Kamis, 2 Oktober 2025

Cegah Serangan Akut, Ini Terapi yang Dianjurkan untuk Pasien Asma

Angka penyakit asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) di Indonesia terbilang tinggi.

Editor: Wahyu Aji
Grafis Tribun Sumsel
PASIEN ASMA - Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyatakan, prevalensi asma di Indonesia mencapai 12 juta lebih kasus atau 4,5 persen dari seluruh jumlah penduduk pada tahun 2023. 

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Angka penyakit asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) di Indonesia terbilang tinggi.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyatakan, prevalensi asma di Indonesia mencapai 12 juta lebih kasus atau 4,5 persen dari seluruh jumlah penduduk pada tahun 2023.

Pada tahun 2023, PDPI juga menyatakan penderita PPOK di Indonesia mencapai 4,8 juta orang dengan prevalensi 5,6 persen.

Sayangnya, akses pengobatan asma sesuai standar di layanan primer masih belum merata di Indonesia.

Seperti penggunaan ICS (Inhaled Corticosteroids) yang merupakan standar dalam pengobatan asma, belum dioptimalkan.

Penanganan asma pada layanan primer di Indonesia masih dapat ditingkatkan untuk lebih selaras dengan panduan klinis terkini.

Karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan diagnosis yang tepat serta akses terhadap pengobatan yang sesuai guna mendukung penanganan asma yang lebih efektif.

Penanganan asma secara optimal melibatkan kombinasi terapi, termasuk penggunaan kortikosteroid inhalasi untuk mengendalikan peradangan, serta bronkodilator inhalasi untuk melegakan saluran napas.

Dampak pengobatan yang efektif dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, mencegah serangan akut, dan mengurangi beban biaya kesehatan.

Berdasarkan Global Initiatives for Asthma (GINA), penggunaan ICS dengan dosis rendah dianjurkan untuk seseorang yang mengalami gejala asma jarang kurang dari 3-5 hari per minggu.

Sedangkan penggunaan ICS-LABA (Inhaled Corticosteroids – Long-Acting Beta-Agonists) dengan dosis rendah dianjurkan untuk gejala asma yang terjadi hampir setiap hari sekitar 4-5 per minggu atau dengan gejala lain seperti bangun karena asma seminggu sekali dan penurunan fungsi paru.

Dosis sedang atau tinggi ICS-LABA dianjurkan untuk seseorang yang memiliki gejala asma setiap hari.

Meskipun ICS-LABA dapat digunakan untuk pengobatan asma, ICS-Formoterol lebih diutamakan sebagai rekomendasi track-1 (pilihan pertama).

Sementara itu, berdasarkan Global Initiatives for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), penggunaan ICS dianjurkan jika terjadi lebih dari 2 kali eksaserbasi PPOK setiap tahunnya.

Berangkat dari kondisi ini, AstraZeneca Indonesia mengumumkan kerja sama dengan Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD), perjanjian distributor eksklusif khusus untuk meningkatkan layanan kesehatan primer di Indonesia, khususnya dalam penanganan asma dan PPOK.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved