Minggu, 5 Oktober 2025

Sektor Transportasi di Indonesia Hadapi Banyak Tantangan untuk Kurangi Emisi Karbon

Di Indonesia sejumlah pelaku industri transportasi juga terus berupaya menurunkan emisi karbon melalui sejumlah strategi. 

dok Kompas
EMISI GAS SEKTOR TRANSPORTASI - Truk angkutan barang melintas di jalan provinsi di Kulwaru, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Transport and Climate Profile - Indonesia yang diterbitkan oleh Asian Transport Outlook tahun 2024 menyebutkan, sektor transportasi di Indonesia menyumbang sekitar 22 persen dari total emisi gas rumah kaca. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Upaya mereduksi emisi karbon menjadi perhatian serius pemerintah serta sektor industri di banyak negara termasuk Indonesia sebagai upaya mitigasi mengantisipasi tren perubahan iklim dan kenaikan suhu udara yang terus terjadi.

Laporan Global Carbon Project (2022) menyatakan, Indonesia menempati posisi ke-6 di daftar negara penyumbang emisi karbon terbesar di dunia.

Baca juga: Aktivis Iklim Greta Thunberg Ikut Kapal yang Berlayar ke Gaza, Bertujuan Mematahkan Blokade Israel

Total emisi karbon Indonesia tercatat mencapai 729 juta ton CO2 atau setara 1,8 persen total emisi karbon di dunia. Di 2022, kontribusi emisi karbon Indonesia berada di bawah China, Amerika Serikat, India, Rusia, dan Jepang. 

Emisi karbon Indonesia di tahun tersebut berada di atas 2 negara maju, yakni Jerman di peringkat 8 yang melepas sebanyak 666 juta ton CO2 dan Korea Selatan (di peringkat 10) dengan melepas 601 juta ton CO2.

Baca juga: Menhut: Indonesia-Prancis Memperkuat Kerja Sama Pengelolaan Hutan Berkelanjutan dan Mitigasi Iklim

Laporan Climate Watch (2023) di situs Our World in Data menyatakan, sektor transportasi menjadi penyumbang keempat terbesar terhadap emisi karbon di Indonesia di 2020 sebanyak 126,42 juta ton CO2.

Transport and Climate Profile - Indonesia yang diterbitkan oleh Asian Transport Outlook tahun 2024 menyebutkan, sektor transportasi di Indonesia menyumbang sekitar 22 persen dari total emisi gas rumah kaca. 

Nitipon Tansakul, Regional Head of Sustainability, APAC, Rhenus Air & Ocean upaya mengurangi emisi karbon dan mendorong partisipasi para pelaku bisnis di sektor ini menghadapi tantangan pada aspek transparansi dan konsistensi data.

"Data emisi karbon belum tersedia karena metode perhitungan emisi berbeda-beda antar moda transportasi dan penyedia jasanya, sehingga menyulitkan proses pelacakan," ungkap Nitipon Tansakul dalam interview via email dengan Tribunnews, baru-baru ini.

Tantangan lainnya adalah adanya kekhawatiran terhadap biaya. "Banyak bisnis, terutama pelaku usaha berskala kecil dan menengah sangat sensitif terhadap biaya," ujarnya.

Adanya penambahan biaya sering kali tidak memungkinkan, sementara solusi yang lebih berkelanjutan umumnya memerlukan pendanaan yang lebih tinggi. "Kesadaran yang rendah Keberlanjutan belum diprioritaskan pada setiap perusahaan," kata Nitipon Tansakul.

Dia menambahkan, tantangan berikutnya dalam mereduksi emisi karbon di sektor transportasi adalah rantai pasok yang terfragmentasi.

Dia menyatakan para pelaku bisnis transportasi dan ;ogistik sering kali melibatkan subkontrak, sehingga menyulitkan penerapan standar emisi secara konsisten di seluruh jaringan mitranya.

Terkait dengan upaya mereduksi emisi karbon ini, Fabian Kieble, Managing Director Rhenus Indonesia menyatakan, upaya yang dilakukan perusahaannya sejalan dengan tujuan iklim Indonesia yang lebih luas, seperti komitmen pemerintah untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 serta dukungan terhadap reformasi sektor logistik melalui Ekosistem Logistik Nasional (NLE).

"Kami bekerja sama dengan Kementerian untuk menginformasikan kepada perusahaan tentang rencana pemerintah tentang keberlanjutan, serta secara aktif mendukung dan mematuhi peraturan mereka," ungkap Fabian.

Baca juga: Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Polri Dukung Iklim Investasi yang Kondusif

Terkait dengan pelaku industri mana saja yang telah menjalin kolaborasi dengan Rhenus dalam mendukung pencapaian target emisi nol bersih, Nitipon Tansakul pihaknya bekerja sama dengan Clean Cargo Working Group untuk benchmarking emisi angkutan laut yang berkelanjutan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved