Konflik Suriah
Adu Kuat di Suriah, Israel Matian-matian Lobi AS untuk Tak Beri Turki Jet Tempur F-35
Israel dan Perdana Menterinya Benjamin Netanyahu tak ingin melihat Turki memperoleh jet tempur F-35. Ada kuat pengaruh Israel-Turki terjadi di Suriah
Adu Kuat di Suriah, Israel Matian-matian Lobi AS untuk Mencegah Turki Punya Jet Tempur F-35
TRIBUNNEWS.COM - Israel dilaporkan telah menggandakan upaya lobinya untuk mencegah pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menjual jet tempur generasi kelima F-35 Lightning II buatan Lockheed Martin ke Turki.
Israel dan Perdana Menterinya, Benjamin Netanyahu tidak ingin melihat Turki memperoleh jet tempur F-35.
Baca juga: Analis Rusia: Turki Mau Kirim Sistem Rudal Jarak Jauh S-400 ke Suriah, Jebakan Buat Jet Israel
Untuk itu, satu di antara tujuan kunjungan Netanyahu baru-baru ini ke Washington untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio juga mengangkat agenda itu.
Menurut sumber diplomatik Barat seperti dikutip portal berita Middle East Eye, Israel tidak ingin Turki mengoperasikan F-35 karena hubungan kedua negara yang semakin tegang akibat masalah di Suriah.
“Netanyahu mengangkat isu penjualan jet tempur F-35 dalam beberapa panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pada bulan Maret dan April. Perdana Menteri Israel juga mendesak Rubio untuk mempertimbangkan kembali penjualan senjata tersebut,” kata laporan tersebut dikutip Senin (14/4/2025).
"Dapat dipahami kalau Netanyahu secara pribadi telah menyatakan niatnya untuk menekan Donald Trump agar menolak penjualan F-35 (ke Turki)," menurut portal berita tersebut.

Sanksi CAATSA ke Turki
Presiden AS, Donald Trump sebelumnya dilaporkan bersedia mempertimbangkan kembali penjualan jet tempur F-35 Lightning II ke Turki setelah mengadakan percakapan telepon dengan mitranya dari Turki, Recep Tayyep Erdogan, baru-baru ini.
Presiden AS disebut-sebut tengah berupaya melanjutkan penjualan jet tempur generasi kelima ke Turki, jika kedua pihak, Washington dan Ankara, dapat mencapai kesepakatan yang akan membuat Turki "menelantarkan" sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia.
Washington memberlakukan sanksi CAATSA setelah Ankara membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia, yang dipandang bertentangan dengan kepentingan keamanan NATO dan Amerika.
CAATSA merupakan akronim untuk Countering America's Adversaries Through Sanctions Act atau Undang-Undang Penentang Musuh Amerika Melalui Sanksi.
Sebagai respons atas pembelian senjata Rusia tersebut, Turki dikeluarkan dari program jet tempur generasi kelima F-35, dan sanksi dijatuhkan pada industri pertahanannya, termasuk pembekuan aset dan pembatasan visa pada beberapa pejabat Turki.
Faktanya, enam pesawat F-35 milik Turki sebenarnya sudah rampung di Amerika Serikat, tetapi kini terbengkalai di hanggar di negara tersebut, akibat keputusan Washington yang menjatuhkan sanksi militer terhadap Ankara.
Sebelumnya, Turki telah menandatangani kontrak untuk membeli 100 jet tempur F-35.
QME Israel
Pencegahan penjualan F-35 ke Turki juga sejalan dengan upaya mempertahankan Keunggulan Militer Kualitatif (Qualitative Military Advantage/QME) yang dimiliki militer Israel dibandingkan dengan kekuatan militer negara tetangganya, termasuk Turki.
Secara sederhana, konsep QME adalah keunggulan militer yang berkelanjutan dan kredibel, menurut Israel Policy Forum.
QME Israel menjadi kebijakan AS sejak 1968, dan ditetapkan dalam hukum AS pada tahun 2008.
Prinsip QME ini mencantumkan beberapa syarat, antara lain:
- Amerika Serikat diharuskan oleh hukum untuk menegakkan QME Israel.
- Penjualan senjata ke negara-negara Timur Tengah lainnya yang dapat membahayakan QME Israel dilarang.
- Penjualan senjata ke negara-negara Timur Tengah lainnya harus diimbangi dengan memperkuat kemampuan Israel.
- Pemerintah harus secara berkala menilai status QME Israel.
Itu sebabnya, segala upaya negara tetangga Israel untuk memperoleh senjata canggih, terutama jet tempur dan rudal, sering kali menemui pertentangan dari Israel dan para pelobinya dengan alasan mempertahankan keunggulan kualitatif militer Israel atas negara tetangganya.
"Amerika Serikat beserta sekutunya akan menuruti semua permintaan Israel berkenaan dengan masalah QME ini, sebagaimana yang dialami oleh Mesir, di mana permintaannya untuk memiliki rudal udara-ke-udara Meteor BVRAAM dan AIM-120 AMRAAM guna melengkapi jet tempur Rafale dan F-16 juga tidak dikabulkan oleh Washington karena Tel Aviv bersikeras mempertahankan QME," tulis ulasan DSA.
Karena kebijakan mempertahankan keunggulan militer Israel ini, upaya beberapa negara Teluk Arab yang memiliki hubungan dekat dengan Washington untuk memperoleh jet tempur F-35 juga gagal hingga saat ini, meskipun mereka memiliki kemampuan untuk memiliki ratusan jet tempur generasi kelima.
Friksi Turki-Israel
Hubungan antara Turki dan Israel baru-baru ini menegang akibat masalah Suriah.
Tel Aviv secara tegas menolak mengizinkan Ankara mendirikan pangkalan militer di negara Arab yang baru saja dibebaskan dari kekuasaan keluarga Assad selama puluhan tahun.
Beberapa hari yang lalu, jet tempur Israel mengebom pangkalan udara di Suriah, khususnya T-4 di Tiyas, Provinsi Homs, yang ingin diambil alih Turki untuk mendirikan pangkalan militernya.
Baca juga: Israel Bom Duluan Pangkalan Udara Suriah yang Akan Diambil Alih Turki Buat Jadi Pangkalan Militer
Pengeboman pangkalan udara Israel di Suriah yang akan diambil alih Turki semakin meningkatkan ketegangan antara Ankara dan Tel Aviv.
Pengambilalihan pangkalan udara di Suriah oleh Turki untuk menampung personel militernya merupakan bagian dari perjanjian militer yang ditandatangani kedua negara setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad beberapa bulan lalu.
Selama beberapa minggu terakhir, Turki dikatakan telah mengirim perwira militernya untuk memeriksa tiga pangkalan udara di Suriah di T4 dan Palmyra, yang terletak di provinsi Homs, serta sebuah bandara di provinsi Hama untuk digunakan sebagai pangkalan bagi personel militernya.
Tim dari Turki telah menilai kondisi landasan pacu, hanggar, dan infrastruktur lainnya di pangkalan udara, menurut seorang pejabat intelijen regional.
Namun, sebelum Turki dapat mengambil alih pangkalan udara di Suriah, khususnya T4 di wilayah Homs, jet tempur Israel mengebomnya untuk mencegah Ankara membangun pijakan di negara Arab tersebut.
“Dalam beberapa jam terakhir, tentara Israel telah melancarkan serangan terhadap kemampuan militer yang tersisa di pangkalan militer Suriah di Hama dan T4, serta beberapa lokasi infrastruktur militer lainnya di wilayah Damaskus.”
"IDF akan terus melakukan operasi untuk menghilangkan segala ancaman terhadap keselamatan warga sipil Israel," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan di platform Telegramnya.
Serangan oleh jet tempur Israel menghancurkan landasan pacu, menara kontrol, hanggar dan jet tempur (milik Angkatan Udara Suriah) di pangkalan udara yang dimaksud.

"Ini adalah pesan kuat bahwa Israel tidak akan menerima perluasan kehadiran Turki," kata seorang pejabat intelijen yang telah meninjau foto-foto kerusakan tersebut.
Sumber Suriah yang dekat dengan Turki memberi tahu Reuters kalau "(Pangkalan Udara T4) sekarang sama sekali tidak dapat digunakan (karena serangan udara oleh jet tempur Israel).
Kementerian Luar Negeri Turki menggambarkan Israel sebagai “ancaman terbesar bagi keamanan regional.”
Ankara dilaporkan berencana mengubah pangkalan udara T4 menjadi fasilitas penempatan unit drone sekaligus pusat pertahanan udara terdepan.
Turki dilaporkan akan mengerahkan sistem pertahanan udara Hisar — kemungkinan Hisar-O atau Hisar-U yang dikembangkan oleh industri pertahanan lokalnya — untuk melindungi Pangkalan T4 di provinsi Homs dari ancaman apa pun dan mengendalikan wilayah udara di sekitarnya.
Baca juga: Analis Rusia: Turki Mau Kirim Sistem Rudal Jarak Jauh S-400 ke Suriah, Jebakan Buat Jet Israel
Negara Mediterania itu juga berencana mengembangkan jaringan pertahanan udara berlapis, yang dapat mencakup sistem jarak jauh Hisar-O+, Hisar-RF, dan Siper, yang semuanya dikembangkan oleh perusahaan pertahanan lokal, Aselsan dan Roketsan.
Selain itu, Turki juga dilaporkan mempertimbangkan untuk menempatkan sistem pertahanan udara jarak jauh S-400 buatan Rusia di Pangkalan Udara T4 di Suriah, tetapi hal ini tergantung persetujuan Rusia.
Jika disetujui oleh Rusia, Turki akan mengaktifkan sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia untuk pertama kalinya sejak memperolehnya.
Turki juga berencana untuk menyebarkan drone yang dilengkapi dengan kemampuan intelijen, pengawasan, dan serangan (ISR) di Pangkalan Udara T4 di Suriah untuk memperkuat peran pengawasan dan pertahanannya.
Dari perspektif strategis, penempatan personel dan aset militer Turki di pangkalan udara di Suriah dimaksudkan untuk:
- Memblokir serangan udara Israel, terutama setelah jatuhnya rezim Assad;
- Memerangi sisa-sisa kelompok militan ISIS di wilayah tersebut;
- Memperkuat kehadiran militer regional menyusul menurunnya pengaruh Iran dan Rusia.
Israel Terusik Manuver Turki
Kehadiran sistem pertahanan udara dan drone Turki kemungkinan besar akan mencegah Israel melancarkan serangan udara di wilayah tersebut.
Israel melihat kehadiran pasukan Turki di Suriah sebagai ancaman, tetapi Ankara yakin bahwa langkah tersebut dapat menstabilkan negara tersebut dengan menggunakan kekuatan militernya untuk mengisi kekosongan kekuasaan setelah penarikan Rusia dan Iran.
Pihak Israel menyadari bahwa Turki sedang mencoba membatasi kebebasan operasi udara Israel di wilayah Suriah.
"Itu menunjukkan kalau Turki secara konsisten berusaha memperkuat kehadirannya di kawasan tersebut dan membatasi pengaruh strategis Israel," tulis ulasan DSA.
Sementara itu, analis Rusia mengklaim bahwa usulan militer Turki untuk mentransfer sistem pertahanan udara jarak jauh S-400 Triumf buatan Rusia ke Suriah merupakan "perangkap" bagi jet tempur Israel yang semakin agresif dalam melakukan serangan udara terhadap negara Arab tersebut.
Sistem pertahanan udara jarak jauh S-400 bersama dengan sistem pertahanan udara jarak pendek dan menengah Turki di Suriah akan bertindak sebagai "payung", melindungi Suriah dari serangan udara Israel.
Analis Rusia Igor Subbotin, yang menulis di portal berita Nezavizimaya Gazeta, mengatakan bahwa Turki berencana untuk memindahkan sistem pertahanan udara jarak jauh S-400 ke pangkalan udara yang terletak di wilayah Homs.
(oln/dsa/*)
Konflik Suriah
Suriah Siapkan Pemilu Parlemen Pertama Pasca Jatuhnya Rezim Assad, Digelar September Tahun Ini |
---|
Israel Meriang, Turki akan Beli 40 Jet Tempur Eurofighter Typhoon dari Jerman |
---|
Tiga Percobaan Pembunuhan Presiden Suriah Ahmed Al-Sharaa dalam 7 Bulan, Upaya Terakhir Paling Nekat |
---|
Prancis, Inggris, dan Jepang Sambut Baik Gencatan Senjata di Suwayda, Suriah |
---|
Arti Larangan Minum Kopi Bagi Suku-Suku Suriah, Genderang Perang Bagi Druze yang Dilindungi Israel |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.