Menginspirasi Lewat Aksi Sosial: Agus Sudibyo dan Peran Agen BRILink Bangun Toilet Desa
Agus Sudibyo sebagai Agen BRILink ikut menjadi agen perubahan dengan bakti sosial di desanya, ia juga menjadi tokoh inspiratif
“Mulanya jadi agen ditawari, banyak yang ga mau karena repot dan ribet, tapi saya coba dulu saja. Saat itu belum untung sampai sekitar setahun,” ujarnya mengenang awal perjuangannya.
Setelah sekitar setahun, bisnisnya mulai berkembang seiring dengan meningkatnya pemahaman masyarakat tentang fungsi dan manfaat agen BRILink.
“Masyarakat banyak yang belum tahu juga tentang agen BRILink, satu kecamatan saat itu cuman ada dua agen, makanya masyarakat masih awam," tukasnya.
Saat ini, Agus dapat memproses lebih dari 100 transaksi setiap bulan, dengan jenis transaksi yang paling sering dilakukan adalah pembayaran pulsa, listrik, angsuran pinjaman, serta transfer dan tarik tunai.
“Jadi tergantung tanggalnya, kalau tanggal 1-5 biasanya tarik tunai karena gajian. Lalu tanggal 20'an setor tunai, transfer untuk angsuran dan tagihan,” kata Agus.
Selain itu, Agus juga memanfaatkan peranannya sebagai agen BRILink untuk memperkenalkan produk pinjaman Ultra Mikro (UMi) BRI kepada masyarakat di desanya.
“Petani butuh modal karena setelah panen mau tanam lagi itu kadang bingung modal, nah UMi bisa diajukan lewat agen BRILink, terlebih syaratnya mudah dan tanpa jaminan kalau kenal tidak perlu survey lagi,” jelasnya.
Untuk memperkenalkan produk ini, Agus melakukan sosialisasi saat acara peringatan Hari Kemerdekaan di desanya, sehingga banyak warga yang akhirnya mendaftar dan mengajukan pinjaman UMi untuk modal pertanian mereka.
“Saat itu ada kegiatan Agustus'an saya sisipi ikut sosialisasi di desa kan ramai orang pada kumpul, dari itu banyak yang tahu kemudian tanya-tanya lalu daftar ke saya dan mengumpulkan persyaratan,” tambah Agus.
Agus juga menjelaskan bahwa produk pinjaman BRI lainnya, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), sangat membantu usaha kecil seperti toko miliknya.
“Saya ajukan KUR dua tahun, itu satu tahun sudah saya lunasi untuk kebutuhan lain,” ujarnya.
Pada 2018, Agus mengajukan pinjaman KUR sebesar Rp 15 juta yang digunakan sebagai dana cadangan untuk pengembangan usaha, dan ia berhasil melunasinya dalam waktu satu tahun.
Keberhasilan Toko Indra Prasta tidak hanya terletak pada penjualannya, tetapi juga pada peranannya yang aktif dalam menyediakan layanan keuangan yang mempermudah masyarakat desa, sekaligus membantu mengurangi ketergantungan pada rentenir.
“Rentenir bagi warga desa sangat memberatkan melalui tingginya bunga pinjaman. Bunga pinjaman rentenir bisa sampai 10 persen, berbanding 6 persen bunga yang disajikan oleh UMi BRI,” jelas Agus.
Dengan bunga pinjaman yang lebih ringan, yakni 6 persen untuk UMi, dibandingkan dengan bunga tinggi yang ditawarkan oleh rentenir yang bisa mencapai 10%, Agus merasa produk perbankan BRI memberikan manfaat besar bagi warga desa.
Toko Indra Prasta kini menjadi salah satu tempat yang sangat dibutuhkan di desa tersebut, tak hanya untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga sebagai sarana untuk mengakses layanan keuangan yang aman dan terpercaya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.