Senin, 29 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Serangan Udara Israel Menewaskan Satu Keluarga Gaza yang Sedang Kelaparan Saat Mereka Tidur

Keluarga Al-Shaer tertidur dalam keadaan lapar di rumah mereka di Kota Gaza. Serangan udara Israel menewaskan mereka saat tidur.

Editor: Muhammad Barir
RNTV/TangkapLayar
KEHANCURAN TOTAL - Foto tangkap layar RNTV pada Senin (14/7/2025) yang menunjukkan kehancuran total di Jalur Gaza akibat bombardemen Israel. Dari meja perundingan, negosiasi gencatan senjata Israel dan Hamas di Qatar kembali menemui jalan buntu. Israel bersikukuh mempertahankan pasukannya di sekitar 40 persen wilayah Gaza. 

Serangan Udara Israel Menewaskan Satu Keluarga Gaza yang Sedang Kelaparan saat Mereka Tidur

TRIBUNNEWS.COM- Keluarga Al-Shaer tertidur dalam keadaan lapar di rumah mereka di Kota Gaza. Serangan udara Israel menewaskan mereka saat tidur.

Keluarga tersebut - jurnalis lepas Wala al-Jaabari, suaminya dan lima anak mereka - termasuk di antara lebih dari 100 orang yang tewas dalam 24 jam serangan atau tembakan Israel, menurut pejabat kesehatan.

Mayat mereka dibaringkan dalam kain kafan putih di luar rumah mereka yang dibom pada hari Rabu, dengan nama-nama mereka ditulis dengan pena. Darah merembes melalui kain kafan saat mereka terbaring di sana, membuat mereka merah.

"Ini sepupu saya. Usianya 10 tahun. Kami menggali mereka dari reruntuhan," kata Amr al-Shaer, sambil memegang salah satu jenazah setelah mengambilnya.

Iman al-Shaer, kerabat lain yang tinggal di dekat lokasi, mengatakan keluarganya belum makan apa pun sebelum bom jatuh. "Anak-anak tidur tanpa makanan," ujarnya.

Militer Israel tidak segera mengomentari serangan di rumah keluarga tersebut, tetapi mengatakan angkatan udaranya telah menyerang 120 target di seluruh Gaza dalam satu hari terakhir, termasuk "sel teroris, struktur militer, terowongan, struktur jebakan, dan lokasi infrastruktur teroris lainnya".

Pihak keluarga mengatakan beberapa tetangga selamat hanya karena mereka sedang mencari makanan pada saat terjadinya serangan.

Sepuluh warga Palestina lainnya meninggal semalam akibat kelaparan, kata kementerian kesehatan Gaza, sehingga jumlah total orang yang mati kelaparan menjadi 111, sebagian besar dari mereka meninggal dalam beberapa minggu terakhir saat gelombang kelaparan melanda daerah kantong Palestina tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Rabu menyatakan bahwa 21 anak di bawah usia lima tahun termasuk di antara mereka yang meninggal akibat malnutrisi sepanjang tahun ini. WHO menyatakan bahwa mereka tidak dapat mengirimkan makanan selama hampir 80 hari antara bulan Maret dan Mei, dan bahwa dimulainya kembali pengiriman makanan masih jauh di bawah kebutuhan.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, 111 organisasi, termasuk Mercy Corps, Norwegian Refugee Council dan Refugees International, mengatakan kelaparan massal menyebar bahkan ketika berton-ton makanan, air bersih dan pasokan medis masih belum tersentuh di luar Gaza, di mana kelompok-kelompok bantuan diblokir untuk mengaksesnya.

Israel, yang memutus semua pasokan ke Gaza sejak awal Maret dan membukanya kembali dengan pembatasan baru pada bulan Mei, menyatakan komitmennya untuk mengizinkan masuknya bantuan, tetapi harus mengendalikannya agar tidak dialihkan oleh para pejuang. Israel menyatakan telah membiarkan cukup makanan masuk ke Gaza selama perang dan menyalahkan Hamas atas penderitaan 2,2 juta penduduk Gaza.

Israel juga menuduh Perserikatan Bangsa-Bangsa gagal bertindak tepat waktu, dengan mengatakan 700 truk bantuan terbengkalai di Gaza. "Sudah saatnya mereka mengambilnya dan berhenti menyalahkan Israel atas kemacetan yang terjadi," kata juru bicara pemerintah Israel, David Mercer, Rabu.

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok-kelompok bantuan yang mencoba mengirimkan makanan ke Gaza mengatakan Israel, yang mengendalikan segala sesuatu yang masuk dan keluar, menghambat pengiriman, dan pasukan Israel telah menembak mati ratusan warga Palestina di dekat titik pengumpulan bantuan sejak bulan Mei.

"Kami memiliki persyaratan minimum untuk dapat beroperasi di Gaza," ujar Ross Smith, direktur tanggap darurat di Program Pangan Dunia PBB, kepada Reuters. "Salah satu hal terpenting yang ingin saya tekankan adalah kami tidak boleh menempatkan aktor bersenjata di dekat titik distribusi kami, di dekat konvoi kami."

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan