Sabtu, 4 Oktober 2025

Apa yang Terjadi di Pulau Enggano? 4 Bulan Warganya Terisolasi, Prabowo Teken Inpres Pembangunan

Presiden Prabowo Subianto meneken Inpres pembangunan untuk Pulau Enggano setelah selama empat bulan warganya terisolasi dari dunia luar.

DOK. AMAN Bengkulu via Kompas.com
WARGA ENGGANO TERISOLASI - Warga Pulau Enggano nekat menyewa kapal nelayan secara patungan untuk membawa hasil bumi meski harga sewa kapal sangat mahal. Sejak 26 Maret 2025, warga Pulau Enggano terisolasi hingga menyebabkan hasil bumi sulit terjual dan kesulitan mengakses layanan medis. 

TRIBUNNEWS.com - Kondisi lebih dari 4.000 warga Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, menjadi sorotan sebab selama empat bulan terisolasi dari dunia luar.

Kondisi tersebut membuat Presiden Prabowo Subianto meneken Instruksi Presiden (Inpres) mengenai pembangunan di Pulau Enggano, Selasa (24/6/2024).

"Saya berharap rakyat Enggano tetap semangat. Kita akan terus bantu dan mendorong pembangunan di Enggano.

"Sekarang ini saya tanda tangan Inpres untuk mempercepat pelancaran pembangunan di Enggano," kata Prabowo, Selasa, dilansir Kompas.com.

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi di Pulau Enggano?

Warga Terisolasi

Dalam pemberitaan TribunBengkulu.com pada 14 April 2024, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkulu Utara menyalurkan bantuan bahan pokok berupa 16 ton beras untuk warga Pulau Enggano setelah sejak 26 Maret 2025, terisolasi.

Baca juga: DPR dan Pemerintah Gelar Rapat Koordinasi Bahas Krisis Transportasi di Pulau Enggano

Bantuan itu diberikan sebab warga Pulau Enggano terisolasi karena tidak ada kapal angkutan yang menjadi transportasi utama.

Plt Asisten I Sekretaris Daerah Kabupaten Bengkulu Utara, Bari Oktari, mengungkapkan bantuan itu disalurkan menggunakan kapal nelayan.

"Hari ini kita salurkan bahan pokok yang terdiri dari 16 ton beras kepada seluruh masyarakat Enggano," ungkap Bari, Senin (14/4/2025).

"Kita kirimkan melalui kapan nelayan, dengan pola subsidi transportasi, insyaallah berangkat sekitar pukul 19.00 WIB," imbuh dia.

Ketiadaan kapal angkutan yang menjadi transportasi utama, membuat warga Pulau Enggano yang berprofesi sebagai petani, tidak bisa menjual hasil bumi mereka ke luar pulau.

Sekalipun ada kapal alternatif yang datang, maka harga jual akan anjlok jauh lebih murah dibanding biasanya.

"Berdampak sekali, terutama bagi petani, nelayan, dan buruh yang ingin menjual hasil bumi. Jadi kondisi ekonominya terhenti total," ujar Camat Enggano, Susanto, Selasa (29/4/2025), masih dari TribunBengkulu.com.

Seperti yang dialami oleh petani pisang, Iwan. Iwan mengaku ia bersama petani pisang lainnya harus merelakan hasil bumi mereka membusuk di ladang sebab tak ada kapal angkutan untuk menjual hasil kerja mereka ke luar Pulau Enggano.

Kondisi itu menyebabkan Iwan terhambat mengirim uang sekolah untuk anaknya di Kota Bengkulu.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved