Jumat, 3 Oktober 2025

IGC: Tiap Tahun Setidaknya 23 Juta Ton Makanan di Indonesia Berakhir di Tempat Pembuangan Akhir

Setiap tahun orang Indonesia membuang sampah makanan 300 Kg dan masuk peringkat tiga besar negara terburuk bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab

|
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Istimewa
PENGURANGAN LIMBAH MAKANAN - Pernyataan Komitmen Bersama Pengurangan Limbah Makanan di Jakarta, Rabu (18/6/2025).  Komitmen bersama ini turut ditandatangani oleh Ketua Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Ketua IGC Ria Musiawan, serta didukung para tokoh seperti Prof. Nila F Moeloek, Ninuk Pambudy, dan Chef William Wongso.   

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Dunia menghadapi ironi besar yakni saat lebih dari 735 juta orang masih mengalami kelaparan kronis, jutaan ton makanan justru dibuang sia-sia setiap tahun.

Di Indonesia, negeri dengan kekayaan pangan melimpah dan masih bergulat dengan masalah gizi buruk, stunting, dan ketahanan pangan ternyata juga menjadi penyumbang limbah makanan terbesar kedua di Asia.

"Setiap tahun, 23 hingga 48 juta ton makanan di Indonesia berakhir di tempat pembuangan akhir. Ini terjadi di tengah kenyataan bahwa kita masih berjuang melawan stunting dan kekurangan gizi," ujar Ray Wagiu Basrowi, Sekjen Indonesian Gastronomy Community (IGC)  saat acara penandatanganan Komitmen Bersama Pengurangan Limbah Makanan di Jakarta, Rabu (18/6/2025). 

Baca juga: Teknologi Pengolah Limbah Makanan Bisa Dioptimalkan untuk Dukung Pertanian Berkelanjutan

Komitmen bersama ini turut ditandatangani oleh Ketua Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Ketua IGC Ria Musiawan, serta didukung para tokoh seperti Prof. Nila F Moeloek, Ninuk Pambudy, dan Chef William Wongso.

Menurut penelitian Barilla Center for Food & Nutrition, nilai indeks kehilangan dan kemubaziran pangan Indonesia masuk kategori buruk.

Setiap tahun orang Indonesia membuang sampah makanan 300 kilogram dan masuk dalam peringkat tiga besar negara terburuk bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Adapun penelitian Bappenas (2021), potensi sampah yang dihasilkan dari makanan yang terbuang sebelum diolah (food loss) dan sampah makanan (food waste) di Indonesia pada tahun 2000-2019 mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara dengan 115-184 kg perkapita per tahun.

Dikatakan pendiri Health Collaborative Center (HCC) ini, tak hanya soal etika dan keadilan pangan, limbah makanan juga menjadi masalah lingkungan serius. 

Menurut data FAO yang dirujuk dalam diskusi tersebut, 8–10 persen emisi gas rumah kaca global berasal dari limbah makanan—setara emisi industri transportasi global.

“Sisa makanan bukan hanya kehilangan nilai ekonomi, tapi juga menyumbang pada percepatan krisis iklim,” kata Ray.

Baca juga: Perguruan Tinggi Berperan Cari Solusi Mengurangi Limbah Makanan

Untuk itu IGC, sebuah komunitas didirikan dengan maksud memajukan Indonesia melalui kecintaan terhadap makanan dan minuman beserta nilai kebudayaannya menyerukan tiga langkah konkret.

Merekan meminta masyarakat dan pelaku industri pangan yakni ambil secukupnya, habiskan sepenuhnya dengan dimulai dari piring sendiri.

"Dukung restoran dan pelaku kuliner yang menerapkan prinsip zero food waste dan ubah pola konsumsi menuju makan sehat dan berkelanjutan," kata Ray.

Direktur Kewaspadaan Pangan dari Badan Pangan Nasional, Nita Yulianis mengatakan, Indonesia merupakan penyumbang sampah makanan terbesar kedua di Asia. 

Menurut laporan FAO lebih dari 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun secara global, setara dengan sepertiga produksi pangan dunia.

Baca juga: Pemerhati Perempuan Minta Ada Perhatian Serius Tangani Stunting dan Gizi Buruk di Papua Barat Daya

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved