Selasa, 7 Oktober 2025

Kuliah Umum di Kampus Hiroshima, Menperin AGK Kenalkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional

Teknologi yang sebelumnya menjanjikan kebebasan kini justru memunculkan ketimpangan dan ketergantungan baru.

|
Penulis: Sanusi
Sanusi/Tribunnews
INDUSTRIALISASI NASIONAL -Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita memaparkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) sebagai kerangka besar penguatan ekonomi Indonesia saat kuliah umum di Hiroshima University, Senin (14/7/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, HIROSHIMA - Dalam kuliah umum di Hiroshima University, Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita memaparkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) sebagai kerangka besar penguatan ekonomi Indonesia. 

Strategi ini menargetkan transformasi struktural untuk meningkatkan nilai tambah, memperkuat ketahanan nasional, dan mempercepat pertumbuhan sektor manufaktur.
 
Di hadapan mahasiswa asal Indonesia dan Jepang, Agus Gumiwang mengatakan cita-cita globalisasi diuji gangguan sistemik, baik akibat pandemi, fragmentasi geopolitik, bencana akibat perubahan iklim, maupun guncangan ekonomi.

Pada saat yang sama, teknologi yang sebelumnya menjanjikan kebebasan kini justru memunculkan ketimpangan dan ketergantungan baru. Di samping itu, fondasi sistem pangan, energi, serta industri, yang menjadi dasar dunia modern, semakin tertekan oleh batasan ekologis dan ekonomi.

Baca juga: Industri Manufaktur Punya Modal Kuat Tumbuh di Tahun 2025, Ini Kata Menperin AGK

Untuk menjawab sejumlah guncangan tersebut, Agus Gumiwang memperkenalkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) Indonesia. SBIN bukan sekadar paket kebijakan, tetapi kerangka komprehensif yang dirancang untuk menavigasi Indonesia melewati kompleksitas dunia pasca-pandemi COVID19, pasca-karbon, dan pasca-unipolar. Strategi ini berakar pada teori-teori ekonomi, diperkaya oleh sejarah, dan berkomitmen pada kesejahteraan rakyat Indonesia serta masa depan kawasan.

"Sebelum saya menjelaskan lebih jauh tentang SBIN, izinkan saya membawa kita kembali ke akar intelektual dari pemikiran industrialisasi kita. Karena tidak ada kebijakan industri, betapapun pragmatis atau visionernya, yang dapat berdiri tanpa fondasi sejarah intelektual yang kuat," ujar Agus. 

Menperin mengatakan, perjalanan industrialisasi Indonesia tidak pernah terlepas dari gagasan ekonomi, perdebatan teoritis, dan pertanyaan abadi tentang bagaimana suatu bangsa membangun kekuatannya dari dalam.

Di kuliah umum tersebut, Agus mengatakan Profesor Sumitro Djojohadikusumo, memberikan pemahaman industrialisasi bukan sekadar aktivitas ekonomi, melainkan sebuah proyek politik dan peradaban. Mengambil inspirasi dari Strukturalis Amerika Latin, Sumitro memperingatkan bahwa negara-negara yang hanya mengandalkan ekspor bahan mentah akan tetap terjebak dalam siklus ketergantungan, kerentanan, dan keterbelakangan. 

"Ia mempelajari Hipotesis Prebisch-Singer dan menerapkannya langsung pada konteks Indonesia, dengan mendorong pembangunan pabrik baja, pabrik pupuk, industri pengolahan, dan kapabilitas rekayasa nasional," katanya Senin (14/7/2025).

Agus berpendapat, Indonesia kini berada pada tahap lepas landas akhir di banyak sektor. Indonesia tidak lagi sekadar berusaha melakukan industrialisasi. Indonesia sedang mencoba untuk merestrukturisasi industrialisasi, sehingga tidak lagi hanya menguntungkan segmen masyarakat tertentu saja atau melayani kepentingan pasar luar, melainkan juga mengangkat daerah pedesaan kita, memperkuat ketahanan kita, dan membangun kapasitas nasional.

Dengan warisan intelektual inilah Presiden Prabowo Subianto meluncurkan Asta Cita, sebuah visi pembangunan nasional yang terdiri dari delapan misi, di mana enam di antaranya kini dioperasionalkan melalui SBIN. Strategi ini bukanlah imitasi masa lalu, melainkan pembaharuan gagasan-gagasan terbaik tentang ekonomi pembangunan, yang diadaptasi dalam konteks Indonesia dan tertanam dalam realitas dunia yang multipolar, dekarbonisasi, dan terdigitalisasi.

Menperin menjelaskan, strategi industri Indonesia hari ini disusun berdasarkan beberapa pilar. Inti dari strategi ini adalah komitmen untuk mewujudkan kedaulatan—bukan sebagai isolasi, melainkan sebagai kapasitas. Kedaulatan di bidang pangan pangan berarti kita tidak hanya harus menanam padi, tetapi juga mengolah, menyimpan, mendistribusikan, dan memastikan akses nutrisi di seluruh wilayah nusantara kita. 

Kedaulatan di bidang energi berarti tidak hanya harus menambang batu bara atau gas alam, tetapi juga mengembangkan penyulingan domestik, memproduksi biofuel, menerapkan teknologi terbarukan, dan memiliki infrastruktur penyimpanan, transmisi, dan inovasi. 

Kedaulatan di bidang kesehatan berarti kita tidak hanya harus mengimpor vaksin, tetapi memproduksi bahan baku farmasi aktif, membangun ekosistem biofarma, dan melatih ilmuwan lokal yang dapat melindungi populasi kita selama pandemi di masa depan.

Untuk mewujudkan visi ini, Agus mengatakan, SBIN berfokus pada empat program nasional yang saling terkait. 

Program pertama adalah hilirisasi sumber daya alam. Hingga 2019, Indonesia mengekspor nikel, bauksit, dan minyak sawit dalam jumlah besar dalam kondisi belum diproses, produk-produk yang menciptakan sedikit lapangan kerja dan menghasilkan keuntungan yang tidak stabil. Sejak saat itu, kita telah mulai mewajibkan pengolahan di dalam negeri. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved