Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Laporan Setebal 130 Halaman Ungkap Perang Lawan Hizbullah Jadi Front Paling Mematikan Bagi Israel

Hal itu tertuang dalam laporan hasil studi 3 tahun yang dilakukan oleh ratusan ahli di Counter -Institut Kebijakan Terorisme di Universitas Reichman

Hassan Ammar/AP Photo/Tangkap Layar
Pasukan milisi perlawanan Hizbullah Lebanon dalam sebuah latihan tempur di Desa Aaramta, Distrik Jezzine, Lebanon Selatan, Minggu (21/5/2023). 

Serangan tersebut tidak hanya terbatas pada serangan fisik; infrastruktur transportasi penting, saluran komunikasi, dan situs yang terkait dengan kementerian dan pemerintah daerah diperkirakan akan menghadapi serangan siber yang meluas, sehingga menimbulkan risiko serius yang mengganggu perekonomian.

Baca juga: Ungkap Kelemahan Besar Israel, Mayor Jenderal IDF: Pasukan Radwan Hizbullah Bisa Acak-acak Haifa

Pasukan elite Radwan Hizbullah dilaporkan menyiapkan pembalasan atas terbunuhnya seorang komandan senior unit mereka, Jawad Al-Taweel. Satu di antara kekhawatiran adalah Pasukan Radwan menjalankan misi masuk menyerbu ke Israel yang akan menghasilkan perang front kedua di Israel. IDF diketahui tengah menggempur Gaza untuk menumpas Hamas.
Pasukan elite Radwan Hizbullah dilaporkan menyiapkan pembalasan atas terbunuhnya seorang komandan senior unit mereka, Jawad Al-Taweel. Satu di antara kekhawatiran adalah Pasukan Radwan menjalankan misi masuk menyerbu ke Israel yang akan menghasilkan perang front kedua di Israel. IDF diketahui tengah menggempur Gaza untuk menumpas Hamas. (i24)

Pasukan Radwan Datang, Kepercayaan Publik Israel ke IDF Hilang

Laporan tersebut menyoroti bahwa kekacauan diperkirakan akan meningkat di masa pendudukan Israel ketika Hizbullah bersiap mengirim ratusan pejuang dari pasukan Radwan ke wilayah Israel.

Tujuan utama mereka adalah menguasai permukiman di sepanjang wilayah perbatasan dengan Lebanon dan lokasi militer strategis di wilayah utara.

Hal ini akan memaksa tentara Israel untuk mengalihkan upayanya dari serangan langsung di Lebanon, dan melakukan manuver darat untuk melawan ancaman yang akan terjadi.

Secara internal, masyarakat Israel diperkirakan akan menghadapi tantangan dalam menerima informasi terkini dan dapat diandalkan mengenai situasi yang sedang terjadi.

Hal ini menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh sumber-sumber resmi.

Potensi kepanikan dan ketakutan diperkirakan akan meningkat karena banyaknya korban jiwa, kerusakan parah, gangguan pasokan listrik dan air, keterlambatan kedatangan pasukan penyelamat dan bantuan, serta kesulitan memperoleh layanan penting seperti makanan dan obat-obatan.

Hizbullah berencana memperburuk kepanikan dan kebingungan melalui perang psikologis yang terus menerus, membanjiri media dan jaringan sosial dengan ancaman dan informasi yang memperdalam perpecahan internal.

Selain itu, mereka yang berusaha melarikan diri dari wilayah pendudukan mungkin mendapati bahwa hubungan udara negara tersebut dengan dunia telah terputus.

Pasukan Hizbullah saat menggelar latihan tempur di Aramta, Distrik Jezzine, Lebanon Selatan, 21 Mei 2022.
Pasukan Hizbullah saat menggelar latihan tempur di Aramta, Distrik Jezzine, Lebanon Selatan, 21 Mei 2022. (AFP)

Baca juga: Komite Perlawanan Palestina: Hizbullah-Houthi-Kataib Hizbullah Bersatu, Awal Habisnya Israel

Hizbullah Tidak Sendirian

Ganor, seorang tokoh terkemuka di wilayah tersebut, menunjukkan, harapan masyarakat Israel terhadap Angkatan Udara dan formasi intelijen yang mencegah sebagian besar serangan rudal terhadap pendudukan Israel kemungkinan besar tidak terbukti.

Asumsi bahwa serangan intensif Israel terhadap properti strategis penting di Lebanon akan memaksa Hizbullah melakukan gencatan senjata juga diperkirakan terbukti salah.

Hizbullah tidak akan sendirian dalam pertempuran ini, karena laporan tersebut memperingatkan adanya keterlibatan organisasi-organisasi di seluruh wilayah.

Faksi-faksi perlawanan di Suriah dan Irak, Hamas dan Jihad Islam Palestina di Gaza, serta Ansarallah (Houthi) di Yaman, diperkirakan berkontribusi terhadap apa yang digambarkan oleh laporan tersebut sebagai “pergolakan yang penuh kekerasan dan ekstensif.”

Pergolakan yang dimaksud akan mencakup gangguan di Tepi Barat dan di kalangan warga Palestina pada tahun '48, dengan kerusuhan di berbagai kota, tantangan dalam persepsi perang di mata masyarakat, dan rendahnya ekspektasi dari tentara dan pasukan penyelamat.

Laporan ini diakhiri dengan menguraikan kerentanan dan menunjukkan kelemahan yang ada pada pasukan dan masyarakat Israel.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved