Senin, 29 September 2025

Mengenal Topan Super Ragasa: Badai Mematikan Hantam Taiwan, Mengapa Indonesia Tak Masuk Jalurnya?

Apa itu Topan Super Ragasa yang dijuluki badai terkuat di dunia tahun 2025 yang menyebabkan banjir bandang, longsor, dan menewaskan puluhan orang.

Tangkapan layar YouTube 10 News
TOPAN SUPER RAGASA - Tangkapan layar YouTube 10 News pada Rabu (24/9/2025). Apa itu Topan Super Ragasa yang dijuluki badai terkuat di dunia tahun 2025 yang menyebabkan banjir bandang, longsor, dan menewaskan puluhan orang. 

Di Hong Kong, pejabat setempat memperingatkan adanya "ancaman serius" pemerintah bahkan meminta warga membatasi aktivitas di luar rumah. Sejumlah layanan transportasi publik, termasuk penerbangan, sempat dibatalkan.

Sementara di China, otoritas menutup sekolah dan kampus di lebih dari 10 kota. Evakuasi dilakukan di daerah pesisir untuk mengantisipasi badai dan gelombang tinggi.

Topan Ragasa juga menyebabkan banjir di wilayah utara Manila, Filipina. Presiden Bongbong Marcos memerintahkan warganya untuk siaga penuh dan mengaktifkan seluruh badan penanggulangan bencana.

Sedikitnya 3 orang tewas dan lebih dari 10.000 warga dievakuasi setelah Topan Ragasa menghantam Filipina utara sejak awal pekan ini.

Mengapa Ragasa Tak Melewati Indonesia?

Penjelasan ilmiah paling mendasar terkait hal ini adalah efek Coriolis, yang pada garis khatulistiwa hampir tidak memiliki kekuatan yang diperlukan untuk memutar badai tropis menjadi sistem siklon rotasi terorganisir.

Ilmuwan dan pengamat meteorologi menyebut bahwa badai tropis termasuk topan dan siklon nyaris tidak pernah terbentuk atau melintasi garis khatulistiwa karena pada garis itu, gaya Coriolis “nol” atau sangat lemah.

Tanpa itu, sistem gadai tidak dapat mempertahankan struktur sikloniknya. Selain itu, menurut artikel di LiveScience, sangat sulit bagi sistem siklon tropis untuk menyusut atau melewati zona ekuator karena jika mereka mendekat, putaran internal akan berkonflik dan melemah. Live Science

Dalam prakteknya, Indonesia berada sangat dekat dengan garis khatulistiwa, sehingga badai tropis besar seperti Ragasa biasanya meredup atau melemah jauh sebelum bisa mendekati wilayah Indonesia.

Namun, Indonesia tetap dapat merasakan dampak tak langsung, misalnya gelombang tinggi di perairan utara, perubahan pola curah hujan, atau peningkatan aktivitas cuaca ekstrem kecil.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan