Minggu, 5 Oktober 2025

Pendapat Analis Tentang Prospek Pergerakan Saham Industri Pertambangan

Saham industri pertambangan sektor logam dinilai masih memiliki prospek bagus seiring terjadinya peningkatan volume produksi.

Tribunnews/Jeprima
PERGERAKAN SAHAM TAMBANG - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan hari pertama setelah libur Lebaran 2025 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Pusat, Selasa (8/4/2025). Saham industri pertambangan sektor logam dinilai masih memiliki prospek bagus seiring terjadinya peningkatan volume produksi. TRIBUNNEWS/JEPRIMA 

TRIBUNNEWS.COM. JAKARTA - Saham industri pertambangan sektor logam dinilai masih memiliki prospek bagus seiring terjadinya peningkatan volume produksi.

Satu di antaranya, PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), emiten dari Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID.

Pada perdagangan Kamis (2/10/2025), sekitar pukul 09.49 WIB, saham INCO melemah 20 poin atau 0,47 di level Rp4.240 per saham.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Erindra Krisnawan dan Wilastita Muthia Sofi, dalam riset yang dipublikasikan 2 September 2025, menyampaikan meski pasar saham domestik sempat tertekan oleh arus keluar dana asing, valuasi indeks yang relatif murah dinilai memberikan bantalan positif. 

Terlebih, emiten ini yakin pertumbuhan laba akan semakin solid ditopang percepatan belanja pemerintah dan meningkatnya likuiditas. 

Berdasarkan laporan tersebut, logam diposisikan sebagai salah satu sektor unggulan. Hal ini karena karakteristiknya yang mampu menjadi hedge atau lindung nilai terhadap volatilitas pasar, terutama di tengah katalis domestik yang belum sepenuhnya menguat.

BRI Danareksa lantas memberikan rekomendasi beli untuk saham INCO dengan target harga Rp4.700 per saham. 

Artinya, estimasi tersebut mencerminkan pertumbuhan sebesar 19,29 persen dari harga saat ini yang berada di level Rp3.940 hingga Rabu (3/9/2025). 

Harga ini mencerminkan kenaikan 8,84% sejak awal tahun (year to date) dan menguat 11,93?lam 3 bulan terakhir. Adapun kapitalisasi pasar INCO mencapai Rp41,53 triliun. 

Adapun dalah satu katalis positif INCO datang dari Danantara Indonesia yang tengah memacu pengembangan proyek nikel di Indonesia melalui kesepakatan kerja sama antara Danantara Investment Management dengan GEM Limited, perusahaan publik asal China. 

Baca juga: Emiten Tambang NCKL Akan Terbitkan 30 Persen Saham Baru

Kesepakatan tersebut menjadi kerangka kerja bagi potensi investasi bersama dalam pembangunan fasilitas peleburan High-Pressure Acid Leach (HPAL) berkapasitas 66.000 ton nikel dalam endapan hidroksida campuran (MHP) per tahun.

Proyek dengan nilai investasi US$1,42 miliar ini bakal melibatkan INCO dengan mitra global lainnya.

Sharon Natasha, Research Retail Analyst CGS International Sekuritas Indonesia, menyampaikan bahwa selain dipicu oleh aksi Danantara, sentimen positif INCO juga datang dari persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).
 
Persetujuan itu memungkinkan perseroan untuk menjual 2,2 juta ton bijih saprolite dari tambang Bahodopi, Sulawesi Tengah, mulai Juli 2025. Aksi tersebut juga diproyeksikan mendorong kinerja keuangan perseroan pada semester II/2025.

Baca juga: Rosan Targetkan Penambahan Saham Freeport 12 Persen


 “Artinya, ini ada potensi untuk kinerja INCO terdongkrak pada semester II/2025 karena didukung dari sisi penjualan bijih saprolite,” pungkas Sharon dalam acara Berita Tentang Saham (BTS) belum lama ini.

INCO mencatat peningkatan volume produksi pada triwulan II 2025 sebesar 12%.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved