Konflik Rusia Vs Ukraina
Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.295: Dekat dengan Putin, Trump Tetap Sulit Bernegosiasi
Perang Rusia-Ukraina hari ke-1.295: Presiden AS Donald Trump mengaku kesulitan mengakhiri perang Rusia-Ukraina meski ia dekat dengan Putin.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Perang Rusia dan Ukraina memasuki hari ke-1.295 pada Rabu (10/9/2025), memperpanjang perang sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Dalam perkembangan di medan perang, Ukraina melaporkan setidaknya 24 lansia tewas dalam serangan Rusia saat mereka sedang mengambil dana pensiun mereka pada hari Selasa.
"Serangan udara Rusia yang brutal dan brutal dengan bom udara di permukiman pedesaan Yarova di wilayah Donetsk," kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, pada hari Rabu.
"Langsung mengenai orang-orang. Warga sipil biasa. Tepat pada saat dana pensiun sedang dicairkan," tambahnya, menurut laporan The Guardian.
Militer Ukraina mengatakan Rusia telah menjatuhkan bom luncur, sebuah bom berat yang dilengkapi sayap sehingga dapat terbang alih-alih jatuh langsung.
Belum ada komentar langsung dari Moskow maupun Kremlin.
Perang Rusia–Ukraina berawal dari ketegangan panjang sejak Uni Soviet bubar pada tahun 1991.
Sejak saat itu, hubungan Ukraina dan Rusia sering bermasalah, terutama soal perebutan wilayah, perbedaan identitas nasional, serta arah kebijakan luar negeri.
Situasi makin panas setelah Revolusi Maidan tahun 2014, yang menjatuhkan Presiden Viktor Yanukovych yang dekat dengan Moskow, lalu digantikan pemerintahan pro-Barat.
Tak lama setelah itu, Rusia mencaplok Krimea dan mendukung kelompok separatis di Donetsk dan Luhansk, sehingga meletus perang di wilayah Donbas.
Pada Februari 2022, Presiden Vladimir Putin meluncurkan invasi besar-besaran yang disebut sebagai “operasi militer khusus.” Ia mengklaim tujuannya adalah melemahkan militer Ukraina yang dianggap membahayakan Rusia.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.294, 60 Diplomat Asing Tur ke Gedung yang Diserang Rusia
Putin juga menuding pemerintah Ukraina dikuasai kelompok “neo-Nazi” dan menyatakan bahwa Rusia wajib melindungi warga keturunan Rusia di Donetsk dan Luhansk.
Selain itu, Moskow menolak keras rencana Ukraina bergabung dengan NATO, karena menganggap keberadaan aliansi militer Barat di perbatasan Rusia sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional.
Trump Mengeluh Sulitnya Akhiri Perang Rusia-Ukraina
Presiden AS Donald Trump mengatakan dalam wawancara dengan 77 WABC bahwa ia sempat yakin perang Rusia–Ukraina akan lebih mudah diakhiri karena hubungannya yang baik dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, namun, kenyataannya jauh lebih rumit.
"Rasanya setiap kali saya pikir kita hampir (mengakhiri perang), dia (Putin) menjatuhkan bom lagi pada seseorang, dan itu sangat, sangat buruk. Saya sangat terkejut. Saya pikir ini akan menjadi kasus termudah — Rusia dan Ukraina. Saya bilang kasus ini akan diselesaikan dengan cukup cepat. Tapi ternyata rumit... Ada banyak kebencian antara dia dan Zelensky, seperti yang Anda tahu, banyak permusuhan, dan banyak sekali darah yang tertumpah," ujar Trump.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.