Judi Online
Wacana Bansos untuk Korban Judi Online Tuai Polemik, Sosiolog Tegaskan Penjudi Tak Selalu Miskin
Sosiolog Universitas Airlangga Bagong Suyanto tak setuju soal pemberian bansos untuk para korban judi online yang digagas Menko PMK Muhadjir Effendy.
"Akan sangat lebih baik dan berharga bila bansos diberikan kepada mereka yang sangat membutuhkan, bukan pemain judi online," tandasnya.
Baca juga: PPATK: Rp5 Triliun Uang Hasil Judi Online Dilarikan ke Thailand-Filipina
MUI Tolak Usulan Korban Judi Online Jadi Penerima Bansos
Majelis Ulama Indonesia (MUI) tak sepakat dengan wacana pemberian bantuan sosial (bansos) untuk korban judi online.
Ada beberapa kekhawatiran dengan wacana ini.
Ketua MUI Bidang Fatwa, Prof Asrorun Niam Sholeh mengatakan, uang bansos yang diberikan bisa saja justru akan digunakan lagi untuk berjudi.
"Kita juga harus konsisten ya, di satu sisi kita memberantas tindak perjudian salah satunya adalah melakukan langkah-langkah preventif, di sisi yang lain harus ada langkah disinsentif bagaimana pejudi justru jangan diberi bansos," kata Niam di Kantor MUI Pusat, Jakarta, Jumat (14/6/2024).
Baca juga: Beda Kata 3 Menteri soal Korban Judi Online Terima Bansos: Muhadjir-Risma Setuju, Airlangga Tolak
Niam menilai, tak ada istilah korban dalam perjudian.
Menurutnya, penyakit berjudi adalah kesadaran atau pilihan hidup si pelaku.
Meski demikian, ia tak menampik bahwa banyak orang yang berjudi pada akhirnya ekonominya terpuruk atau jatuh miskin.
Dalam pandangannya, hal ini tentu berbeda dengan pinjaman online (pinjol) yang saat ini juga marak di masyarakat.
Mereka yang melakukan pinjol bisa saja menjadi korban penipuan akibat kenakalan atau kecurangan dari penyedia layanan.
Baca juga: Kominfo ‘Take Down’ Hampir 3 Juta Konten Judi Online, Ribuan Rekening Bank Diblokir
"Masa iya kemudian kita memprioritaskan mereka? tentu ini logika yang perlu didiskusikan," katanya.
Niam khawatir jika nantinya wacana ini direalisasikan berujung salah sasaran.
"Kalau tahu uangnya terbatas untuk kepentingan bansos, prioritaskan justru orang yang mau belajar, orang yang mau berusaha, orang yang gigih di dalam mempertahankan hidupnya, tetapi karena persoalan struktural dia tidak cukup rezeki."
"Ini yang kita intervensi, jangan sampai kemudian itu enggak tepat sasaran," ucap Niam.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Milani Resti Dilanggi/Chaerul Umam)(Kompas.com/Tria Sutrisna)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.