahaan) di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta, Senin (30/6/2025).

"Dalam era dunia sekarang, yang dituntut sebenarnya adalah kompetensi. Pemenuhan sertifikasi dalam pengertian ini ijazah, itu memang penting, tetapi tidak segala-galanya. ujar Abdul Mu'ti.

Menurutnya, dunia kerja saat ini semakin menuntut keterampilan dan kompetensi praktis yang bisa dibuktikan lewat pelatihan dan sertifikasi nonformal.

Ia pun meminta agar siswa SMK juga mengikuti pelatihan di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) maupun Balai Latihan Kerja (BLK) sejak masih duduk di bangku sekolah.

"Kita juga mendorong agar ketika para siswa SMK ini masih sekolah, mereka juga bisa ikut pelatihan-pelatihan di LPK atau di BLK yang diselenggarakan Kementerian Ketenagakerjaan sehingga dia bisa mendapatkan sertifikat selain ijazah," jelasnya.

Abdul Mu'ti menilai pendekatan ini sebagai terobosan penting di tengah dunia kerja yang semakin terbuka.

"Karena dalam dunia yang semakin terbuka seperti sekarang, kompetensi itu yang lebih ditunggu," ucapnya.

Ia mencontohkan pentingnya kemampuan dalam profesi barista menyediakan sajian kopi

“Ternyata menghidangkan kopi itu tidak sekadar kopi saja. Bagaimana roasting-nya, berapa lama, memanaskannya di suhu berapa derajat, itu semua mempengaruhi rasa kopinya," katanya.

"Kalau yang tidak punya keahlian bikin kopi, ya hanya menikmati hitamnya saja. Atau pahitnya saja," tambahnya.

Menurutnya, keahlian-keahlian semacam ini hanya bisa dikuasai lewat pelatihan intensif dan pengalaman, bukan sekadar lewat pendidikan formal.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved