Tribunners / Citizen Journalism
Moderasi Beragama, Alternatif Jalan Tengah Atasi Intoleransi, Ekstremisme, dan Radikalisme
Intoleransi, ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme merupakan faktor-faktor penghambat pencapaian Visi Indonesia Emas 2045 tersebut.
Moderasi Beragama, Alternatif Jalan Tengah Atasi Intoleransi, Ekstremisme, dan Radikalisme
(Sebuah tinjauan dalam Perspektif Ilmu Kepolisian)
Oleh: AKBP James Hasudungan Hutajulu
NEGARA Indonesia yang berlatar belakang heterogen telah mewariskan kebhinekaan dan keberagaman yang terbentang dari ujung Sumatera sampai Papua sebagai suatu kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya.
Terdiri dari 17.508 kepulauan, 1.340 suku bangsa, 718 bahasa daerah, 187 aliran kepercayaan, dan 6 agama serta banyak lagi kekayaan yang lainnya akan menjadi suatu kekuatan yang sangat besar jika dikelola dengan baik bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Namun sebaliknya, jika tidak dikelola dengan baik justru akan menjadi “elemen destruktif” yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Bapak-bapak pendiri bangsa kita atau “founding fathers” kita telah sepakat dan final mengenai konsep ke-Indonesia-an dengan 4 (empat) konsensusnya yaitu: Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara; UUD 1945 sebagai konstitusi negara; Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara; dan NKRI sebagai bentuk negara Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara menjadi ideologi pengikat Bangsa Indonesia.
Dalam implementasinya saat ini, Pancasila setidaknya mempunyai peran antara lain: Pancasila sebagai penyaring dari arus globalisasi, nilai-nilai Pancasila dihayati dan diwujudkan dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai anak bangsa, kita mempunyai adat istiadat dan peraturan sendiri untuk berada di Indonesia, dan generasi saat ini harus memelihara serta mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Visi Indonesia Emas 2045 yaitu menjadi Negara yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur harus dapat kita perjuangkan dengan dukungan dari kemajemukan dan kebhinekaan yang kita miliki.
Walaupun tidak mudah untuk menggapainya karena ada faktor-faktor lain yang tentu menjadi penghambatnya.
Intoleransi, ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme merupakan faktor-faktor penghambat pencapaian Visi Indonesia Emas 2045 tersebut.
Pandangan yang sempit atas suatu paham atau agama akan melahirkan ekstrimisme, dimana sebagai suatu paham atau cara pandang, ekstrimisme mencederai nilai luhur kemanusiaan, bertentangan dengan kesepakatan bersama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara serta melanggar ketentuan hukum yang menjadi panduan dalam bermasyarakat dan bernegara.
Ekstremisme tentunya akan melahirkan bibit intoleransi dan radikalisme.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Tim Reformasi Polri Dibentuk, SETARA Ingatkan Jangan Terjebak Isu Jabatan |
![]() |
---|
Reformasi Polri, Apa yang Diperbaiki? Aryanto Sutadi: Pengawasan Lemah, Harus Ada Pakta Integritas |
![]() |
---|
Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional |
![]() |
---|
SETARA: Reformasi Polri Harus Libatkan Publik, Bukan Sekadar Agenda Politik Pemerintah |
![]() |
---|
Haidar Alwi Institut Minta Tim Reformasi Polri Lebih Fokus pada Reformasi Kultural |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.