Senin, 29 September 2025

Kemenperin dan JICA Percepat Adopsi Teknologi Digital di Industri Kecil dan Menengah Otomotif

Transformasi teknologi ini penting karena adopsi digital pada IKM manufaktur di Asia Tenggara masih rendah, yakni di bawah 30 persen.

Diaz/Tribunnews
INDUSTRI OTOMOTIF - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Ia menyebut kolaborasi dengan JICA telah melahirkan delapan proyek digitalisasi pada delapan IKM komponen otomotif dengan menggandeng enam startup teknologi sebagai system integrator. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong transformasi digital Industri Kecil dan Menengah (IKM) komponen otomotif agar mampu masuk ke rantai pasok industri berskala besar.

Industri Kecil dan Menengah (IKM) adalah kegiatan ekonomi produktif berskala kecil dan menengah yang menghasilkan barang atau jasa.

Upaya ini diwujudkan melalui kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk lembaga internasional seperti Japan International Cooperation Agency (JICA).

Baca juga: Kemenperin Dorong IKM Pakaian Terapkan Prinsip Berkelanjutan Lewat Slow Fashion 

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, kolaborasi dengan JICA telah melahirkan delapan proyek digitalisasi pada delapan IKM komponen otomotif dengan menggandeng enam startup teknologi sebagai system integrator.

"Kolaborasi ini diharapkan menjadi model keberhasilan yang dapat direplikasi oleh lebih banyak IKM, sehingga mampu memperluas jangkauan ke industri otomotif nasional dan global," tutur Agus dalam keterangan resmi, Selasa (26/8/2025).

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita menambahkan, proyek ini berlangsung sejak 22 April hingga 31 Juli 2025.

"Program kerja sama ini merupakan bentuk sinergi dan kolaborasi yang sangat baik antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang, yang menjadi contoh nyata bagaimana kemitraan internasional dapat mendorong kemajuan sektor industri," ucap Reni.

Menurutnya, transformasi teknologi ini penting karena adopsi digital pada IKM manufaktur di Asia Tenggara masih rendah, yakni di bawah 30 persen.

"Artinya, masih terdapat kesenjangan teknologi yang harus diatasi bersama, yang menjadi peluang besar untuk mendorong percepatan transformasi digital IKM," ungkapnya.

Lebih jauh, Reni berharap kerja sama dengan JICA bisa diperluas tidak hanya pada sektor otomotif, tetapi juga mencakup industri prioritas dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, seperti makanan dan minuman, tekstil, kimia, furnitur, elektronik, logam dan kerajinan.

"Penerapan digitalisasi dan otomasi di sektor tersebut akan meningkatkan konsistensi kualitas produk, efisiensi produksi, dan daya saing internasional," ujar Dirjen IKMA.

Selain itu, Kemenperin menyatakan pentingnya peningkatan kapasitas startup teknologi nasional agar bisa naik kelas.

"Kami berharap JICA dapat berperan aktif melakukan transfer teknologi di bidang otomasi dan robotik kepada para startup Indonesia, sehingga mereka mampu menciptakan solusi inovatif yang dapat diterapkan tidak hanya di IKM, tetapi juga di industri berskala lebih besar," kata Reni.

Direktur IKM Logam, Mesin, Elektronika dan Alat Angkut Kemenperin Dini Hanggandari menyampaikan, hasil implementasi digitalisasi telah dipresentasikan dalam seminar pada 19 Agustus 2025.

"Setelah mengadopsi teknologi digital dari startup teknologi, ternyata IKM komponen otomotif terbukti mendapatkan berbagai manfaat," jelas Dini.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan