Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ukraina Serasa Dicekik AS, Minta Tolong karena Kurang Pasukan, tapi Washington Ogah Bantu

Wapres AS, JD Vance menyebut Washington ogah membantu Ukraina yang tengah kekurangan pasukan karena pihaknya juga kekurangan dana.

Tangkapan Layar YouTube The White House
TOLAK BANTUAN - Tangkapan layar di YouTube The White House menunjukkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky dan Presiden AS, Donald Trump beserta Wakilnya, JD Vance terlibat adu mulut di Ruang Oval Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025). Wapres AS, JD Vance membeberkan alasan Washington menolak permintaan bantuan Ukraina yang tengah kekurangan pasukan dalam perang melawan Rusia. 

Trump dijadwalkan bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional, Mike Waltz, dan Menteri Luar Negeri, Marco Rubio, pada Senin, untuk membahas kemungkinan pembekuan, yang akan memaksa sekutu Eropa untuk mengambil alih sebagai entitas utama yang membantu Ukraina dalam perang melawan Rusia

"Ini akan menjadi bagian dari peralihan yang lebih besar dari konflik-konflik di Eropa dan peralihan menuju pembentukan aliansi di Amerika Latin dan di Belahan Barat," kata seorang sumber yang dekat dengan Gedung Putih. 

AS telah memberikan Ukraina bantuan militer lebih banyak  daripada negara lain mana pun di dunia sejak invasi Rusia Februari 2022.   

Pelacak Dukungan Ukraina dari Kiel Institute for the World Economy yang berpusat di Jerman mematok dukungan finansial AS sebesar $119 miliar, termasuk sekitar $64 miliar dalam bentuk bantuan militer. 

Sementara itu, Uni Eropa telah memberikan Ukraina $53 miliar dalam dukungan militer.

Komitmen besar AS terhadap Ukraina yang sudah ada sebelum pemerintahan Trump, termasuk paket "otoritas penarikan pasukan presiden" senilai $500 juta yang ditandatangani oleh mantan Presiden Joe Biden pada minggu-minggu terakhirnya di Gedung Putih. 

Paket tersebut mencakup rudal untuk pertahanan udara; amunisi udara-ke-darat; dan peralatan untuk mendukung penggunaan F-16 oleh Ukraina di antara persenjataan dan amunisi lainnya. 

Gedung Putih Tuntut Permintaan Maaf Zelensky

Salah seorang pejabat AS yang tak mau menyebutkan namanya mengatakan, Gedung Putih menuntut Zelensky untuk meminta maaf secara terbuka atas sikapnya selama pertemuan dengan Trump dan JD Vance pada Jumat lalu.

"Saya telah diberitahu oleh seorang pejabat senior di sini bahwa tidak akan terjadi apa-apa dengan kesepakatan mineral ini sampai Zelensky tampil di depan kamera dan membuat permintaan maaf publik yang eksplisit atas cara ia berperilaku di Ruang Oval," kata koresponden Fox News, Peter Doocy.

Baca juga: Gedung Putih Hentikan Bantuan ke Ukraina, Trump Tuntut Zelensky Tunjukkan Itikad Baik

Sementara itu, pemimpin Ukraina sendiri mengatakan kepada BBC pada Minggu, ia bersedia untuk melanjutkan "dialog konstruktif" dengan Washington dan menandatangani perjanjian tersebut.

Beberapa jam setelah episode konfrontatif pada hari Jumat, Menteri Luar Negeri, Marco Rubio, juga menyarankan Zelensky untuk meminta maaf "karena telah membuang-buang waktu kita".

Pemimpin Ukraina, pada gilirannya, mengatakan kepada Fox News, ia merasa tidak berutang permintaan maaf kepada Trump dan Vance.

Berbicara kepada media yang sama pada hari Senin, Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz menggambarkan Zelensky sebagai "masalah" karena penolakannya untuk "membicarakan perdamaian."

"Waktu tidak berpihak padanya. Waktu tidak berpihak pada kelanjutan konflik ini selamanya," kata pejabat itu.

Pada Minggu, Waltz menyampaikan pernyataan serupa dalam wawancaranya dengan CNN.

"Jika menjadi jelas bahwa motivasi pribadi atau politik Presiden Zelensky berbeda dengan upaya mengakhiri pertempuran di negaranya, maka saya rasa kita menghadapi masalah yang nyata," ungkap Waltz.

"Kita memerlukan pemimpin yang mampu berurusan dengan kita, akhirnya berurusan dengan Rusia, dan mengakhiri perang ini," jelasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved