Kamis, 2 Oktober 2025

Kalah Berduit di Pemilu, Cak Imin: Masa Depan Kader-kader NU Madesu

Cak Imin menyampaikan bahwa masa depan kader-kader Nahdlatul Ulama (NU) disebut sebagai madesu alias masa depan suram untuk menduduki jabatan strategi

Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Johnson Simanjuntak
Tribunnews.com/Gita Irawan
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin saat menyampaikan pidato dalam Sarasehan Satu Abad NU di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta pada Senin (30/1/2023). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menyampaikan bahwa masa depan kader-kader Nahdlatul Ulama (NU) disebut sebagai madesu alias masa depan suram untuk menduduki jabatan strategis.

Menurut Cak Imin, hal itu lantaran politik Indonesia kini semakin pragmatis. Sebab, uang menjadi penentu banyak hal dalam perilaku pemilih ataupun kemenangan dalam Pemilu.

"Dimana pemilu yang pragmatis bahwa uang yang menentukan banyak hal dalam perilaku pemilu yang itu artinya masa depan kader-kader NU juga agak madesu, masa depan suram," kata Cak Imin dalam acara sarasehan nasional satu abad Nahdlatul Ulama (NU) di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Senin (30/1/2023).

Cak Imin menambahkan mayoritas aktivis-aktivis Nahdlatul Ulama (NU) tak memiliki uang untuk bersaing dalam kontestasi politik. Karena itu, para kader NU kini memiliki tantangan yang besar dalam politik.

"Karena aktivis-aktivis NU yang selama ini bisa murah sampai bisa duduk jabatan-jabatan publik sekarang berhadapan dengan lapangan yang sangat pragmatis. Jadi kader kader yang mau nyaleg ini sudah membuat kita stress duluan karena  modalnya cekak, popularitasnya juga rendah," ungkapnya.

Cak Imin menyampaikan politik era reformasi yang kini semakin pragmatis membuat kontestasi kini membuat sangat melelahkan. Sebab, mereka harus berkompetisi tiada henti selama 24 jam.

"Salah satu kelemahan era reformasi yang paling mendesak diatasi adalah politik yang pragmatis, kompetisi yang tidak ada henti. Kelihatannya damai tapi kompetisinya tidak pernah berhenti 24 jam. Ini sistem yang melelahkan," jelasnya.

Dia pun mencontohkan kadernya Cucun Ahmad Syamsurijal yang kini harus berupaya meningkatkan elektabilitas demi bersaing dengan orang yang memiliki banyak uang.

Baca juga: Peringatan 1 Abad Nahdlatul Ulama, Eka Gumilar Berharap NU Jadi Ormas Perekat pada Tahun Politik

"Kemarin pak haji Cucun baru jadi doktor bidang politik ekonomi dan ekonomi politik di UNPAD. Salah satu tujuannya apa? selain doktor ini, tujuannya meningkatkan elektoral. Elektabilitas sangking mahalnya bersaing itu loh. Nah ini sistem politik reformasi yang harus kita evaluasi total," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved