Teknologi Digital Atasi Hambatan Bahasa di Pertanian Fukui, Jepang: Tenaga Asing Jadi Kunci Sukses
Tenaga asing kini menjadi penyelamat di sektor pertanian, yang tengah menghadapi krisis kekurangan tenaga kerja
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Pemanfaatan teknologi digital terbukti efektif mengatasi kendala komunikasi di sektor pertanian Kota Fukui, Jepang.
Langkah ini tidak hanya memperbaiki produktivitas, tetapi juga berhasil mendongkrak penjualan hasil pertanian secara signifikan pada tahun lalu.
“Tenaga asing kini menjadi penyelamat di sektor pertanian, yang tengah menghadapi krisis kekurangan tenaga kerja. Masalah utamanya adalah kendala bahasa, namun kami menciptakan lingkungan kerja berbasis teknologi digital agar para pekerja asing bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya,” ujar Toru Taya, Presiden Farm Taya, kepada stasiun televisi lokal FBC Fukui.
Di Farm Taya, berbagai upaya dilakukan untuk mendukung kelancaran kerja.
“Kami menanam 18 jenis sayuran setiap tahun di lahan terbuka dan rumah kaca,” ungkap Taya.
Baca juga: Donki Hote Semprot JA Jepang Sebagai Penyebab Harga Beras Jadi Mahal
Saat ini, dari 12 staf pertanian, delapan di antaranya merupakan warga negara Indonesia.
Salah satunya adalah Hasnah, yang baru tiba di Jepang pada April 2025. Sebelum mulai bekerja, Hasnah memeriksa ponselnya untuk melihat tujuan dan jumlah pengiriman yang tersedia di folder bersama yang bisa diakses melalui perangkat pintar seperti iPad.
“Saya pernah dengar cerita dari teman di negara lain yang tidak tahu kapan pekerjaan mereka akan selesai, seperti dipaksa bekerja tanpa arah. Tapi kalau kita tahu tujuannya, kita bisa kerja lebih semangat,” ujar Hasnah.
Aplikasi Khusus Bantu Pemahaman Visual dan Bahasa
Untuk mengatasi hambatan komunikasi, perusahaan menciptakan aplikasi internal berisi panduan kerja berupa teks, foto, dan video.
Misalnya, untuk memanen zucchini, aplikasi akan menjelaskan bahwa daun tua juga harus dipangkas. Hasilnya, bahkan pekerja baru seperti Hasnah dapat memahami tugas dengan cepat.
“Di bidang pertanian, kami memanfaatkan kekuatan digital secara penuh,” jelas Taya.
Selain aplikasi, pendampingan satu lawan satu juga diberikan oleh pendidik.
Misalnya, staf menempelkan nama mitra bisnis di karton atau label varietas selada untuk memudahkan identifikasi.
Hal ini penting, karena kesalahan komunikasi sebelumnya menyebabkan produk panen harus dibuang akibat instruksi yang tidak tersampaikan dengan baik.
BPR Perlu Adopsi Teknologi Digital Agar Tetap Kompetitif di Industri Perbankan |
![]() |
---|
PDGI: Jangkau Lebih Banyak Pasien Dokter Gigi Perlu Manfaatkan AI dan Teknologi Digital |
![]() |
---|
Hubungan Antara Pendidikan dan Teknologi Digital: Kerja Sama untuk Masa Depan |
![]() |
---|
Teken PP Perlindungan Anak di Medsos, Presiden Prabowo Tergugah Kekhawatiran Menteri Meutya Hafid |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.