Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Jokowi Bela Prabowo, Proposal Perdamaian Rusia-Ukraina Sama dengan Sikap Resmi Indonesia

Presiden mengatakan bahwa sikap Indonesia sejak awal tidak berubah. Indonesia sangat menghormati kedaulatan dan integritas negara lain.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko WidodoIJokowi) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto usai mengadakan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10/2019). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya angkat bicara terkait proposal perdamaian perang Rusia-Ukraina yang disampaikan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam forum Internasional di Singapura beberapa waktu lalu.

Usulan proposal tersebut menuai pro dan kontra karena dinilai terlalu berpihak terhadap salah satu pihak dan tidak sejalan dengan sikap resmi pemerintah Indonesia.

Presiden mengatakan bahwa sikap Indonesia sejak awal tidak berubah.

Indonesia sangat menghormati kedaulatan dan integritas negara lain.

"Semua negara tetap dan tidak akan berubah, sehingga itu juga yang kita sampaikan pada saat bertemu dnegan presiden Zelenskyy dan juga presiden Putin," kata Presiden usai peresmian pembukaan Rakornas pengawasan intern pemerintah tahun 2023, di Kantor BPKP, Jakarta, Rabu (14/6/2023).

Baca juga: Prabowo Subianto Temui Presiden Jokowi di Istana, Bahas Proposal Damai Rusia vs Ukraina?

Presiden mengatakan apa yang disampaikan Prabowo dalam usulan tersebut tidak ada yang berbeda dengan sikap resmi pemerintah Indonesia yakni menginginkan perang segera usai.

Presiden mengaku telah meminta penjelasan Prabowo mengenai proposal usulan tersebut.

"Kita ingin perang itu segera selesai jadi itu, dan waktu saya undang pak Prabowo sama, sama gak ada yang beda," katanya.

Lagi pula, kata Presiden, usulan proposal perdamaian Prabowo tersebut disampaikan dalam seminar atau forum dialog, bukan forum kenegaraan. Sehingga boleh boleh saja, usulan apapun disampaikan dalam forum tersebut.

"Bahwa dalam sebuah dan itu bukan ini lho ya, bukan usulan forum kenegaraan, forum perundingan, itu seminar, itu dialog bahwa ada usulan-usulan boleh-boleh saja, bagus-bagus saja," katanya.

"Sekali lagi itu dalam sebuah dialog usulan-usulan, boleh saja usul kok, tapi bukan dalam sebuah perundingan antar negara, bukan," pungkasnya.

Sebelumnya Menhan Prabowo menyampaikan proposal resolusi perdamaian untuk mengakhiri perang Ukraina-Rusia saat hadir dalam forum International Institute for Strategic Studies (IISS) Shangri-La Dialogue di Singapura, Sabtu (3/6) lalu.

Ada lima poin yang disampaikan Prabowo dalam proposal perdamaian tersebut, diantaranya :

Pertama, gencatan senjata.

Dalam hal ini penghentian permusuhan di tempat pada posisi saat ini dari kedua pihak yang tengah berkonflik.

Kedua, saling mundur masing-masing 15 kilometer ke baris baru (belakang) dari posisi depan masing-masing negara saat ini.

Ketiga, membentuk pasukan pemantau. Ia menyarankan PBB diterjunkan di sepanjang zona demiliterisasi baru kedua negara itu.

Keempat, pasukan pemantau dan ahli dari PBB yang terdiri dari kontingen dari negara-negara yang disepakati oleh baik Ukraina dan Rusia.

Kelima, PBB harus mengorganisir dan melaksanakan referendum di wilayah sengketa untuk memastikan secara objektif keinginan mayoritas penduduk dari berbagai wilayah sengketa.

Usulan Prabowo tersebut mendapat respon dari pihak Ukraina maupun Rusia. Ukraina menolak usulan tersebut karena dinilai mencerminkan usulan Rusia. Ukraina merasa tidak butuh mediator seperti itu.

Sementara itu pihak Rusia menyambut baik setiap Proposal perdamaian yang diajukan termasuk dari Menhan Indonesia.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved