Jumat, 3 Oktober 2025

Korea Utara Tutup Beberapa Kedutaannya Karena Memperbaiki Misi Diplomatik

Korea Selatan mengatakan penutupan kedutaan tersebut sebagai indikasi Korea Utara sedang berjuang di bawah beban sanksi.

Editor: Erik S
Freepik
(Ilustras) Korea Utara mengungkapkan penutupan beberapa kantor kedutaannya sebagai usaha 'mengatur ulang kapasitas diplomatiknya secara efisien'. 

Kementerian Unifikasi Seoul, yang menangani urusan antar-Korea, mengatakan bahwa penarikan diri Pyongyang ini mencerminkan dampak dari sanksi internasional yang bertujuan untuk membatasi pendanaan pada program nuklir dan rudal besutan Korea Utara.

"Mereka tampaknya menarik diri karena bisnis mereka yang menghasilkan mata uang asing itu telah tersandung akibat penguatan sanksi oleh komunitas internasional, sehingga sulit untuk mempertahankan kedutaan mereka lebih lama lagi," kata Kementerian Unifikasi Seoul dalam sebuah pernyataan.

"Ini bisa menjadi pertanda situasi ekonomi Korea Utara tengah sulit, di mana berat untuk mempertahankan hubungan diplomatik dengan negara-negara yang secara tradisional bersahabat," tambahnya.

Hubungan diplomatik Korea Utara

Secara formal, Korea Utara memiliki hubungan diplomatik dengan 159 negara, tetapi memiliki 53 misi diplomatik di luar negeri, termasuk tiga konsulat dan tiga kantor perwakilan, hingga Pyonyang memutuskan untuk menarik diri dari Angola dan Uganda, ungkap kementerian tersebut.

Selain Angola dan Uganda, Korea Utara juga akan menutup kedutaan besarnya di Spanyol, yang membawa misi Pyonyang di Italia menangani urusan di negara itu, lapor kantor berita Korea Selatan Yonhap.

Korespondensi dengan Partai Komunis Spanyol yang dirilis di situs web partai menunjukkan bahwa kedutaan Korea Utara menutup kedutaan besarnya dalam sebuah surat resmi tertanggal 26 Oktober.

Kedutaan Besar Korea Utara di Madrid menjadi salah satu sorotan, setelah insiden anggota kelompok yang ingin menggulingkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melakukan pembobolan pada 2019, di mana tersangka mengikat dan menyumpal beberapa staf sebelum akhirnya melarikan diri dengan komputer dan perangkat lainnya.

Pyongyang mengecam insiden tersebut sebagai "pelanggaran berat terhadap kedaulatan dan serangan teroris," serta menuduh Amerika Serikat gagal menyelidiki kelompok itu secara menyeluruh, di mana AS juga menolak untuk mengekstradisi pemimpinnya. (Reuters)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved