Senin, 29 September 2025

Lokal Asri

Jajanan Pasar Nusantara: Perpaduan Rasa, Budaya, dan Alam Indonesia

Dari bahan alami hingga rempah asli, jajanan pasar adalah sajian yang menghubungkan kamu dengan alam Indonesia.

Shutterstock
JAJANAN PASAR – Jajanan pasar yang terbuat dari bahan-bahan alami hasil kekayaan alam Indonesia dengan cita rasa dan aroma membawa kamu lebih dekat dengan tradisi dan budaya yang tumbuh harmonis bersama alam. 

TRIBUNNEWS.COM - Kekayaan alam Indonesia menjadi sumber inspirasi bagi berbagai hal, salah satunya adalah jajanan pasar. 

Jajanan pasar bukan hanya soal rasa, tapi juga cerminan cara hidup masyarakat Indonesia yang selaras dengan alam. Dari daun pisang, umbi-umbian, kelapa, hingga rempah-rempah, setiap jajanan membawa warisan alam dan budaya yang kaya makna.

Apa Itu Jajanan Pasar?

Jajanan pasar adalah istilah untuk menyebut aneka makanan ringan tradisional khas Indonesia yang umumnya dijual di pasar-pasar tradisional. Sajian ini biasanya dibuat dari bahan-bahan alami seperti tepung beras, singkong, kelapa, pisang, hingga rempah-rempah—semua hasil kekayaan alam Indonesia.

Bukan hanya makanan, jajanan pasar juga memuat nilai-nilai budaya, spiritualitas, hingga kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.

Dari daun pisang, umbi-umbian, kelapa, hingga rempah-rempah, setiap jajanan membawa warisan alam dan budaya yang kaya makna.

Jajanan pasar adalah bukti nyata bahwa pangan lokal tak hanya lezat, tapi juga berperan dalam melestarikan budaya. Dari ujung barat hingga timur Indonesia, setiap sajian biasanya menggunakan bahan baku dari sumber daya lokal. Mengutip Kompas.id, jajanan tradisional telah mengakar kuat dalam budaya dan tradisi masyarakat setempat dengan ciri khas tersendiri.

Yuk, kenali lima jenis jajanan pasar yang paling erat kaitannya dengan alam Indonesia, dari bahan baku, cara penyajian, hingga nilai budaya yang melekat di dalamnya.

  1. Nagasari, Simbol Kesuburan Alam Indonesia

    Kue nagasari terbuat dari campuran tepung beras, tepung sagu, santan, dan gula, lalu diisi potongan pisang dan dibungkus daun pisang sebelum dikukus. Daun pisang bukan cuma pembungkus ramah lingkungan, tapi juga simbol kesuburan alam tropis Indonesia.

    Menurut Dr. Saeful Kurniawan dalam Filosofi dan Histori Budaya dan Makanan Tradisional Nusantara (2024: 42), nagasari punya makna simbolis sebagai lambang berkah dan kesuburan. Meski diyakini berasal dari Indramayu, kamu bisa menemukannya di berbagai daerah Jawa. Uniknya, dalam beberapa tradisi, nagasari juga kerap hadir di acara kematian sebagai penanda duka dan doa.

  2. Klepon, Rasa Syukur kepada Alam

    Klepon telah menjadi ikon jajanan pasar Nusantara. Menurut Fadly Rahman, sejarawan makanan sekaligus dosen Departemen Sejarah Universitas Padjajaran, klepon merupakan bentuk ungkapan syukur kepada alam yang telah menyediakan bahan pangan bagi masyarakat Jawa. 

    Klepon hampir selalu hadir dalam acara selamatan, bersama cucur dan berbagai kue tradisional lainnya. Selain melambangkan keharmonisan, klepon juga mencerminkan kreativitas masyarakat Jawa dalam seni boga atau seni kuliner.

    Dengan isian gula merah cair dan taburan kelapa parut, klepon adalah wujud nyata kuliner yang bahan pembuatannya sangat memanfaatkan sumber daya dari alam Indonesia.

  3. Tiwul dan Gatot, Simbol Ketahanan Pangan Lokal

    Tiwul dan gatot adalah dua jenis makanan tradisional yang lahir dari kondisi alam yang menantang, terutama di daerah seperti Gunungkidul, Yogyakarta, di mana tanahnya kering dan sulit ditanami padi. Keduanya dibuat dari singkong—tanaman yang tangguh dan mampu bertahan di tanah yang kurang subur.

    Baca juga: Kuliner Unik dari Gunungkidul, Cara Seru Menikmati Alam Indonesia Lewat Rasa

    Tiwul terbuat dari singkong yang dikeringkan dan digiling menjadi tepung, kemudian dikukus hingga berbentuk seperti nasi. Sementara gatot berasal dari singkong yang difermentasi sebelum dikukus, menghasilkan rasa yang sedikit asam dan tekstur yang lembut.

    Tiwul dan gatot merupakan simbol ketahanan pangan lokal karena keduanya kerap menjadi andalan saat masa paceklik, menggantikan nasi sebagai sumber karbohidrat utama.

  4. Bagea, Kebersamaan dan Kekayaan Alam Indonesia Timur

    Bagea adalah kue khas dari Maluku dan Papua yang menjadi simbol kebersamaan dan kekayaan alam Indonesia Timur. Terbuat dari tepung sagu, bahan utama yang diambil langsung dari pohon sagu yang tumbuh subur di hutan tropisl, lalu diolah bersama kacang kenari atau cengkeh untuk menambah cita rasa khas yang otentik.

    Kue ini memiliki tekstur yang keras di luar namun rapuh di dalam, mencerminkan ketangguhan sekaligus kelembutan masyarakat yang hidup berdampingan dengan alam. Bagea sering dijadikan hidangan saat acara adat dan perayaan bersama, memperkuat nilai-nilai solidaritas dan rasa syukur atas kekayaan alam yang melimpah.

    Bagea jadi simbol hubungan erat antara manusia dan alam serta menjadi pengingat bahwa alam Indonesia adalah anugerah yang harus dijaga.

  5. Lepet, Simbol Keberkahan dari Alam

    Lepet adalah jajanan tradisional dari beras ketan dan kacang tanah, dibungkus daun janur lalu dikukus. Biasanya lepet hadir saat Lebaran atau pesta panen sebagai ungkapan syukur atas hasil bumi.

    Sejak abad ke-8, lepet sudah dikenal di Indonesia dan mendapat makna simbolis kuat pada masa kerajaan Demak, dipengaruhi Sunan Kalijaga. Bersama ketupat, lepet melambangkan kebersamaan dan keberkahan. Bentuknya yang menyerupai mayat dengan tali pengikat tiga melingkar mengajarkan makna maaf dan melepaskan dendam.

Halaman
12

Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan