Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Apa Target Tank Israel di Gereja Gaza? Spekulasi Netizen, Tank Membidik Salib Gereja, Namun Meleset

Melihat foto yang beredar luas terkait kerusakan terjadi di Gereja Keluarga Kudus di Gaza, muncul spekulasi, kalau tentara Israel membidik salib

|
Editor: Muhammad Barir
Latin Patriarchate of Jerusalem
Israel menyerang satu-satunya gereja Katolik di Gaza, yakni Gereja Keluarga Kudus (Holy Family Church). Dalam sejumlah laporan, serangan itu disebut menewaskan 22 orang. 

Apa Target Tank Israel di Gereja Gaza? Spekulasi Netizen, Tank Bidik Salib Gereja, Namun Meleset

TRIBUNNEWS.COM- Melihat foto yang beredar luas terkait kerusakan yang terjadi di Gereja Keluarga Kudus di Gaza, muncul spekulasi di kalangan netizen, kalau tentara Israel berupaya membidik salib yang menjadi penanda di bangunan Gereja tersebut, namun tembakannya meleset.

Tembakan meleset tersebut mengenai bagian sisi lain dari bagian atas gedung hingga menimbulkan pecahan besar yang bisa melukai banyak orang yang berlindung di dalam gereja.

Spekulasi tersebut beredar setelah melihat gambar kerusakan yang ada, di mana ada bekas tembakan tank dengan kaliber besar mengenai salah satu sisi atap bangunan dekat dengan logo salib di atas gereja tersebut.

"Sepertinya mereka berlatih menembak kayu salib," tulis akun dengan nama @hicks_a35551 saat berkomentar pada foto tersebut di X.

Beberapa komentar senada juga banyak ditemukan dalam komentar-komentar netizen di Youtube.

Mereka menduga, Tank Israel mengincar Salib pada gereja tersebut. Entah itu disengaja atau hanya iseng belaka.

"Mereka pikir tanda Salib itu adalah target" tulis netizen lainnya. 

"Salib  menandakan kebebasan dan mereka tidak dapat menembaknya" tulis lainnya lagi.

Namun tentunya, hal tesebut, masih spekulasi netizen, Israel mengklaim telah melakukan investigasi sendiri atas insiden yang menyebabkan tewasnya tiga orang dan melukai sekitar 10 orang lainnya. 

Caritas Jerusalem, sebuah kelompok amal, menyatakan peluru itu menghantam atap gereja.

"Saat itu, beberapa orang berada di luar gedung utama, termasuk dua perempuan lanjut usia yang sedang duduk di dalam tenda dukungan psikososial Caritas kami," ujar Caritas, menurut BBC. "Keduanya mengalami luka parah dan dibawa dengan ambulans ke Rumah Sakit Al-Ahli setelah tertunda 15 menit."

Tiga pemuda yang berdiri di pintu masuk gedung gereja juga terluka parah dan dilarikan ke rumah sakit, menurut Caritas.

CNN melaporkan telah memverifikasi gambar yang menunjukkan gereja rusak akibat serangan itu, tetapi salib di atas atap tampak utuh.

Di antara para korban tewas yang terbunuh oleh serangan tank Israel tersebut masing-masing wanita bernama Saad Issa Kostandi Salameh, 60 tahun penjaga gereja; Foumia Issa Latif Ayyad 84 tahun, dan seorang pria bernama Najwa Abu Daoud 69 tahun.

Saad Salameh, 60 tahun, seorang petugas kebersihan paroki, yang sedang berada di halaman saat ledakan terjadi.

Fumayya Ayyad, 84 tahun sedang menerima perawatan di tenda psikososial Caritas.

Sedangkan Najwa Abu Daoud, 69 tahun sedang duduk di dekat Fumayya saat ledakan tersebut menyebabkan pecahan peluru dan puing-puing berhamburan di area tersebut.

Para korban terluka parah dan dibawa ke Rumah Sakit Al-Mamadani, kurangnya sumber daya medis dan unit darah di Gaza, mereka meninggal dunia secara tragis.

 

 

Ditemukan Pecahan Peluru

Serangan tank Israel menewaskan tiga orang dan melukai seorang pendeta di satu-satunya gereja Katolik di Jalur Gaza pada Kamis pagi (17 Juli). Pihak militer mengatakan penyelidikan awal menemukan "pecahan peluru" yang secara tidak sengaja mengenai bangunan tersebut.

Pendeta Gabriele Romanelli membutuhkan perawatan medis dalam insiden yang merenggut nyawa dua wanita dan seorang pria yang berlindung di Gereja Keluarga Kudus di Kota Gaza.

Sebuah unggahan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di situs X pada Kamis malam menyatakan bahwa penyelidikan awal "menunjukkan bahwa pecahan peluru yang ditembakkan selama operasi di area tersebut secara keliru mengenai gereja."

Penyebab insiden tersebut sedang ditinjau, IDF menyatakan, menegaskan bahwa mereka hanya menyerang target militer dan melakukan "segala upaya yang memungkinkan untuk mengurangi kerugian bagi warga sipil dan bangunan keagamaan, dan menyesalkan segala kerusakan yang tidak disengaja yang terjadi pada mereka."

Patriarkat Latin Yerusalem, yang mengawasi gereja tersebut, menyatakan bahwa sembilan orang terluka dalam serangan itu, termasuk satu orang dalam kondisi kritis, dan bahwa Romanelli mengalami luka ringan ketika bangunan gereja tersebut “diserang oleh tentara Israel,” menurut BBC .

Kementerian luar negeri Israel merilis pernyataan yang mengatakan pihaknya menyesalkan adanya kerusakan pada situs keagamaan atau warga sipil yang tidak terlibat.

Keluarga-keluarga terlantar dari komunitas Kristen kecil di Gaza telah tinggal di kompleks gereja tersebut sejak rumah mereka dihancurkan dalam kampanye militer Israel untuk menghabisi Hamas setelah serangan terorisnya pada 7 Oktober 2023.

Patriark Latin Yerusalem, Kardinal Pierbattista Pizzaballa, menyatakan keraguan bahwa serangan itu merupakan hasil suatu kesalahan.

"Yang kami tahu pasti adalah sebuah tank, kata IDF, secara tidak sengaja, tetapi kami tidak yakin tentang hal ini. Mereka menyerang gereja secara langsung," ujarnya kepada Vatican News.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merilis pernyataan pada hari Kamis yang berbunyi, "Israel sangat menyesalkan sebuah amunisi nyasar yang mengenai Gereja Keluarga Kudus di Gaza. Setiap nyawa tak berdosa yang hilang adalah sebuah tragedi."

Patriarkat Latin Yerusalem Pizzaballa menyatakan bahwa tiga orang kehilangan nyawa dan sembilan lainnya luka-luka, "termasuk satu orang dalam kondisi kritis dan dua orang dalam kondisi serius." Patriarkat mengidentifikasi mereka yang tewas sebagai Saad Issa Kostandi Salameh, yang menurut Caritas Yerusalem adalah seorang petugas kebersihan paroki berusia 60 tahun; Foumia Issa Latif Ayyad, 84 tahun; dan Najwa Abu Dawood.

Vatikan mengirimkan telegram kepada para korban yang menyatakan bahwa Paus Leo IVX sangat berduka atas hilangnya nyawa tersebut dan telah meyakinkan Romanelli “dan seluruh komunitas paroki tentang kedekatan spiritualnya.”

"Yang Mulia kembali menyerukan gencatan senjata segera, dan beliau menyampaikan harapan mendalam untuk dialog, rekonsiliasi, dan perdamaian abadi di kawasan ini," demikian pernyataan tersebut.

Sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan Presiden Trump telah membahas masalah tersebut dengan Netanyahu, dan mengatakan bahwa Netanyahu mengatakan kepadanya bahwa "itu adalah sebuah kesalahan" oleh Israel "untuk menyerang gereja Katolik itu."

Diperkirakan 600 orang mengungsi berlindung di dalam gereja pada saat itu, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak, bersama dengan 54 orang dengan kebutuhan khusus, menurut BBC.

“Gereja Keluarga Kudus berada di bagian Kota Gaza yang sebelumnya telah diperintahkan oleh militer Israel untuk ditinggalkan oleh penduduk setempat,” lapor BBC.

Caritas Jerusalem mengatakan Romanelli telah mendesak orang-orang untuk tetap berada di dalam kamar "karena keberadaan tank-tank Israel di dekat kompleks gereja dan serangan terus-menerus di dekatnya," menurut BBC.

"Jika Pastor Gabriel tidak memperingatkan kami untuk tetap di dalam rumah, kami mungkin kehilangan 50 hingga 60 orang hari ini," ujar seorang staf Caritas kepada BBC. "Itu akan menjadi pembantaian."

Serangan Israel menewaskan lebih dari 58.500 orang di Gaza, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Insiden ini bukan pertama kalinya IDF menyerang gereja. Pada 16 Desember 2023, tembakan penembak jitu IDF menewaskan seorang wanita lanjut usia dan putrinya di kompleks Gereja Keluarga Kudus. Seorang kerabat mengatakan bahwa serangan IDF tersebut merupakan yang keenam pada saat itu, menurut The Washington Post.

Menyusul tembakan penembak jitu IDF yang menurut sumber gereja Katolik menewaskan Nahida Khalil Anton dan putrinya Samar Kamal Anton, saudara laki-laki putrinya  mengatakan kepada The Washington Post  bahwa dia dan orang lain yang hadir di gedung gereja keluar dan melihat ibu dan saudara perempuannya terbaring telungkup.

"Ketika kami melihat Samar, kami semua bergegas menyelamatkannya, dan penembak jitu menembaki kami, melukai kedua anak saya," kata Issa Antoun kepada The Post melalui telepon, seraya menambahkan bahwa ketika penembakan terus-menerus dari IDF kemudian mereda, mereka menemukan jenazah dan menguburkannya di pemakaman gereja.

Patriark Latin Yerusalem Pizzaballa mengatakan pada saat itu bahwa seorang penembak jitu IDF membunuh dua wanita Kristen di lokasi gereja di daerah Shejayia, Kota Gaza saat mereka berjalan ke gedung Biara Suster di kompleks tersebut.

"Tujuh orang lainnya ditembak dan terluka saat mereka mencoba melindungi orang lain di dalam kompleks gereja," ujar Pizzaballa. "Tidak ada peringatan, tidak ada pemberitahuan. Mereka ditembak dengan kejam di dalam kompleks Paroki, di mana tidak ada pihak yang bertikai."

Pada 17 Desember 2023, IDF mengeluarkan  pernyataan  yang mengakui bahwa “sebuah insiden terjadi” di kompleks gereja tersebut.

"Tinjauan awal menunjukkan bahwa pasukan IDF, yang beroperasi melawan teroris Hamas di daerah tersebut, beroperasi melawan ancaman yang mereka identifikasi di area gereja," demikian pernyataan IDF saat itu. "IDF sedang melakukan peninjauan menyeluruh atas insiden tersebut."

Umat Kristen konon telah mendiami Gaza sejak abad pertama. Diperkirakan kurang dari 1.000 orang Kristen yang masih tinggal di jalur tersebut.

 

 

Israel Janji Lakukan Investigasi 

Pada hari Kamis, serangan Israel menghantam Gereja Keluarga Kudus di Gaza, satu-satunya gereja Katolik di wilayah tersebut, menewaskan tiga warga sipil dan melukai beberapa lainnya. Pemerintah Israel menyatakan penyesalannya, menyebut serangan itu sebagai kesalahan dan berjanji akan melakukan penyelidikan penuh. Insiden ini telah menuai kritik tajam internasional, termasuk dari para pemimpin Vatikan dan Italia. 

Menurut Patriarkat Latin Yerusalem, serangan itu menewaskan dua perempuan seketika dan melukai pastor paroki, Romo Gabriel Romanelli. Orang ketiga kemudian meninggal dunia akibat luka-luka. Kompleks itu sebelumnya menampung puluhan warga sipil, termasuk warga Kristen, Muslim, dan anak-anak penyandang disabilitas. 

Foto-foto menunjukkan kerusakan signifikan pada gereja, termasuk lubang menganga di atap dekat salib batu besar. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka sedang meninjau insiden tersebut dan menegaskan kembali bahwa militer tidak secara sengaja menargetkan situs-situs keagamaan. 


"Israel tidak pernah menargetkan gereja atau tempat ibadah dan menyesalkan segala kerusakan yang terjadi pada tempat ibadah atau warga sipil yang tidak terlibat," kata Kementerian Luar Negeri. 

Kantor Perdana Menteri kemudian menambahkan, "Israel sangat menyesalkan bahwa sebuah amunisi nyasar mengenai Gereja Keluarga Kudus di Gaza. Setiap nyawa tak berdosa yang hilang adalah sebuah tragedi. Kami turut berduka cita bersama keluarga dan umat beriman." 

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyebut serangan itu "tidak dapat diterima," sementara Menteri Luar Negeri Antonio Tajani menggambarkannya sebagai "tindakan serius terhadap tempat ibadah Kristen." 

Kardinal Pierbattista Pizzaballa, Patriark Latin Yerusalem, menyatakan bahwa sebuah tank Israel telah menghantam gereja tersebut, dan menambahkan, "Kita perlu memahami apa yang terjadi, apa yang harus dilakukan, terutama untuk melindungi rakyat kita." 


Paus Leo XIV menyampaikan doa dan mengulangi seruannya untuk gencatan senjata dan perdamaian di wilayah tersebut. 

Serangan ke gereja tersebut memicu pembicaraan Presiden Donald Trump dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menurut Gedung Putih. Para pejabat AS menekankan pentingnya meredakan ketegangan di kawasan tersebut, termasuk di Suriah, di mana konflik terpisah antara pejuang Druze dan pasukan pemerintah menewaskan ratusan orang dan diakhiri dengan gencatan senjata yang rapuh. 

 

 

Paus Leo XIV  Ungkap Kesedihan 

Paus Leo XIV telah memperbarui seruannya untuk gencatan senjata di Gaza setelah tiga orang yang berlindung di gereja Katolik di Kota Gaza tewas dalam serangan Israel.

Sebuah telegram mengatakan Paus "sangat bersedih mengetahui hilangnya nyawa dan cedera yang disebabkan oleh serangan militer" di Gereja Keluarga Kudus.

Patriarkat Latin Yerusalem, yang mengawasi gereja tersebut, mengatakan gereja tersebut "diserang oleh tentara Israel". Sembilan orang lainnya terluka, salah satunya berada dalam kondisi kritis di rumah sakit. Pastor paroki mengalami luka ringan.

Perdana Menteri Israel mengatakan pihaknya "sangat menyesalkan adanya amunisi nyasar yang mengenai" gereja dan militer Israel mengatakan insiden tersebut sedang ditinjau.

Banyak keluarga terlantar dari komunitas Kristen kecil di Gaza telah tinggal di kompleks gereja tersebut sejak perang dimulai setelah rumah mereka sendiri hancur.

Saat ia masih hidup, mendiang Paus Fransiskus menelepon mereka hampir setiap hari.

Sebuah video dan foto yang dibagikan kepada BBC menunjukkan atap Gereja Keluarga Kudus terkena tembakan, dekat dengan salib, dan jendela-jendelanya pecah.

Rekaman TV menunjukkan pendeta paroki Argentina, Pastor Gabriele Romanelli, berjalan dengan goyah dan memeriksa seorang pria di atas tandu di rumah sakit Al-Ahli di Kota Gaza.

Patriark Latin Yerusalem, Kardinal Pierbattista Pizzaballa, mengatakan kepada situs web Berita Vatikan bahwa Gereja Keluarga Kudus terkena tembakan tank.

"Yang kami tahu pasti adalah sebuah tank, kata IDF [Pasukan Pertahanan Israel], secara tidak sengaja, tetapi kami tidak yakin tentang hal ini. Mereka menyerang gereja secara langsung," ujarnya.

Lembaga amal Caritas Jerusalem mengatakan peluru itu menghantam atap gereja, "menyebarkan pecahan peluru dan puing-puing di halaman".

"Saat itu, beberapa orang berada di luar gedung utama, termasuk dua perempuan lanjut usia yang sedang duduk di dalam tenda dukungan psikososial Caritas kami. Keduanya mengalami luka parah dan dibawa dengan ambulans ke Rumah Sakit Al-Ahli setelah tertunda 15 menit," katanya.

Tiga orang muda yang berdiri di pintu masuk gereja juga terluka parah dan dilarikan ke rumah sakit menggunakan kendaraan pribadi.

Kemudian, Patriarkat Latin Yerusalem mengumumkan bahwa "tiga orang kehilangan nyawa akibat luka-luka yang diderita dan sembilan lainnya terluka, termasuk satu orang dalam kondisi kritis dan dua orang dalam kondisi serius".

Mereka yang terbunuh adalah Saad Issa Kostandi Salameh, petugas kebersihan paroki berusia 60 tahun, Foumia Issa Latif Ayyad, 84, dan Najwa Abu Daoud.

Patriarkat mengatakan pihaknya "mengutuk keras tragedi ini dan penargetan warga sipil tak berdosa serta tempat suci".

"Namun, tragedi ini tidak lebih besar atau lebih mengerikan daripada banyak tragedi lain yang menimpa Gaza. Banyak warga sipil tak berdosa lainnya juga terluka, mengungsi, dan terbunuh," tambahnya.

Sekretaris negara Vatikan mengirim telegram kepada para korban yang mengatakan Paus Leo sangat berduka atas hilangnya nyawa tersebut dan telah meyakinkan Pastor Romanelli "dan seluruh komunitas paroki tentang kedekatan spiritualnya".

"Yang Mulia kembali menyerukan gencatan senjata segera, dan beliau menyampaikan harapan mendalam untuk dialog, rekonsiliasi, dan perdamaian abadi di kawasan ini," tambahnya.

Pada malam harinya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan: "Israel sangat menyesalkan bahwa amunisi nyasar mengenai Gereja Keluarga Kudus di Gaza."

"Setiap nyawa tak berdosa yang hilang adalah tragedi. Kami turut berduka cita atas kehilangan yang dialami keluarga dan umat beriman."

IDF mengatakan penyelidikan awal menunjukkan bahwa "pecahan peluru yang ditembakkan selama aktivitas operasional di daerah tersebut secara tidak sengaja mengenai gereja".

"Penyebab insiden sedang ditinjau," tambahnya.

Ditanya oleh wartawan, sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan Presiden AS Donald Trump telah menelepon Netanyahu untuk membahas masalah tersebut.

"Itu adalah kesalahan Israel karena menyerang gereja Katolik itu, itulah yang disampaikan Perdana Menteri kepada Presiden," katanya.

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni mengatakan: "Serangan terhadap penduduk sipil yang telah dilakukan Israel selama berbulan-bulan tidak dapat diterima."

"Tidak ada tindakan militer yang dapat membenarkan sikap seperti itu," tambahnya.

Patriarkat Ortodoks Yunani di Yerusalem juga mengutuk pemogokan tersebut, yang disebutnya sebagai "pelanggaran mencolok terhadap martabat manusia dan pelanggaran terang-terangan terhadap kesucian hidup dan kesucian tempat-tempat keagamaan".

Diperkirakan ada 600 orang pengungsi yang berlindung di dalamnya saat itu, sebagian besar adalah anak-anak dan 54 orang dengan kebutuhan khusus.

Gereja Keluarga Kudus berada di bagian Kota Gaza yang sebelumnya telah diperintahkan militer Israel agar ditinggalkan penduduk setempat.

Caritas Jerusalem mengatakan Pastor Romanelli telah mendesak orang-orang untuk tetap berada di dalam kamar "karena keberadaan tank-tank Israel di dekat kompleks gereja dan serangan terus-menerus di dekatnya".

"Jika Pastor Gabriel tidak memperingatkan kami untuk tetap di dalam rumah, kami mungkin kehilangan 50 hingga 60 orang hari ini. Itu akan menjadi pembantaian," kata seorang staf Caritas.

Lebih dari 20 orang dilaporkan tewas akibat serangan Israel di Gaza pada hari Kamis.

 

SUMBER: X, Youtube, BBC, THE MEDIA LINE, CHRISTIAN DAILY

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved