Senin, 29 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Kisah Singapura: Negeri Mini, Prestasi Maksimal

melalui pendidikan berkualitas dan kepemimpinan visioner, Singapura menjelma sebagai salah satu kekuatan ekonomi

|
Editor: Eko Sutriyanto
dok pribadi
PENDIDIKAN SINGAPURA - Direktur Perkumpulan Strada dan Pemerhati Pendidikan Odemus Bei Witono 

Oleh : Odemus Bei Witono,  Direktur Perkumpulan Strada dan Pemerhati Pendidikan

TRIBUNNERS- Di tengah kawasan Asia Tenggara yang dipenuhi negara-negara berkembang dengan populasi besar dan sumber daya alam melimpah, berdiri satu negara kecil yang mencolok dalam hal kemajuan dan kemakmuran, yakni Singapura

Negara kota ini sering disebut sebagai "the little red dot" di peta dunia, namun dampaknya terhadap kawasan dan dunia jauh lebih besar dari ukurannya. Dengan populasi hanya sekitar 6 juta jiwa, Singapura telah menjadi bukti nyata bahwa ukuran wilayah dan jumlah penduduk bukan penentu mutlak keberhasilan suatu bangsa.

Justru, melalui pendidikan berkualitas dan kepemimpinan visioner, Singapura menjelma sebagai salah satu kekuatan ekonomi dan intelektual di dunia.

Salah satu pilar utama keberhasilan Singapura adalah investasinya secara luar biasa dalam sektor pendidikan. Dua universitas utamanya, National University of Singapore (NUS) dan Nanyang Technological University (NTU), secara konsisten menempati peringkat atas dalam daftar universitas terbaik dunia.

Dalam QS World University Rankings dan Times Higher Education, NUS dan NTU bersaing ketat dengan universitas-universitas top dunia seperti Harvard, Oxford, dan MIT. 

Pencapaian kampus terebut bukan terjadi secara kebetulan, melainkan hasil dari kebijakan strategis yang menyadari bahwa sumber daya manusia adalah aset paling berharga bagi negara yang miskin sumber daya alam ini.

Baca juga: Asa Sekolah Tanpa Kasta, Cerita Perjuangan Mulia Pendidikan Gratis Bagi Anak Kaum Papa

Kebijakan pendidikan Singapura menekankan pada mutu, meritokrasi, dan inovasi. Sejak usia dini, siswa diarahkan pada jalur pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan minat mereka. Sistemnya ketat, tapi sangat terstruktur dan jelas tujuannya. 

Pemerintah menyediakan dana besar untuk riset, pengembangan, dan kerja sama internasional. Maka tak heran, inovasi dan teknologi menjadi ujung tombak ekonomi Singapura, menjadikannya pusat keuangan, logistik, dan bioteknologi di Asia.

Namun keberhasilan pendidikan dan ekonomi Singapura tak lepas dari fondasi kokoh yang diletakkan oleh sang pemimpin, Lee Kuan Yew. Sosok ini adalah contoh nyata bagaimana kepemimpinan visioner, berani, dan tegas dapat mengubah nasib sebuah bangsa. 

Saat Singapura merdeka pada tahun 1965, banyak pihak meragukan masa depannya. Tidak punya sumber daya alam, dikelilingi oleh negara-negara besar, dan menghadapi konflik etnis serta pengangguran yang tinggi. Tetapi Lee Kuan Yew tidak tenggelam dalam pesimisme. Ia membawa visi bahwa Singapura akan menjadi pusat perdagangan dan keuangan dunia. Ia percaya bahwa disiplin, hukum yang kuat, anti-korupsi, dan pendidikan bermutu merupakan jalan untuk mencapainya.

Visi pembangunan Singapura yang dirintis oleh Lee Kuan Yew benar-benar terwujud dengan cepat dan mencengangkan dunia. Dalam waktu beberapa dekade, negara kecil yang dahulu dianggap tidak punya masa depan ini berhasil menempatkan dirinya sebagai salah satu negara paling maju di dunia, khususnya dalam hal ekonomi dan pendidikan. Berdasarkan data IMF tahun 2025, Produk Domestik Bruto (PDB) nominal Singapura diperkirakan mencapai US$ 564,77 miliar. 

Jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya yang hanya sekitar 6,04 juta jiwa, maka PDB nominal per kapita Singapura melampaui US$ 93.500. Angka ini bukan  sekadar mengindikasikan daya saing ekonomi tinggi, tetapi juga menunjukkan kualitas hidup yang jauh lebih baik bagi warganya jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan. 

Singapura tidak melulu mengandalkan sektor industri atau perdagangan konvensional, melainkan juga tumbuh melalui sektor jasa, keuangan, teknologi, dan pendidikan kelas dunia yang menopang pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan.

Kejutan semakin terasa ketika Singapura dibandingkan dengan negara-negara tetangganya di Asia Tenggara yang memiliki jumlah penduduk jauh lebih besar. Thailand, dengan PDB sebesar US$ 546,22 miliar dan populasi 65,9 juta jiwa, hanya mencatatkan PDB per kapita sekitar US$ 8.280. Filipina, yang berpenduduk 114,1 juta jiwa dengan PDB US$ 497,49 miliar, hanya mencapai PDB per kapita sekitar US$ 4.360. 

Halaman
12

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan