Ancaman Invasi Negara Lain Masih Faktual, Panglima TNI Bicara Strategi Pertahanan Nusantara
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengatakan ancaman invasi negara lain masih bersifat faktual saat ini.
Ancaman terhadap negara, tidak hanya bersifat militer, tapi juga non militer dan bahkan hibrida.
Hal tersebut disampaikannya saat membuka Seminar Nasional Dalam Rangka HUT Ke-78 TNI di Hotel Borobudur Jakarta pada Rabu (20/9/2023).
"Perkembangan lingkungan strategis saat ini telah menunjukkan juga bahwa potensi untuk terjadinya invasi militer suatu negara terhadap negara lain masih bersifat faktual. Perang Rusia-Ukraina merupakan bukti empiris yang harus menjadi tanda peringatan, atau alarm bagi kita untuk membangkitkan kembali pentingnya pertahanan sebuah negara dari ancaman invasi," kata Yudo.
"Ancaman perang tetap ada, oleh sebab itu TNI perlu untuk merumuskan strategi menghadapi ancaman potensial dan faktual dan menjadi landasan untuk perencanaan pembangunan kekuatan dalam rangka mengantisipasi ancaman di masa depan," sambung dia.
TNI sebentar lagi akan memperingatu Hari Ulang Tahun ke-78.
Menurutnya, saat ini perkembangan kekuatan TNI relatif berkembang lambat.
Hal tersebut, tidak dapat dipungkiri merupakan dampak dari segala keterbatasan untuk membangun dan mengembangkan kenampuan TNI.
Namun demikian, lanjut dia, TNI tidak berpangku tangan dan terus bergerak maju dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki.
TNI juga terus memperluas wawasan dalam rangka menyusun sebuah strategi pertahanan militer.
"Itulah yang melatabelakangi seminar ini. Yaitu untuk menggali wawasan tentang pertahanan negara yang diselenggarakan dengan memanfaatkan konstelasi geografis dan memberdayakan seluruh kekuatan pertahanan negara," kata dia.
"Saya berharap hasil dari seminar ini dapat menjadi masukan yang sangat bernilai bagi kita dalam menyusun dan mengembangkan sebuah strategi militer yang kita sebut sebagai Strategi Pertahanan Nusantara," sambung dia.
Strategi Pertahanan Nusantara, kata dia, adalah strategi militer yang dibangun dengan memanfaatkan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan sehingga mampu menjadi pertahanan negara yang melindungi seluruh wilayah NKRI dengan kekuatan yang menyeimbangkan dan menguatkan kekuatan pertahanan dalam menghadapi ancaman yang ada.
Seimbang, lanjut dia, dalam arti proporsional, mampu hadir untuk menghadapu kekuatan musuh, mengikuti poros datangnya ancaman yang ada.
Sedangkan menguatkan, kata dia, berarti memberikan perkuatan yang belum mampu diwujudkan secara mandiri dalam kondisi tertentu.
"Jadi Strategi Pertahanan Nusantara ini memadukan strategi dari ketiga matra yaitu strategi pertahanan pulau besar TNI Angkatan Darat, strategi pertahanan laut nusantara oleh TNI Angkatan Laut, dan strategi udara kepulauan nusantara oleh TNI Angkatan Udara," kata dia.
"Menjadi satu kesatuan strategi militer yang konprehensif dalam menjaga kedaulatan, integritas, dan keutuhan negara kesatuan republik Indonesia," sambung dia.
Ukraina Tembak Jatuh Jet Su-34 Rusia yang Serang Zaporizhzhia: 39 Pesawat Tempur Moskow Rontok |
![]() |
---|
Kapal Perang Rusia Ketahuan Ngumpet di Lepas Pantai Denmark Saat Drone Menyerang Bandara |
![]() |
---|
Trump Rayu Erdogan: Janji Bakal Izinkan Turki Borong Jet Canggih F-35, Asal Stop Minyak Rusia |
![]() |
---|
Iran Kedatangan Jet MiG-29 dan Rudal S-400 Rusia, Sinyal Musuh Israel Modernisasi Militer ? |
![]() |
---|
4 Hal Penting dari Pertemuan Trump dengan Erdogan di Washington, Bahas Gaza, Ukraina, hingga Suriah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.