Kamis, 2 Oktober 2025

Sorotan Media Asing ke Jokowi: Dari New Hope ke Mulyono. Gabungan antara Kemarahan dan Kekecewaan

Sepak terjang Presiden Joko Widodo menjelang akhir masa jabatannya menjadi sorotan media asing South China Morning Post (SCMP).

Penulis: Choirul Arifin
Kolase Tribunnews
Kiri: poster Joko Widodo di Majalah Time usai memenangi Pilpres 2014 (kiri) dan aksi demonstrasi massa menolak revisi UU Pilkada di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Kamis (22/8/2024). 

Sorotan Media Asing ke Jokowi: Dari New Hope ke Mulyono. Gabungan antara Kemarahan dan Kekecewaan

TRIBUNNEWS.COM - Sepak terjang Presiden Joko Widodo menjelang akhir masa jabatannya menjadi sorotan media asing di China terbitan Hong Kong, South China Morning Post (SCMP).

SCMP menyoroti upaya keras Joko Widodo mengkonsolidasikan kekuasaan menjelang lengser dari kursi Presiden lewat sebuah artikel berjudul ''From ‘New Hope’ to ‘Mulyono’: how power grabs threaten Widodo’s legacy in Indonesia'' yang dimuat SCMP pada 8 September 2024.

Arti judul artikel ini adalah ''Dari ‘Harapan Baru’ hingga ‘Mulyono’: bagaimana perebutan kekuasaan mengancam warisan Widodo di Indonesia" dan ditulis oleh jurnalis SCMP Amy Sood, yang sebelumnya pernah bekerja di kantor berita Prancis, AFP dan menjadi kontributor CNN dan NBC News.

Secara tajam, Amy menyoroti reaksi luas masyarakat yang gusar terhadap berbagai manuver politik Jokowi hingga menjulukinya dengan sebutan Mulyono.

Mulyono tidak lain adalah nama kecil Presiden Joko Widodo. Karena sering sakit-sakitan, orangtuanya mengganti nama Mulyono jadi Joko Widodo.

Penyebutan nama Mulyono juga trending di media sosial Twitter dan juga menjadi obrolan luas di media sosial lain seperti Instagram.

"Presiden yang dulunya populer ini kini menghadapi reaksi balik karena tuduhan pembangunan dinasti melemahkan komitmennya terhadap demokrasi," tulis Amy Sood di pembuka artikelnya.

"Ketika Joko Widodo pertama kali terpilih satu dekade yang lalu, ia dipuji sebagai “Harapan Baru” saat menghiasi sampul majalah Time, yang mencerminkan keyakinan luas bahwa ia akan memberantas korupsi pemerintah dan mengekang dominasi elit sebagai presiden Indonesia," tulisnya.

"Kini, menjelang akhir masa jabatannya yang kedua dan terakhir, banyak masyarakat Indonesia yang menyebut dirinya dengan nama lahirnya – Mulyono – untuk “mempermalukannya," tulis Amy mengutip pendapat Ian Wilson, sosiolog politik di Pusat Penelitian Indo-Pasifik Universitas Murdoch di Perth, Australia.

Di artikel tersebut ditulis ulasan bahwa sentimen publik terhadap Widodo adalah gabungan antara kemarahan dan kekecewaan, kata para analis.

Baca juga: PDIP Ultimatum Pihak yang Manipulasi 5 Kader Partai, Minta Media ke Istana & Tanyakan kepada Mulyono

"Pernah menjadi mercusuar harapan, mantan penjual mebel ini menjadi pemimpin pertama di Indonesia tanpa latar belakang militer atau politik – yang menginspirasi harapan akan terpecahnya dominasi elit yang menandai 32 tahun pemerintahan otoriter Suharto."

"Namun tuduhan penyalahgunaan lembaga-lembaga negara untuk menempatkan anggota keluarganya dalam kekuasaan menunjukkan bahwa perubahan demokratis yang berarti masih terbatas," tulis Amy Sood.

Berikut cuplikan ulasan Amy Sood di artikelnya di SCMP:

Meskipun ia mendapat dukungan kuat dan peringkat persetujuan yang tinggi selama masa kepresidenannya, kejadian-kejadian baru-baru ini – termasuk dugaan upaya anggota parlemen sekutunya untuk melemahkan demokrasi – telah memicu protes dan kemarahan luas yang mungkin mencoreng warisannya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved