Konflik Suriah
Mengapa Israel Serang Suriah dan Apa Hubungannya dengan Druze? Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui
Israel melancarkan serangan terhadap Suriah, dengan dalih ingin melindungi Druze yang terlibat bentrok dengan Badui.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM – Israel melancarkan gelombang serangan terhadap Suriah pekan ini.
Serangan tersebut bahkan menghantam istana kepresidenan dan Kementerian Pertahanan di Damaskus.
Israel menyatakan bahwa serangan itu bertujuan untuk melindungi kelompok minoritas Druze di Suriah, khususnya di wilayah Sweida.
Berikut lima hal yang perlu diketahui tentang konflik terbaru ini, sebelum gencatan senjata tercapai.
1. Mengapa Israel Menyerang Suriah?
Mengutip The Washiongton Post, serangan Israel bermula dari konflik sektarian di perbatasan selatan Suriah, Sweida, tempat kelompok Druze dan Badui terlibat bentrokan, Minggu (13/7/2025).
Bentrok antara Druze dan Badui menewaskan sekitar 100 orang, menurut JPost.
Kemudian pada hari Senin (14/7/2025), pasukan pemerintah Suriah turun tangan, menguasai setidaknya satu desa Druze di wilayah tersebut.
Di hari yang sama, Israel terlibat dalam konflik tersebut, dengan IDF menyerang beberapa tank yang bergerak maju menuju Sweida.
Israel mengklaim ingin melindungi komunitas Druze.

2. Siapa Druze dan Siapa Badui?
Druze adalah kelompok agama minoritas yang populasinya tersebar di Suriah, Lebanon, Yordania, dan Israel.
Kelompok ini berakar dari Islam Syiah, meskipun juga mengintegrasikan ajaran dari berbagai agama lain, serta mengembangkan teologi khas selama berabad-abad.
Baca juga: Suriah Cap Israel Biang Kerok Kekacauan Usai Gempur Sweida, Tewaskan 350 Warga
Tokoh agama yang paling dihormati dalam kelompok ini adalah Yitro, ayah mertua Nabi Musa, yang juga dikenal sebagai Syuaib atau Rehuel dalam beberapa tradisi.
Kaum Druze tidak menerima pemeluk baru; sebagian besar anggotanya diyakini merupakan keturunan langsung dari pengikut awal ajaran ini pada abad ke-11.
Selama perang saudara di Suriah, komunitas Druze terpecah antara pendukung Bashar al-Assad — yang menawarkan otonomi dan pembebasan dari wajib militer — dan mereka yang menentangnya, dilansir WTOP.com.
Hingga bentrokan minggu ini, kaum Druze masih terbagi antara mereka yang ingin bergabung dengan pemerintahan baru dan yang ingin mempertahankan otonomi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.