Senin, 29 September 2025

Donald Trump Pimpin Amerika Serikat

Donald Trump Mengklaim Berhasil Menyelesaikan 6–7 Perang dalam Beberapa Bulan Terakhir, Apa Saja?

Donald Trump membanggakan dirinya telah berhasil menyelesaikan 6 atau 7 perang, apa saja?

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
Instagram White House
TRUMP PEMBAWA PERDAMAIAN - Foto dari akun Instagram resmi Gedung Putih, memperlihatkan Donald Trump mempersembahkan Piala Panglima Tertinggi kepada Tim Sepak Bola Taruna Angkatan Laut 2024, Selasa (15/4/2025). Donald Trump membanggakan dirinya telah berhasil menyelesaikan 6 atau 7 perang, apa saja? 

Sementara bagi Ethiopia, bendungan tersebut sangat membantu mengatasi krisis energi nasional, di mana lebih dari 50 persen penduduknya belum teraliri listrik.

Dalam pertemuan di Gedung Putih pada 14 Juli, Trump tampak berpihak pada Mesir.

Ia menyatakan akan menyelesaikan masalah ini “dengan sangat cepat.”

Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menyambut positif sikap Trump, menyebutnya sebagai “dukungan terhadap perdamaian dan stabilitas.”

Namun, pakar Ethiopia memperingatkan bahwa pernyataan Trump justru berpotensi memperkeruh situasi dan menegaskan bahwa kemajuan negosiasi lebih banyak terjadi melalui jalur multilateral, bukan intervensi AS.

7. Serbia dan Kosovo

Dalam konferensi pers di Ruang Oval pada 27 Juni, Trump mengklaim pemerintahannya mencegah pecahnya perang baru antara Serbia dan Kosovo dengan mengancam akan memberikan sanksi perdagangan.

Presiden Kosovo Vjosa Osmani mengatakan pada 10 Juli bahwa Trump memang mencegah potensi eskalasi.

Namun, Presiden Serbia Aleksandar Vučić membantah klaim tersebut dan menegaskan bahwa konflik bersenjata bahkan tidak terpikirkan.

Setelah pecahnya Yugoslavia, ketegangan antara kedua negara memuncak antara tahun 1998 dan 1999 ketika kedua negara berperang, yang berakhir dengan intervensi NATO. 

Sebagai informasi, Kosovo dulunya bagian dari Serbia, namun mendeklarasikan kemerdekaan pada 2008.

Serbia tidak mengakui kemerdekaan Kosovo, meski lebih dari 100 negara sudah mengakuinya.

Wilayah utara Kosovo masih dihuni oleh mayoritas etnis Serbia, dan sering menjadi titik konflik.

Pada masa jabatan pertama Trump, AS juga pernah memediasi pakta normalisasi ekonomi antara kedua negara pada 2020.

Kata Pakar

Donald Trump, yang sejak lama menginginkan Hadiah Nobel Perdamaian, mengecap dirinya sendiri sebagai pembawa perdamaian global.

Namun, apakah Trump benar-benar pantas mendapatkannya?

Lima pakar yang diwawancarai The Conversation semuanya mengatakan “tidak.”

1. Emma Shortis - Peneliti Senior Adjunct, Sekolah Studi Global, Perkotaan, dan Sosial, Universitas RMIT, Melbourne, Australia

“Menominasikan Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian itu seperti memasukkan hyena ke dalam pertunjukan anjing.

Tentu saja Trump tidak pantas mendapatkannya. Fakta bahwa kita dipaksa menanggapi pertanyaan ini dengan serius adalah bukti lain dari kemampuannya yang luar biasa dalam menetapkan dan mengatur ulang ketentuan-ketentuan politik kita.”

2. Ali Mamouri - Peneliti Studi Timur Tengah, Universitas Deakin, Geelong, Australia

“Nominasi Donald Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian oleh seseorang yang menghadapi tuduhan kejahatan perang merupakan ironi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat kelam, yang tidak dapat diabaikan.

Peran Trump dalam menengahi Kesepakatan Abraham dipuji sebagai terobosan diplomatik karena membuka jalan bagi normalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko.”

Namun, pencapaian ini dibayar mahal. Kesepakatan tersebut sengaja mengabaikan isu Palestina, yang selama ini menjadi inti ketidakstabilan regional, dan menyingkirkan konsensus internasional selama puluhan tahun mengenai solusi dua negara.”

3. Ian Parmeter - Peneliti Studi Timur Tengah, Universitas Nasional Australia

“Trump jelas menginginkan penghargaan tersebut, yang sebelumnya diraih pendahulunya, Barack Obama, pada tahun pertama masa jabatannya.”

Obama dianugerahi penghargaan pada 2009 atas upayanya mempromosikan nonproliferasi nuklir dan mendorong ‘iklim baru’ dalam hubungan internasional, khususnya dalam menjangkau dunia Muslim.”

Mengingat kedua ambisi ini belum membuahkan hasil signifikan, klaim apa yang sebenarnya bisa diajukan Trump pada tahap masa jabatan keduanya ini?”

4. Jasmine-Kim Westendorf - Profesor Madya Perdamaian dan Konflik, serta Wakil Direktur Inisiatif Pembangunan Perdamaian, Universitas Melbourne

“Trump menyatakan bahwa warisan paling membanggakannya adalah sebagai pembawa damai dan pemersatu. Namun, kenyataannya ia bukanlah keduanya.

Trump justru memicu eskalasi ketidakamanan, konflik bersenjata, dan pelanggaran hak asasi manusia secara global, serta secara aktif melemahkan kerja sama internasional untuk perdamaian. Ini termasuk keputusannya memberikan sanksi kepada hakim Mahkamah Pidana Internasional.”

Ada tren yang mengkhawatirkan di mana Hadiah Nobel Perdamaian digunakan untuk mendorong agenda politik tertentu, bukan murni untuk menghargai prestasi nyata.

5. Shahram Akbarzadeh - Direktur Forum Studi Timur Tengah (MESF), Universitas Deakin

“Benjamin Netanyahu ingin kita percaya bahwa Donald Trump adalah seorang pembawa damai.

Kenyataannya sangat jauh berbeda. Rekam jejaknya berlumuran darah dan penderitaan. Fakta bahwa Trump yakin dirinya layak menerima Hadiah Nobel Perdamaian hanya membuktikan ilusi keagungannya, di tengah begitu banyak bukti yang menunjukkan sebaliknya.”

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan