Waspadai Makanan Tak Layak Konsumsi, Ini Cara Kenali hingga Tips Simpan Aman di Rumah
Makanan yang terlihat lezat sekalipun bisa menjadi sumber bahaya jika sudah tidak layak konsumsi.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Makanan bergizi tak hanya dilihat dari kandungan nutrisinya, tetapi juga dari keamanannya. Makanan yang terlihat lezat sekalipun bisa menjadi sumber bahaya jika sudah tidak layak konsumsi.
Kasus keracunan makanan massal yang menimpa ribuan anak baru-baru saat program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi peringatan betapa pentingnya memperhatikan kualitas pangan dari dapur hingga meja makan.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Emergensi dan Terapi Intensif Anak (UKK ETIA) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Yogi Prawira, SpA, Subs ETIA(K), menekankan pentingnya edukasi soal ciri makanan tidak aman.
“Bagaimana mengenali makanan yang tidak layak? Pertama menggunakan panca indera kita, dengan melihat apakah warnanya sudah berubah. Tampak adanya pertumbuhan di permukaan, misalnya mulai tampak adanya lendir, kalau ini bakteri jamur ya, strukturnya berubah,” ungkapnya pada media briefing, Kamis (25/9/2025).
Kenali dari Warna dan Bentuk
Makanan yang mulai berubah warna, misalnya kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan, patut dicurigai.
Perubahan tekstur juga jadi tanda, makanan padat yang melunak, cairan yang menggumpal, atau muncul lendir di permukaan.
Pada makanan kemasan, kondisi segel juga penting. Jika menggelembung, bocor, atau terasa berisi gas, maka makanan sudah terkontaminasi.
Bau Jadi Alarm Bahaya
Indera penciuman dapat mendeteksi makanan rusak.
Bau busuk, bau asam, tengik, hingga bau seperti alkohol atau cat menunjukkan adanya proses pembusukan atau fermentasi yang tidak aman.
Baca juga: Jangan Panik, Ini Pertolongan Pertama Anak Keracunan Makanan agar Tidak Fatal
Bila aroma menyengat muncul, sebaiknya jangan nekat mencicipi.
Tekstur dan Rasa
Perubahan tekstur seperti adanya lapisan lendir, kristal, atau butiran tidak wajar menandakan kerusakan.
Rasa juga bisa menjadi indikator meski sebaiknya diuji oleh analis makanan profesional.
Rasa asam, pahit, atau logam menjadi tanda makanan sudah tidak layak konsumsi.
Kebiasaan Aman di Dapur
Selain pendeteksian, pencegahan juga wajib dilakukan.
Cuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah mengolah makanan. Jaga kebersihan peralatan masak dengan sabun dan air panas.
Pisahkan talenan untuk daging, unggas, sayur, dan buah untuk menghindari kontaminasi silang.
Hindari minum air yang belum diolah serta pastikan makanan dimasak hingga suhu aman.
Untuk daging sapi, suhu minimal 71°C, ayam 74°C, dan telur hingga kuningnya padat. Anak-anak tidak disarankan makan telur setengah matang.
Baca juga: Kenali Gejala Keracunan Makanan pada Anak, Bisa Berujung Dehidrasi Berat
Penyimpanan yang Benar
Makanan matang sebaiknya tidak dibiarkan lebih dari dua jam di suhu ruang. Segera simpan dalam wadah tertutup di kulkas.
Proses mencairkan bahan beku pun tidak boleh dilakukan di suhu ruang. Gunakan kulkas atau air mengalir agar bakteri tidak berkembang biak.
Perhatikan juga tanggal kedaluwarsa. Jika rasa, bau, atau teksturnya sudah berubah, jangan ragu untuk membuangnya.
Makanan Sehat Harus Aman
“Jadi, makanan sehat bukan hanya soal gizi, tapi juga keamanan pangan. Jadi kata kuncinya keamanan pangan. Dari dapur sampai ke meja makan,” tegas Yogi.
Pesan ini penting tidak hanya untuk orang tua, tetapi juga guru, tenaga kantin, hingga masyarakat luas.
Dengan langkah sederhana, mencuci tangan, menjaga kebersihan, menyimpan makanan dengan benar,kita bisa mencegah kasus keracunan yang berulang.
Makanan yang sehat, bersih, dan aman adalah investasi nyata bagi tumbuh kembang anak dan masa depan bangsa.
3 Pihak Desak MBG Dihentikan Buntut Keracunan Massal di Berbagai Daerah |
![]() |
---|
Mendagri Tito Karnavian: Koordinasi Pemda dan Satgas MBG Bakal Minimalisir Keracunan |
![]() |
---|
Program MBG Didesak Dimoratorium Buntut Banyak Kasus Keracunan hingga Gerus Anggaran Pendidikan |
![]() |
---|
Pemkab Bandung Barat Tetapkan KLB Kasus Keracunan MBG di Cipongkor, BGN Buka Suara |
![]() |
---|
Alergi Disebut Salah Satu Sebab Kasus MBG, IDAI Jelaskan Perbedaannya dengan Keracunan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.