Senin, 29 September 2025

Lokal Asri

6 Geopark Alam Indonesia yang Mendunia, Dapat Pengakuan dari UNESCO!

Alam Indonesia kian mendunia, enam geopark Tanah Air ini resmi masuk daftar UNESCO Global Geopark.

Tangkapan layar YouTube @geoparkmarospangkep
PESONA ALAM GEOPARK - Panorama Maros Pangkep Geopark di Sulawesi Selatan menyuguhkan bentang alam karst yang megah berpadu dengan hamparan hijau pedesaan, menjadi bukti kekayaan alam Indonesia yang diakui dunia. (Tangkapan layar YouTube @geoparkmarospangkep) 

TRIBUNNEWS.COM - Kekayaan Alam Indonesia kembali menorehkan prestasi di tingkat dunia. Pada 2025, Geopark Kebumen (Jawa Tengah) dan Geopark Meratus (Kalimantan Selatan) resmi masuk daftar UNESCO Global Geopark (UGGp), menambah panjang daftar geopark Indonesia yang diakui dunia. 

Hingga kini, ada enam geopark di Indonesia yang menyandang status UGGp. Kawasan ini bukan hanya indah, tapi juga menyimpan nilai geologi, keanekaragaman hayati, serta budaya masyarakat lokal. Selain untuk konservasi, geopark juga menjadi destinasi wisata alam berbasis edukasi yang layak dikunjungi. 

Enam Geopark Indonesia yang Resmi Jadi UNESCO Global Geopark

1. Ijen Geopark, Jawa Timur

Ijen Geopark di Jawa Timur resmi masuk daftar UNESCO Global Geopark berkat keindahan alam dan kekayaan geologinya. Kawasan ini mencakup wilayah Banyuwangi, Bondowoso, hingga Situbondo, meliputi Gunung Ijen, Kawah Ijen, Taman Nasional Alas Purwo, Baluran, serta berbagai situs budaya dan geologi penting. 

Kawah Ijen menjadi ikon utama dengan fenomena Blue Fire yang hanya ada dua di dunia. Kawahnya memiliki danau berwarna hijau toska sedalam 200 meter, dikelilingi pemandangan hutan pegunungan yang menawan. Aktivitas penambangan belerang tradisional juga menambah daya tarik unik bagi wisatawan.

2. Maros Pangkep Geopark, Sulawesi Selatan

Maros Pangkep Geopark di Sulawesi Selatan dikenal sebagai kawasan karst terbesar kedua di dunia setelah Cina Selatan. Menara karst dari batu gamping menjulang indah, berpadu dengan kekayaan hayati berupa 1.437 spesies flora dan fauna, termasuk 153 spesies endemik Sulawesi. 

Selain bentang alam, kawasan ini juga menyimpan jejak peradaban kuno. Ratusan gua prasejarah tersebar di sini, salah satunya Goa Leang-Leang yang memiliki lukisan dinding berusia ribuan tahun. Wisatawan juga bisa berkunjung ke Taman Kupu-kupu Bantimurung, menikmati air terjun alami, atau menjelajahi kehidupan masyarakat Bugis dan Makassar. 

Sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark, Maros Pangkep bukan hanya menampilkan panorama kelas dunia, tetapi juga mempertemukan keindahan alam, kekayaan budaya, dan nilai edukasi dalam satu kawasan.

3. Merangin Jambi Geopark, Jambi

Merangin Jambi Geopark dikenal dengan fosil flora berusia sekitar 300 juta tahun yang menjadi saksi sejarah evolusi bumi. Fosil ini pertama kali ditemukan pada tahun 1926 dan kini menjadi daya tarik utama kawasan yang telah ditetapkan sebagai Geopark Nasional sejak 2013. 

Selain kekayaan geologi, kawasan ini menawarkan beragam aktivitas wisata alam. Sungai Merangin yang berarus deras menjadi spot favorit untuk arung jeram, sementara hutan tropisnya menyimpan flora dan fauna endemik. 

Warisan budaya di sekitar geopark turut memperkuat identitas kawasan ini. Sejak zaman prasejarah, masyarakat Merangin telah meninggalkan peninggalan penting, mulai dari Batu Larung pada era megalitikum hingga Prasasti Karang Berahi dari masa Kerajaan Sriwijaya. 

Dengan segala keunikannya, Merangin Jambi Geopark resmi menyandang status UNESCO Global Geopark (UGGp) sejak 2023. 

Baca juga: Wow, 4 Destinasi Wisata Alam Indonesia Ini Pernah jadi Lokasi Syuting Film!

4. Raja Ampat Geopark, Papua Barat Daya

Raja Ampat kini telah diakui sebagai UNESCO Global Geopark. Geopark ini menjadi rumah bagi lebih dari 75 persen jenis karang dunia dan ratusan biota laut langka, termasuk pari manta, penyu, hiu karang, duyung, hingga paus. Bahkan, spesies unik seperti hiu karpet berjalan (walking shark) hanya bisa ditemukan di sini. Tak heran jika Raja Ampat dijuluki “The Last Paradise”. 

Selain kekayaan hayati, Raja Ampat juga menyimpan warisan budaya. Di tebing kapur ditemukan lukisan gua prasejarah berusia ribuan tahun, sementara masyarakat adat setempat menjadikan laut sebagai sumber pangan sekaligus identitas budaya. Ekowisata berbasis alam dan perikanan berkelanjutan pun menjadi tumpuan ekonomi utama mereka. 

Halaman
12

Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan