Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Mesir Dibantu Israel Disebut Segera Serang Houthi Yaman : Cuan Terusan Suez Drop Gegara Blokade

Situasi konflik makin runyam. Mesir dilaporkan mendapat dukungan Israel untuk menyerang Houthi Yaman yang membuat pedapatan Terusan Suez menurun

Irna/Tangkap Layar
Personel Angkatan Bersenjata Mesir. Dilaporkan, menurunnya pendapatan Terusan Suez karena blokade jalur pelayaran di Laut Merah oleh Houthi Yaman membuat Mesir bersiap melakukan serangan ke Ansarallah Houthi dibantu Israel. 

Di sisi lain, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) merampungkan penyelidikannya tentang serangan rudal Houthi ke Tel Aviv. Sirene peringatan tidak langsung berbunyi setelah ada serangan.

Israel mengaku sudah mendapat pelajaran dari insiden itu dan bersiap untuk menghadapi eskalasi selanjutnya.

Teknologi Houthi lebih canggih dari perkiraan

Baca juga: Israel Mengeluarkan “Peringatan Terakhir” kepada Houthi Yaman

Seorang pejabat Israel mengakui bahwa teknologi yang dimiliki Houthi lebih canggih daripada yang diperkirakan banyak orang.

Oleh karena itu, upaya Israel untuk melawan kelompok dari Yaman itu barangkali akan lebih sulit.

Kepada media terkenal asal Amerika Serikat, The New York Times, pejabat yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan Houthi tak seharusnya diremehkan.

Menurutnya, berkat bantuan Iran, Houthi mampu mengambil “langkah praktis” dalam mengejar tujuannya, yakni menghancurkan Israel.

Sementara itu, Yoel Guzansky, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional Israel, menyebut Houthi hendak melancarkan perang atrisi melawan Israel.

“Houthi menginginkan perang atrisi melawan Israel dengan terus menembak sehingga mereka bisa berkata, ‘Kami adalah perlawanan nyata,’” kata Guzansky.

Dia berujar sebagian rencana Houthi didasarkan pada ekonomi sederhana.

Rudal dan pesawat nirawak atau drone yang diluncurkan Houthi mungkin hanya berbiaya beberapa ribu dolar. Namun, biaya yang dikeluarkan Israel untuk menangkisnya mencapai puluhan ribu dolar.

Sejarawan militer Danny Orbach di Universitas Ibrani mengungkapkan tantangan lain yang harus dihadapi Israel.

Tantangan itu ialah jarak yang begitu jauh. Houthi berada di Yaman yang berjarak lebih dari seribu mil dari Israel.

Jarak jauh itu juga disinggung oleh Amatzia Baram, seorang guru besar sejarah Timur Tengah dan Direktur Pusat Kajian Irak di Universitas Haifa.

Baca juga: Israel: Houthi akan Bernasib Buruk seperti Hamas, Hizbullah dan Presiden Suriah Bashar al-Assad

“Jaraknya sangat jauh, hampir 2.000 km. Ini bukan Tartus, Latakia, atau Beirut, ini dunia yang sepenuhnya berbeda,” kata Baram saat diwawancarai Maariv.

Menurutnya, Israel butuh lima jam penerbangan pulang pergi untuk menyerang Houthi.

“Houthi mengetahui ini, mereka punya rudal. Rudal mereka bisa menjangkau kita. Kita tak punya rudal yang cocok untuk tugas ini. Kita hanya punya angkatan udara.”

“Dengan sebuah rudal, kalian menekan tombol, mengirimnya, dan pergi tidur. Rudal akan membereskan yang lainnya. Angkatan udara tidak bekerja seperti itu. Hampir tiga jam untuk berangkat, tiga jam kembali.”

 

(oln/irna/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved