Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Apa yang Dilakukan Komando Operasi Khusus AS dan Agen Lapangan CIA di Gaza? Intelijen Israel Lemah

Bantuan dari agen lapangan intelijen AS membuktikan kelemahan Intelijen Israel. Terungkap JSOC pasukan komando khusus AS siap turun ke Gaza

khaberni/HO
Pasukan pendudukan Israel (IDF) mengawal para sandera yang bisa dibebaskan dalam operasi di Nuseirat, Gaza Tengah, Sabtu (8/6/2024). Dalam operasi itu untuk menyelamatkan 4 orang sandera, Israel membantai sebanyak 274 warga Palestina. 

"Namun hanya ada sedikit informasi khusus tentang tahanan Amerika yang ada di Gaza," menurut seorang pejabat Amerika yang berbicara kepada surat kabar tersebut.

Asap mengepul diatas Khan Yunis di Jalur Gaza Selatan selama pemboman Israel pada 18 Februari 2024, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok pejuang rakyat Palestina Hamas. dari sejumlah sumber Israel menargetkan Kota Rafah untuk menjadi sasaran berikutnya. (SAID KHATIB/AFP)
Asap mengepul diatas Khan Yunis di Jalur Gaza Selatan selama pemboman Israel pada 18 Februari 2024, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok pejuang rakyat Palestina Hamas. dari sejumlah sumber Israel menargetkan Kota Rafah untuk menjadi sasaran berikutnya. (SAID KHATIB/AFP) (AFP/SAID KHATIB)

Dilarang untuk Memburu Pimpinan Hamas

Terlepas dari dukungan intelijen Amerika yang jelas hingga membuat Pasukan Israel bisa menemukan dan membebaskan para tahanan, para pejabat Amerika dan Israel mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa Washington membatasi informasi intelijen yang diberikan kepada Israel.

Informasi intelijen dari AS ke Israel itu dibatasi hanya dalam upaya untuk menemukan para sandera.

"Mereka menunjukkan bahwa Washington telah melarang penggunaan informasi (dari) Amerika (oleh Israel) untuk menargetkan anggota tetap Hamas dalam operasi militer apa pun, termasuk serangan udara," tulis laporan tersebut.

Pembatasan ini ditunjukkan oleh adanya kritik di Amerika Serikat terhadap perilaku Israel, dan tuntutan untuk mencegah Israel menggunakan informasi Amerika yang melibatkan Washington dalam pemboman dan pembunuhan warga sipil, menurut apa yang dinyatakan dalam laporan surat kabar tersebut.

Dalam konteks ini, surat kabar tersebut mengutip Jason Crow (Demokrat dari Colorado), seorang anggota Perwakilan Komite Intelijen DPR, yang bertanya: “Bagaimana pejabat pemerintah dapat memastikan bahwa Israel tidak menggunakan informasi intelijen yang mereka terima sebagai bagian dari kampanye militer melawan Hamas, yang mengakibatkan puluhan kematian?” Ribuan korban sipil?

Menurut surat kabar tersebut, Crowe, seorang veteran Angkatan Darat, berpartisipasi dalam penyusunan undang-undang yang disahkan tahun lalu yang mewajibkan Direktur Intelijen Nasional untuk memberi tahu Kongres jika intelijen yang diberikan oleh Amerika Serikat ke negara lain menyebabkan korban sipil.

Crowe mengatakan kepada surat kabar tersebut: “Perdana Menteri Israel (Benjamin) Netanyahu menerapkan strategi yang gagal di Gaza. Banyaknya korban sipil, kelaparan, dan kurangnya strategi yang koheren sangat memprihatinkan konsisten dengan kepentingan Amerika.”

(oln/twp/khbrn/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved