Tribunners / Citizen Journalism
Merger Indosat Ooredo Hutchison–XL Smart, Kenapa Tidak?
Industri telekomunikasi seluler Indonesia mencatat prestasi yang belum tentu terjadi di belahan dunia lain.
Performansi XL Smart dan IOH nyaris sama, pelanggan IOH 95,4 juta dengan lebar spektrum frekuensi mirip-mirip. IOH menguasai spektrum frekuensi selebar 135 MHz di rentang 850 MHz, 900 MHz, 1800 MHz dan 2100 MHz, setelah 10 MHz di rentang 2100 MHz dipenggal pemerintah saat merger.
XL Smart saat ini masih menguasai 152 MHz di rentang 850 MHz, 900 MHz, 1800 MHz, 2100 MHz dan 2300 MHz. Posisi spektrum pada akhir 2026 menjadi hanya 137 MHz karena selebar 2X7,5 MHz di rentang 900 MHz akan diambil pemerintah.
Spektrum emas
Spektrum frekuensi yang diambil itu akan dilelang, hasilnya masuk sebagai penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Target PNBP Komdigi tahun 2024 Rp 25,58 triliun, yang terdiri dari BHP (biaya hak penggunaan) frekuensi, BHP operator, PSO (public service obligation – kewajiban pemerintah memberi layanan setara), hasil lelang spektrum frekuensi dan beberapa lagi.
Setiap tahun sebagian dari hasil PNBP yang dipungut – Komdigi terbesar di antara kementerian lain – akan dikembalikan ke direktorat yang memungutnya, dibagikan ke semua pimpinan dan karyawan.
XL Smart berpotensi unggul dari IOH karena menguasai “frekuensi emas”, 2300 MHz ,yang membuat performasi bagus di kawasan bisnis yang padat pengguna. Cakupan spektrum 2300 MHz memang sempit sehingga jumlah BTS yang ditanam di satu kawasan harus lebih banyak dan rapat dibanding yang disediakan spektrum di bawahnya.
Kerapatan BTS membuat kapasitas tersedia jauh lebih besar, membuka potensi penambahan pelanggan baru. Sementara IOH hanya mengandalkan spektrum di 850 MHz, 900 MHz, 1800 MHz dan 2100 MHz.
Sebanyak 12.548 desa di Indonesia belum terjangkau sinyal seluler 4G, menurut laporan Databoks (2021), sementara menurut surveI APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) awal 2024, ada 57 juta warga belum dirambah internet. Di Jawa dan Sumatera, terlebih di Maluku, misalnya, ada kampung atau desa yang hanya dilayani Telkomsel, operator lain menganggap tidak menguntungkan karena penduduk tidak mampu memiliki ponsel.
Investor lupa menghitung, panggilan data dibayar penelepon dan yang ditelepon, selain ada pendapatan pasif ketika warga daerah semacam 3T menerima panggilan dari luar. Potensi daerah terisolir akan tumbuh begitu sarana komunikasi terbuka.
Integrasi BTS ditambah BTS baru berpotensi menambah jumlah pelanggan XL Smart yang otomatis men-generate kenaikan ARPU (average revenue per user – pendapatan rata-rata bulanan dari tiap pelanggan). ARPU XL Axiata tahun 2024 tercatat Rp 43.000, setelah jadi XL Smart bisa turun jadi Rp 41.000, diganduli ARPU Smartfren tahun 2024 yang sekitar Rp 29.000.
Ada pemikiran, daripada keduanya bertarung demi cuan yang jauh dari jangkauan, baikan mereka merger lagi. Kekuatan merger IOH dan XL Smart bisa mematahkan dominasi Telkomsel dengan jumlah pelanggan nyaris 200 juta.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.