Konflik Thailand Vs Kamboja
4 Poin Penting Perjanjian Gencatan Senjata Thailand dan Kamboja, Malaysia Kirim Pengamat
Simaklah berikut ini empat poin penting dalam perjanjian gencatan senjata antara Thailand dengan Kamboja yang akan dibahas pada Selasa (29/7/2025).
Penulis:
Whiesa Daniswara
Editor:
Febri Prasetyo
Partisipasi dan kerja sama yang kuat dari semua pihak mencerminkan komitmen bersama terhadap perdamaian, diplomasi, dan stabilitas regional.
Ucapkan Terima Kasih ke AS dan China
Mengutip Bangkok Post, kesepakatan damai itu akan mempertemukan para komandan militer dari kedua bela pihak pada Selasa pagi.
Pernyataan bersama dari kedua negara, serta Malaysia yang menjadi tuan rumah perundingan damai, mengatakan gencatan senjata merupakan "langkah awal yang penting menuju de-eskalasi dan pemulihan perdamaian dan keamanan".
Kedua belah pihak tengah mendekati Presiden AS, Donald Trump untuk membuat kesepakatan perdagangan guna menghindari ancaman tarif yang sangat tinggi.
Kementerian Luar Negeri AS mengatakan para pejabatnya telah "turun ke lapangan" untuk menggembalakan perundingan damai.
Baca juga: Respons Gencatan Senjata Thailand-Kamboja, China Minta Kedua Pihak Serius Berkomitmen Damai
Pernyataan bersama tersebut mengatakan China juga memiliki "partisipasi aktif" dalam pembicaraan tersebut, yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Malaysia dan ketua blok ASEAN Anwar Ibrahim di ibu kota administratif negaranya, Putrajaya.
Perdana Menteri Kamboja Hun Manet mengucapkan terima kasih kepada Trump atas dukungannya yang "tegas".
Sementara Penjabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai, mengatakan hal itu harus "dilaksanakan dengan itikad baik oleh kedua belah pihak".
Dalam panggilan terpisah dengan Phumtham dan Hun Manet pada hari Sabtu, Trump telah mengancam bahwa Washington tidak akan mencapai kesepakatan perdagangan dengan salah satu negara selama pertempuran berlanjut.
"Kami tidak akan membuat kesepakatan dagang kecuali Anda menyelesaikan perang," kata Trump, dikutip dari Al Jazeera.
Trump menambahkan bahwa kedua pemimpin menyatakan kesediaan untuk bernegosiasi setelah berbicara langsung dengannya.
Baik Thailand maupun Kamboja menghadapi prospek tarif AS sebesar 36 persen mulai 1 Agustus.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.