Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Pesan Menyakitkan dari Hamas ke Netanyahu Saat Penyerahan Gelombang Pertama Jenazah Sandera Israel

pesan-pesan dari Hamas ke Netanyahu itu sebagian besar mengingatkan pada kerugian yang diderita Israel selama perang di Jalur Gaza.

khaberni/tangkap layar
PETI HITAM - Tangkap layar Khaberni, Kamis (20/2/2025) menunjukkan empat peti mati hitam berisi empat jenazah sandera Israel yang diserahterimakan dari Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, ke pihak Palang Merah Internasional untuk diberikan ke pihak Israel. Prosesi ini dilakukan di Khan Younis, Gaza Selatan.
khaberni/tangkap layar
SPANDUK PESAN - Spanduk yang dipasang Brigade Al-Qassam, Kamis (20/2/2025) di lokasi penyerahan jenazah empat sandera Israel di Khan Younis, Gaza Selatan. Hamas menyatakan, para sandera Israel terbunuh justru oleh pengeboman buta Israel saat melakukan agresi militer di Gaza.

Disebutkan jenazah-jenazah tersebut akan menerima upacara pemakaman Yahudi sebelum dipindahkan ke Institut Kedokteran Forensik di selatan Tel Aviv.

"Di Institut Kedokteran Forensik, proses diagnosis penyebab kematian akan dimulai, yang menurut Karam dapat memakan waktu hingga 7 jam, karena melibatkan pengujian DNA, pemindaian CT, dan rontgen gigi," kata Elias Karam.

"Pihak berwenang Israel diketahui sudah memiliki berkas kesehatan semua sandera Operasi Banjir Al-Aqsa untuk mempercepat proses diagnosis penyebab kematian mereka, yang akan menentukan pihak yang bertanggung jawab atas kematian mereka," kata Karam, seraya mencatat kalau hal ini dapat memperkuat tudingan kegagalan militer Israel.

Ada foto-foto yang mengonfirmasi kalau keluarga Bebas, yang jenazahnya diserahkan, masih hidup pada awal perang, menurut Karam.

Adapun Hamas mengeluarkan pernyataan yang mengatakan kalau pihaknya berusaha menyelamatkan nyawa para tahanan dengan segala cara.

Hamas justru menuduh pendudukan bertindak brutal terhadap keluarga-keluarga Israel ini.

Hamas mengirim pesan kepada keluarga Bibas dan Lifshts, mengatakan bahwa ia berharap mereka kembali hidup-hidup, tetapi pendudukan lebih memilih untuk membunuh mereka dan 17.000 anak Palestina bersama mereka.

Gerakan ini menekankan, kalau mereka telah menjaga kesucian jasad orang-orang yang telah meninggal, sementara pemerintah Israel justru tidak menghormati warga mereka sendiri yang masih hidup dan malah membunuh mereka beserta para penculiknya.

Hamas menyatakan kalau Benjamin Netanyahu sebagai 'penjahat', menangisi orang yang meninggal untuk menghindari tanggung jawab atas pembunuhan mereka.

 

(oln/khbrn/*)

 
 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved