Konflik Palestina Vs Israel
Netanyahu: Tak Ada Palestina, Israel Siap Balas Negara yang Mengakuinya
Perdana Menteri Israel Netanyahu mengatakan tidak akan ada negara Palestina. Israel akan membalas negara yang mengakui Palestina.
Selain itu, sejak 27 Mei, 2.518 orang tewas dan lebih dari 18.449 lainnya terluka ketika Israel menyerang warga yang sedang mencari bantuan, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Israel menyalahkan Hamas atas situasi ini, merujuk pada Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan ratusan warga Israel serta menyandera sekitar 250 orang.
Hamas menyebut aksinya sebagai bentuk perlawanan terhadap pendudukan Israel sejak 1948 dan kontrol atas kompleks Masjid Al-Aqsa.
Meskipun sempat terjadi pertukaran tahanan pada 2023 dan Januari 2025, Israel mengklaim sekitar 50 sandera masih ditahan di Gaza.
Dengan dalih menekan Hamas, Israel menutup total akses ke Gaza dan terus menggempur wilayah itu, menewaskan puluhan ribu warga sipil, menghancurkan rumah, dan memaksa mereka mengungsi.
Serangan juga menargetkan warga yang mengantre bantuan di pusat distribusi milik Gaza Humanitarian Foundation (GHF) di Rafah, Khan Younis, dan Wadi Gaza.
Aksi ini berlangsung di tengah tekanan internasional dan pasokan bantuan yang jauh dari mencukupi.
Di sisi lain, sejak awal September, Israel melancarkan serangan besar-besaran di Kota Gaza dengan alasan menghantam basis Hamas dan menduduki wilayah tersebut.
Sementara itu, perundingan gencatan senjata yang dimediasi Qatar dan Mesir masih belum menemui titik terang.
Hamas tetap bersikeras pada tuntutan awal: gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan Israel, pertukaran sandera dengan ribuan tahanan Palestina, distribusi bantuan tanpa hambatan, rekonstruksi Gaza, serta jaminan politik dan keamanan.
Israel, sebaliknya, menuntut Hamas menyerahkan senjata, membebaskan seluruh sandera, dan membubarkan organisasinya.
Israel juga menuding para pemimpin Hamas di Qatar sebagai penghalang negosiasi.
Ketegangan meningkat setelah militer Israel melancarkan serangan ke Doha pada 9 September, yang memicu kemarahan Qatar.
Negara Teluk itu menuntut permintaan maaf resmi dan berjanji akan memberi balasan, menurut laporan Channel 12 Israel.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.