Minggu, 5 Oktober 2025

Menteri Trenggono: Pembangunan Tanggul Laut Raksasa Pantura Perhatikan Aspek Ekologi

Sakti Wahyu Trenggono meminta agar pembangunan Tanggul Laut Raksasa atau Giant Sea Wall di Pantura Jawa bisa memperhatikan aspek ekologi.

TRIBUNCIREBON.COM/HANDHIKA RAHMAN
ilustrasi. Kondisi Pantai Karangsong Indramayu akibat banjir rob 

Skema pendanaan melalui mekanisme Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, berdasarkan data dari Kementerian PUPR, sudah ada Project Management Office (PMO) untuk giant sea wall ini.

Adapun hal ini disampaikan Airlangga dalam seminar nasional bertajuk "Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa Melalui Pembangunan Tanggul Pantai Dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall)" di Jakarta, Rabu (10/1/2024).

"Fase A pembangunan tanggul pantai dan sungai dan sistem pompa dan polder. Ini di wilayah (Pesisir Utara) Jakarta," ujar Airlangga.

Kemudian, Fase B itu merupakan pembangunan tanggul laut dengan konsep terbuka di wilayah barat pesisir Utara Jakarta.

Fase B harus dikerjakan sebelum tahun 2030 dengan asumsi penurunan tanah/land subsidence tidak dapat dihentikan.

Berikutnya, kata Airlangga, adalah Fase C yang ada di wilayah timur pesisir Utara Jakarta. Ini harus dikerjakan sebelum 2040.

Catatan, apabila laju penurunan tanah tetap terjadi setelah 2040, maka konsep Tanggul Laut Terbuka akan dimodifikasi menjadi Tanggul Laut Tertutup.

"Dengan di-launching hari ini oleh Pak Menteri Pertahanan, mungkin ini kita integrasikan semua menjadi sistem yang terintegrasi dari barat sampai ke timur," ujar Airlangga.

"Seminar ini mudah-mudahan bisa di-kickoff supaya ini bisa skalanya kita perbesar dan lebih masif lagi dan ini adalah program yang sifatnya transformatif," lanjutnya.

Sebelumnya dalam kesempatan sama, Airlangga mengungkap bahwa banjir tahunan di wilayah pesisir Jakarta bisa merugikan Ibu Kota hingga Rp 2,1 triliun.

Awalnya, ia menjelaskan, Pulau Jawa yang merupakan penyumbang 57,12 persen PDB Nasional, mempunyai tantangan berat, yaitu erosi, abrasi, banjir, dan penurunan permukaan tanah.

"Penurunan permukaan tanah di Pantura itu satu sampai 25 cm per tahun. Kenaikan permukaan laut satu sampai 15 cm yang mengakibatkan [banjir] rob," kata Airlangga.

Ia lalu memaparkan studi milik JICA yang menunjukkan bahwa pertumbuhan di kawasan Pantura itu 20 persen dari GDP Indonesia.

Hal itu merupakan buah dari kegiatan industri, perikanan, transportasi, dan pariwisata yang terjadi di situ.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved