Tribunners / Citizen Journalism
Strategi Cegah Eskalasi Perang di Timur Tengah
Washington belum memberikan lampu hijau invasi darat Israel ke Jalur Gaza. Presiden AS Joe Biden akan lebih dulu ke Israel pekan ini.
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Invasi darat yang semula menggebu hendak digelar militer Israel sampai Selasa (17/10/2023) belum juga dimulai.
Jumat (13/10/2023) pagi waktu setempat, ultimatum agar warga di bagian utara Gaza pergi sudah disebarkan dan berlaku 24 jam.
Namun hingga batas waktu 24 jam berakhir, serangan darat skala besar yang semula dikhawatirkan memicu bencana besar, tidak juga digelar.
Militer Israel beralasan karena faktor cuaca. Badai dan hujan besar memang terjadi di pesisir Laut Tengah di Israel dan menimbulkan banjir di Tel Aviv.
Namun, diyakini ada faktor lebh besar yang mencegah invasi darat dimulai. Washington belum memberi lampu hijau.
Menlu AS Antony Blinken di saat bersamaan maraton menemui PM Israel, Raja Abdullah dari Yordania, Pangeran Mohammad bin Salman di Riyadh, Sheikh Uni Emirat Arab, Preiden Mesir Al Sisi, Sheikh Qatar, da kembali lagi ke Israel bertemu Benyamin Netanyahu.
Reli lobi ini dilakukan Blinken guna menciptakan kondisi terbaik jika Israel tetap menggelar serangan darat ke Gaza.
Baca juga: Siapa Bisa Cegah Eksodus dari Jalur Gaza?
Baca juga: Skenario Terburuk, Jalur Gaza Jatuh ke Tangan Israel
Baca juga: Skenario Konflik Sesudah Serbuan Hamas 7 Oktober 2023
Pekan ini, Presiden AS Joe Biden akan berkunjung ke Yerusalem dan Yordania. Kunjungan Biden ini otomatis akan mempengaruhi jalannya invasi darat Israel.
Kecil kemungkinan Israel memulai operasi darat sementara mereka menerima kunjungan Biden yang sudah pasti menuntut terciptanya situasi keamanan paling tinggi.
Jadi rencana besar Israel meratakan wilayah utara Gaza dan memusnahkan kelompok Hamas tetap tergantung sejumlah faktor.
Persetujuan AS paling menentukan, karena dampak operasi itu pasti tidak hanya akan dirasakan Israel dan wilayah sekitar.
Pasti akan berdampak global, dan Washington memiliki kepentingan untuk tetap membuat perimbangan secara internasional.
Reaksi global kalangan Islam terhadap konflik terbaru Hamas-Israel dan dampaknya yang menimbulkan penderitaan hebat warga Palestina, sangat kuat.
Ini yang sedang dihitung pemerintah dan intelijen AS. Eskalasi konflik Hamas-Israel bisa meledak jadi kekerasan global jika AS membiarkan Israel melakukan pembersihan massal ke Gaza.
Reaksi Iran dan kelompok Hezbollah Lebanon mencerminkan suasana dan kemungkinan pertempuran akan meluas ke segala arah.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Konflik Israel-Hamas
Perang Hamas-Israel
Jalur Gaza
Tepi Barat
hezbollah lebanon vs israel
Lebanon
Serangan Israel ke Jalur Gaza
Lebanon Gambaran Nyata Lawan Timnas Indonesia di Ronde 4: Kasar dan Banyak Drama |
![]() |
---|
Timnas Indonesia Tak Bisa Cetak Gol ke Gawang Lebanon, Patrick Kluivert Bakal Evaluasi Hal Ini |
![]() |
---|
Timnas Indonesia harus Belajar dari Malaysia, Pernah Permalukan Lebanon di Final Piala Merdeka |
![]() |
---|
Kronologi Suporter Timnas Indonesia Meninggal saat Laga kontra Lebanon |
![]() |
---|
Komentar Patrick Kluivert setelah Timnas Indonesia Gagal Menang Lawan Lebanon di FIFA Matchday |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.