Tribunners / Citizen Journalism
Strategi Cegah Eskalasi Perang di Timur Tengah
Washington belum memberikan lampu hijau invasi darat Israel ke Jalur Gaza. Presiden AS Joe Biden akan lebih dulu ke Israel pekan ini.
Strategi yang kini terus dijalankan, selain reli diplomasi Menlu AS Antony Blinken, Pentagon menempatkan dua armada kapal induk ke Laut Mediterania.
Kapal induk USS Gerard Ford dan USS Dwight Eisenhower membawa ratusan jet tempur, helikopter, pesawat intai, dan ribuan tentara.
Marinir AS menempatkan 2.000 prajuritnya di lepas pantai Israel, di kapal perang USS Bataan. Ini pasukan khusus Ekspedisi Marinir 26 yang sangat berpengalaman di berbagai medan perang.
Kehadiran armada tempur AS ini memberi sinyal langkah mereka mencegah perluasan konflik baik di perbatasan Israel-Lebanon dan perbatasan Israel-Suriah.

Unjuk kekuatan ini juga jadi strategi menangkal kemungkinan terjunnya Iran ke kancah pertempuran terbuka di front Gaza dan sekitarnya.
Posisi dua armada kapal induk yang kini parkir di bagian timur Laut Tengah membuat jet-jet tempur AS dengan mudah menjangkau wilayah Iran, Irak, Suriah, dan kemungkinan di Sinai, Mesir.
Belum lagi kekuatan kapal perusak dan penjelajah serta kapal selam yang menyertai dua kapal induk tadi yang umumnya dibekali rudal-rudal jelajah tercanggih.
Sebagai penyokong utama Israel, AS punya alasan kuat untuk terlibat dalam konflik Israel-Hamas kali ini.
Sebab ada belasan pemegang paspor AS yang turut ditewaskan petempur Hamas saat serangan 7 Oktober 2023. Sebagian warga AS juga disandera di Gaza oleh Hamas.
Oleh sebab itu, membayangkan konflik Israel-Hamas akan berkembang jadi perang besar di Timur Tengah, untuk sementara ini agaknya masih bisa diredam.
Bahwa Israel akan menggempur wilayah utara Gaza untuk menciptakan perimeter aman di perbatasan mereka, hanya soal waktu.
Tapi operasinya mungkin akan diturunkan dari skala kerusakan total menjadi level menghancurkan terbatas dan jangka panjang.
PM Benyamin Netanyahu di pernyataan terbarunya menegaskan perang melawan Hamas akan berlangsung lama sampai kelompok itu dilenyapkan kekuatan tempurnya.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana dengan sikap negara-negara Arab? Arab Saudi secara tersirat menunjukkan keengganannya terlibat masalah ini.
Ini ditunjukkan saat Menlu AS Antony Blinken terpaksa menunggu semalaman di Riyadh hingga bisa diterima Pangeran Mohammad bin Salman.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Konflik Israel-Hamas
Perang Hamas-Israel
Jalur Gaza
Tepi Barat
hezbollah lebanon vs israel
Lebanon
Serangan Israel ke Jalur Gaza
Lebanon Gambaran Nyata Lawan Timnas Indonesia di Ronde 4: Kasar dan Banyak Drama |
![]() |
---|
Timnas Indonesia Tak Bisa Cetak Gol ke Gawang Lebanon, Patrick Kluivert Bakal Evaluasi Hal Ini |
![]() |
---|
Timnas Indonesia harus Belajar dari Malaysia, Pernah Permalukan Lebanon di Final Piala Merdeka |
![]() |
---|
Kronologi Suporter Timnas Indonesia Meninggal saat Laga kontra Lebanon |
![]() |
---|
Komentar Patrick Kluivert setelah Timnas Indonesia Gagal Menang Lawan Lebanon di FIFA Matchday |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.