Senin, 29 September 2025

Boeing: Indonesia Butuh 600 Pesawat untuk Maksimalkan Potensi Pasar

Indonesia memiliki posisi yang unik untuk memimpin pertumbuhan industri penerbangan di Asia Tenggara.

Dennis/Tribunnews
OPTIMALKAN PASAR PENERBANGAN - Managing Director of Boeing Commercial Marketing, Northeast Asia, Southeast Asia and Oceania, David Schulte saat memaparkan laporan Commercial Market Outlook (CMO) 2025 yang dirilis Boeing. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Managing Director of Boeing Commercial Marketing, Northeast Asia, Southeast Asia and Oceania, David Schulte mengatakan, Indonesia membutuhkan 600 pesawat untuk bisa memanfaatkan potensi pasar.

Boeing merupakan perusahaan kedirgantaraan multinasional asal Amerika Serikat yang merancang, memproduksi, dan menjual pesawat terbang komersial, pesawat militer, roket, satelit, dan sistem pertahanan serta antariksa. 

Schulte memaparkan, Indonesia memiliki posisi yang unik untuk memimpin pertumbuhan industri penerbangan di Asia Tenggara, didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat, wilayah geografis yang luas, serta peran yang semakin besar dalam perdagangan dan pariwisata global.

Baca juga: Begini Jawaban Bos Boeing Soal Rencana Indonesia Borong 50 Pesawat

“Kondisi ini menciptakan kebutuhan besar akan pesawat baru, baik untuk ekspansi maupun penggantian armada. Untuk mencapai kapasitas setara dengan yang ada di Asia Tenggara saat ini, Indonesia membutuhkan hampir 600 pesawat tambahan hanya dalam jangka pendek,” ujar Schulte di Jakarta, Rabu (27/8/2025).

Menurut Schulte, hal tersebut berdasarkan analisis terhadap berbagai faktor, termasuk kondisi demografi, pertumbuhan ekonomi dan kondisi armada pesawat Indonesia saat ini. 

Indonesia memiliki populasi usia muda Indonesia yang besar, dari 30 juta pada 2024 dan diperkirakan menjadi 35 juta pada 2044, menjadi motor penggerak utama.

Schulte memaparkan, sektor pariwisata berkontribusi sekitar 5 persen terhadap total produk domestik bruto (PDB) dan diproyeksikan akan terus meningkat. 

Sedangkan, pada 2024 pengeluaran wisatawan mancanegara mencapai Rp291 triliun.

Dengan potensi besar, kata Schulte, dibutuhkan dukungan infrastruktur penerbangan yang memadai. 

Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, armada pesawat Indonesia adalah yang tertua di kawasan, dengan usia rata-rata hampir 15 tahun.

Di mana Thailand rata-rata usia armada yakni 11 tahun, Malaysia 10,9 tahun, Singapura 8,3 tahun, dan Singapura 8 tahun. 

Menurut Schukte, lonjakan kebutuhan pesawat juga berarti bertambahnya peluang kerja baru di industri penerbangan, baik di Indonesia maupun Asia Tenggara.

“Maskapai di Asia Tenggara diperkirakan harus merekrut dan melatih sekitar 243.000 personel baru, lebih dari tiga kali lipat jumlah tenaga aktif saat ini. Rinciannya mencakup sekitar Awak Kabin: 103.000, Pilot: 62.000, Teknisi: 78.000,” ucap Schulte.

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan