Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI
Isi 17+8 Tuntutan Rakyat Soroti Upah Layak Nakes, Pakar Anggap Ini Bukan Beban
17+8 tuntutan rakyat massa mendesak pemerintah memastikan upah layak bagi seluruh angkatan kerja, termasuk tenaga kesehatan (nakes).
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Aksi unjuk rasa yang berlangsung sejak 28 Agustus 2025 melahirkan 17+8 tuntutan rakyat.
Rangkaian tuntutan ini terdiri dari 17 poin jangka pendek dengan tenggat waktu hingga 5 September 2025, serta 8 poin jangka panjang.
Baca juga: Maudy Ayunda Ikut Gaungkan 17+8 Tuntutan Rakyat, Ingatkan Pemimpin untuk Tak Remehkan Rakyat
Salah satu tuntutan rakyat yang cukup menonjol ada di poin ke-15 di 17+8 tuntutan rakyat massa mendesak pemerintah memastikan upah layak bagi seluruh angkatan kerja, termasuk tenaga kesehatan (nakes).
Isu kesejahteraan tenaga kesehatan kembali mencuat dalam gelombang tuntutan masyarakat kepada pemerintah.
Poin tentang upah layak bagi perawat, bidan, hingga tenaga honorer di fasilitas kesehatan menjadi sorotan utama.
Sorotan Pakar
Praktisi dan peneliti Global Health Security di Griffith University Australia Dicky Budiman, menilai tuntutan tersebut sangat relevan dengan kondisi sistem kesehatan di Indonesia.
“Ini tuntutan yang sangat rasional, mendasar, bahkan dalam teori health system building block Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tenaga kesehatan itu kan salah satu pilar utama sistem kesehatan,” ungkap Dicky pada keterangannya, Selasa (2/9/2025).

Menurut Dicky, kenyataan di lapangan masih banyak tenaga kesehatan menerima gaji di bawah upah minimum.
Hal ini memicu kelelahan, tingginya angka perpindahan kerja, hingga mendorong sebagian tenaga kesehatan memilih migrasi ke luar negeri.
Situasi ini memperburuk distribusi tenaga medis, terutama di wilayah terpencil, terluar, dan tertinggal (3T).
Ia menegaskan bahwa upah layak bukan hanya persoalan keadilan sosial, tetapi juga investasi jangka panjang bagi ketahanan sistem kesehatan.
Dengan upah yang adil, tenaga kesehatan diyakini akan lebih siap menghadapi ancaman pandemi, bencana, dan beban kerja harian.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kesejahteraan tenaga medis terbukti meningkatkan motivasi, menurunkan tingkat stres, serta mengurangi keinginan pindah kerja.
Kondisi ini berbanding lurus dengan kualitas layanan kesehatan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.