Kamis, 2 Oktober 2025

India Tolak Tawaran F-35 AS, Beralih untuk Pertimbangkan Beli Jet Tempur Siluman Su-57E Rusia

India menolak tawaran untuk membeli jet tempur F-35 AS, Rusia kini berkesempatan memasarkan Su-57E.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
US Air Force/FSMTC of Russia
F-35 VS SU-57 - Gambar atas: Tim F-35 Hill AFB tiba di Pangkalan Udara Al Dhafra, Uni Emirat Arab pada 30 Mei 2020. Gambar bawah: Penampakan jet tempur Su-57E yang diunggah di situs resmi Federal Service for Military-Technical Cooperation Rusia. India menolak tawaran untuk membeli jet tempur F-35 AS, Rusia kini berkesempatan memasarkan Su-57E. 

Namun China juga sedang mengembangkan jet tempur dalam negeri sendiri, J-20 dan J-35, yang mengurangi minat mereka terhadap platform asing.

Jika diakuisisi, Su-57E tidak hanya akan menjadi jet tempur generasi kelima, tetapi juga aset geopolitik yang merepresentasikan kemandirian militer India di tengah dunia yang kian terbelah antara poros AS dan aliansi pertahanan Rusia–China.

Keputusan akhir dilaporkan akan diambil India dalam beberapa bulan mendatang.

Hubungan India dan Rusia

Mengutip chathamhouse.org, India dan Rusia (Uni Soviet) menjalin hubungan diplomatik pada April 1947, tak lama sebelum India merdeka. 

Saat itu, India tengah berupaya mencapai kemandirian ekonomi, dan Uni Soviet menjadi mitra penting dalam mendukung pembangunan industri berat, termasuk investasi di sektor pertambangan, energi, dan produksi baja. 

Bahkan, model perencanaan ekonomi India mengadopsi sistem rencana lima tahun ala Soviet.

Di India, terutama di kalangan elit kebijakan generasi lama, terdapat kedekatan historis yang kuat terhadap Rusia.

Hal ini berakar dari dukungan Uni Soviet selama Perang Dingin, khususnya dalam konflik tahun 1971 antara India dan Pakistan, ketika Amerika Serikat dan China berpihak pada Pakistan.

Tahun tersebut dianggap sebagai puncak hubungan Indo-Soviet, ditandai dengan penandatanganan perjanjian persahabatan dan kerja sama antara kedua negara.

Dukungan Soviet terhadap India sebenarnya telah dimulai jauh sebelum itu.

Dalam perang tahun 1965 antara India dan Pakistan, Uni Soviet berperan sebagai mediator dan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Tashkent pada 1966, yang menghasilkan perjanjian damai.

Uni Soviet juga secara aktif mendukung India di forum internasional.

Antara tahun 1957 dan 1971, Moskow menggunakan hak veto di Dewan Keamanan PBB sebanyak enam kali untuk membela kepentingan India, terutama terkait isu Kashmir dan sekali dalam kasus intervensi militer India di Goa untuk mengakhiri kekuasaan Portugis.

Perdana Menteri India pun kerap singgah di Moskow dalam perjalanan pulang dari Washington.

Kemitraan ini terus berlanjut setelah berakhirnya Perang Dingin.

Sejak tahun 2000, kedua negara rutin menggelar KTT tahunan, dimulai dengan penandatanganan kemitraan strategis yang kemudian ditingkatkan pada 2010.

Sejak 2021, India dan Rusia juga menyelenggarakan pertemuan format 2+2—yakni pertemuan gabungan antara menteri luar negeri dan menteri pertahanan dari kedua negara.

Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, bahkan menyebut hubungan India–Rusia sebagai satu-satunya hal yang konsisten dalam politik global selama setengah abad terakhir.

Soal perang Rusia-Ukraina, India tidak secara eksplisit membenarkan maupun mengutuk tindakan Rusia.

Pemerintah India telah menyuarakan ketidaksenangan terhadap perang.

Dalam kunjungannya ke Ukraina pada Agustus 2024, Perdana Menteri Narendra Modi menegaskan bahwa posisi India bukanlah netral, melainkan berpihak pada perdamaian.

Hubungan India dan AS

Mengutip The Diplomat, hubungan India–Amerika Serikat sempat menguat di periode pertama Presiden Donald Trump.

Tetapi kini hubungan itu retak.

Meskipun Trump dulu populer di India, sejumlah langkah terbarunya—termasuk pertemuan tingkat tinggi AS dengan Pakistan dan pernyataan soal mediasi di Kashmir—menimbulkan kekhawatiran di New Delhi.

India merasa kepentingan strategisnya diabaikan, apalagi AS terlihat merangkul Pakistan yang dianggap mengancam keamanan India.

Trump juga mengirim sinyal yang membingungkan dengan pendekatan publik terhadap Pakistan, negara yang dekat dengan China.

Padahal, India telah berinvestasi besar dalam kemitraan dengan AS melalui kerja sama strategis seperti Quad dan latihan militer bersama.

Jika AS ingin mempertahankan pengaruhnya di Asia dan menandingi kekuatan China, maka India adalah mitra kunci yang tak bisa diabaikan. 

Ketidakkonsistenan kebijakan AS justru menguntungkan China dan merusak kepercayaan India.

Karenanya, AS harus memilih, apakah memperlakukan India sebagai mitra strategis yang setara, atau terus mempermainkan hubungan jangka pendek yang bisa menghancurkan kemitraan jangka panjang.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved