Tribunners / Citizen Journalism
Tragedi Rafah Tunjukkan Matinya Semua Perangkat Hukum Internasional di Jalur Gaza
Sekurangnya 45 orang tewas akibat pengeboman membabibuta yang membakar kamp pengungsi di dekat perbatasan Mesir-Jalur Gaza, Senin (27/5/2024).
Editor:
Setya Krisna Sumarga
Operasi militer digelar sejak beberapa waktu setelahnya, dan terus berlangsung tanpa jeda hingga hari ini.
Badan Kesehatan Palestina menyatakan, serangan bertubi-tubi Israel telah menewaskan sekurangnya 34.000 penduduk Palestina di Jalur Gaza maupun Tepi Barat.
Mayoritas korban perempuan, manula, dan anak-anak. Tak terhitung lagi kehancuran infrastruktur di Jalur Gaza.
Permukiman penduduk, sekolah, kampus, rumah sakit, tempat ibadah, pusat layanan kemanusiaan internasional dan badan PBB, diratakan tanah.
Israel berdalih penghancuran dilakukan untuk melumpuhkan infrastruktur bawah tanah yang digunakan Hamas.
Dunia internasional telah mengecam dan mengutuk kekejian Israel yang didukung penuh Washington dan sekutu baratnya.
PBB juga telah menyerukan penghentian perang. Namun berkali-kali resolusi penting untuk menghentikan kekerasan terganjal di Dewan Keamanan PBB.
Sekali lagi, instrumen hukum internasional benar-benar tidak berlaku di Jalur Gaza. Israel menutup mata atas semua tekanan dan upaya menegakkan tata aturan global.
Kejahatan mereka menemukan impunitas, karena mendapat perlindungan dari kekuatan super power.
Secara domestik Israel, sebenarnya muncul konflik tajam, antara pendukung kubu Netanyahu dan kelompok oposisi.
Namun, perbedaan itu tidak menyentuh substansi masalah, kecuali terjadi hanya karena perbedaan cara, pendekatan, dan sudut pandang menangani konflik dengan Palestina.

Liga Arab menghadapi problem klasik yang tak pernah terselesaikan, yaitu perbedaan sikap. Arab Saudi, sebagai kekuatan utama dunia Arab, tidak banyak suaranya.
Mereka hanya menegaskan, masalah Israel-Palestina tidak akan selesai jika tidak ada pengakuan atas eksistensi Palestina sebagai sebuah negara.
Seorang peneliti di Pusat Studi Konflik dan Kemanusiaan di Doha, Qatar, Mouin Rabbani, mengatakan Israel benar-benar telah melewati garis merah dengan menyerang Rafah.
Presiden AS Joe Biden pernah mengatakan, ia menolak operasi militer di Rafah, karena konsekuensi korban sipilnya bisa sangat mengerikan. Ini garis merah ala Biden.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kamp Pengungsi Rafah
Israel Bombardir Rafah
Israel Serang Kota Rafah
agresi Israel di Rafah
Israel Serang Rafah
Benjamin Netanyahu (PM Israel)
Josep Borrell
Uni Eropa
Presiden Prancis Emanuel Macron
Hamas Kecam Serangan Israel, Tuduh Netanyahu Abaikan Upaya Gencatan Senjata |
![]() |
---|
Netanyahu Galau, Masih Menimbang Usulan Gencatan Senjata 60 Hari Ketika Hamas Sudah Beri Lampu Hijau |
![]() |
---|
Zelensky Borong Senjata AS Senilai Rp1.459 Triliun Pakai Duit Eropa, Demi Jamin Keamanan Ukraina |
![]() |
---|
Drone Ukraina Serang Pipa Gas Rusia yang Pasok Kebutuhan Uni Eropa |
![]() |
---|
5 Negara Penghasil Gula Terbesar di Dunia: Brazil Urutan Pertama |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.