Kamis, 2 Oktober 2025

Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI

Penjelasan Polda Jabar, Mahasiswa Unisba, dan Dedi Mulyadi soal Gas Air Mata Masuk Area Kampus

Berikut penjelasan sejumlah pihak terkait insiden gas air mata masuk area Kampus Unisba.

Editor: Nuryanti
TribunJabar.id/Hilman Kamaludin
GAS AIR MATA - Situasi Kampus Unisba, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (2/9/2025). Berikut penjelasan sejumlah pihak terkait insiden gas air mata masuk area Kampus Unisba. 

TRIBUNNEWS.COM - Ramai menjadi perbincangan, tembakan gas air mata yang mengarah ke area Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba), Kota Bandung, Jawa Barat.

Peristiwa itu terjadi di sekitar Kampus Unisba dan Universitas Pasundan (Unpas) di Jalan Tamansari, Kota Bandung, Senin (1/9/2025).

Pihak kepolisian mengklaim ada provokator dalam insiden itu, dan membantah menembakkan gas air mata ke arah kampus.

Polda Jabar menyebut, gas air mata itu ditembakkan ke arah jalan, namun tertiup angin hingga ke arah Kampus Unisba.

Namun, mahasiswa Unisba menyebut, mereka didatangi segerombolan polisi dan TNI secara tiba-tiba, kemudian menembakkan gas air mata.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menduga ada penyusup dalam insiden tersebut.

Berikut pernyataan sejumlah pihak terkait gas air mata masuk area Kampus Unisba:

1. Polda Jabar

Polda Jabar menjelaskan, insiden itu terjadi pada Senin menjelang dini hari di sekitar Kampus Unisba.

Saat itu, Polda Jabar tengah menggelar patroli di beberapa titik berdasarkan informasi intelijen maupun laporan dari masyarakat.

Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Hendra Rochmawan mengatakan, patroli itu dilakukan oleh TNI-Polri dalam skala besar.

Baca juga: Fakta-fakta soal Gas Air Mata di Area Unisba, Polisi Sebut Tertiup Angin, Mahasiswa Beri Penjelasan

Saat tim patroli tiba di Jalan Tamansari, mereka menemukan tumpukan batu, kayu, dan bakar-bakaran ban.

Hendra menyebut, saat bersamaan, muncul sekelompok orang berpakaian serba hitam. Kelompok ini disebutnya sebagai pemicu kericuhan.

"Saat yang sama, muncul sekelompok orang berpakaian hitam. Mereka inilah awalnya yang menutup jalan."

"Dan membuat blokade di Tamansari sambil melakukan tindakan kerusuhan," katanya saat dikonfirmasi TribunJabar.id, Selasa (2/9/2025).

Kabid Humas menjelaskan, kelompok tersebut secara khusus merancang skenario provokatif dengan tujuan memancing petugas agar mundur ke arah Kampus Unisba, sehingga seolah-olah aparat menyerang kampus.

"Namun, kami tetap tenang dan tak terpancing dengan skenario mereka. Kami lakukan penyisiran sepanjang jalan. Mereka berbaju hitam ini melakukan provokasi dari dalam kampus Unisba," ungkapnya.

Hendra memaparkan, kelompok itu melemparkan bom molotov ke arah tim patroli, kendaraan roda dua dan roda empat, termasuk mobil rantis Brimob.

Menyikapi hal itu, tim menembakkan gas air mata ke arah jalan raya, namun tertiup angin hingga ke arah parkiran Unisba.

"Inilah yang kemudian dijadikan bahan provokasi oleh kelompok mereka untuk membenturkan mahasiswa dengan petugas."

"Mereka membuat framing di media sosial melalui akun-akun mereka bahwa petugas masuk ke kampus, membawa senjata peluru karet, dan menembakkan gas air mata. Semua itu adalah hoaks," tandasnya.

Faktanya menurut Hendra, di lapangan tidak ada satu pun petugas yang masuk ke area kampus dan tidak ada aparat yang membawa senjata tajam.

Disebutkan, jarak petugas dengan Kampus Unisba lebih dari 200 meter.

"Tidak ada pula tembakan flash bomb yang diarahkan ke kampus, semuanya diarahkan ke jalan raya, tempat kelompok berpakaian hitam berkumpul dan melakukan pembakaran serta menghadang jalan," ujarnya.

2. Versi Mahasiswa Unisba

Baca juga: Kronologi Unisba-Unpas: Yang Masuk Bukan Aparat, Kampus Tegas Tolak Anarkisme

Presiden Mahasiswa (Presma) Unisba, Kamal Rahmatullah menuturkan, peristiwa itu terjadi sekira pukul 23.30 WIB.

Saat itu, sejumlah mahasiswa tengah beristirahat di depan kampus, tiba-tiba datang segerombolan polisi dan TNI.

"Mereka tiba-tiba menyerang ke arah bawah, otomatis (mahasiswa) berlarian ke dalam."

"Akhirnya ketika semua sudah masuk ke dalam, ada yang menembakan gas air mata," ujarnya saat ditemui TribunJabar.id di Kampus Unisba, Selasa.

Dia mengatakan, polisi melakukan penembakan gas air mata dengan jarak kurang lebih 2 meter dari gerbang kampus.

KERICUHAN UNISBA - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, datang ke kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) di Jalan Tamansari, Kota Bandung, Jawa Barat (Jabar), Selasa (2/9/2025).
KERICUHAN UNISBA - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, datang ke kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) di Jalan Tamansari, Kota Bandung, Jawa Barat (Jabar), Selasa (2/9/2025). (TribunJabar.id/Nazmi Abdurrahman)

Hal itu menyebabkan sejumlah mahasiswa mengalami sesak napas dan ada juga yang mengalami luka-luka.

"Polisi bergerak ke arah kampus hingga menyebabkan ada satpam yang terluka dan ada beberapa mahasiswa yang sesak napas akibat gas air mata," kata Kamal.

3. Versi Keamanan Unpas

Kanit Keamanan Unpas, Rosid menuturkan, saat itu, polisi hanya membubarkan kerumunan di sekitar Jalan Tamansari sambil melakukan sweeping setelah adanya aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Jabar.

"Dia (polisi) mengetahui di sini ada kumpulan lebih banyak karena titik kumpulnya di sini, mungkin sudah ada yang melihat juga, ada info juga ke polisi, masih banyak yang kumpul di sini," ucap Rosid.

Saat itu, pihaknya langsung membuka gerbang untuk menampung peserta aksi yang berdatangan ke Jalan Tamansari karena mereka ingin menyelamatkan diri.

"Di sini saya membuka gerbang perintah pimpinan, kan kemanusiaan."

"Dibuka saja gak apa-apa, tapi yang datang bukan korban saja karena dipukul mundur dari Gasibu arahnya kan arahnya ke sini ke Dago, Sulanjana," tuturnya.

4. Dedi Mulyadi Duga Ada Penyusup

Pasca-insiden itu, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mendatangi Kampus Uniba, Selasa (2/9/2025), untuk memastikan kondisi mahasiswa.

Ia juga sekaligus mencari informasi terkait kejadian dugaan penembakan gas air mata di area Kampus Unisba oleh aparat kepolisian.

Dedi pun mengaku sudah mendapatkan penjelasan dari pihak kampus, baik dari rektor maupun mahasiswa.

Mantan Bupati Purwakarta itu menduga, ada kelompok luar yang menyusup dan ingin memperkeruh suasana.

Sebab, aksi damai di depan Kantor DPRD Jabar sudah selesai sekira pukul 17.00 WIB. Setelahnya, mahasiswa kembali ke kampus.

Namun, lanjutnya, di luar kampus ada upaya pengadangan yang dilakukan oleh kelompok tak dikenal.

Dedi menyebut, segala kemungkinan terkait adanya penyusup bisa terjadi karena peristiwa berlangsung saat malam hari.

"Kita tidak bisa menjelaskan karena saya kan bukan penyidik yang bisa mengidentifikasi. Tetapi kemudian terjadilah konflik di jalan itu."

"Segala kemungkinan akan terjadi karena waktunya malam hari, kemudian kedua belah pihak sama-sama sudah lelah sampai malam," ujarnya, dikutip dari TribunJabar.id.

Orang nomor satu di Jawa Barat itu juga telah berkomunikasi dengan Kapolda Jabar terkait kejadian tersebut.

Menurut penjelasan Kapolda, saat patroli gabungan TNI-Polri ada pihak yang melempari patroli dengan bom molotov.

"Sehingga karena dilempari oleh bom molotov, tentunya kan ada perlawanan yang dengan membubarkan kumpulan mereka agar jalan segera dibuka dan digunakan untuk umum," urainya.

5. Pernyataan Sikap Mahasiswa Unisba

Usai insiden tersebut, mahasiswa Unisba menyampaikan pernyataan sikap mereka.

Berikut poin-poinnya:

  • Mengutuk keras tindakan represif dan tidak berperikemanusiaan aparat TNI dan Polri dalam lingkungan kampus.
  • Kampus merupakan ruang aman dan bebas dari kekerasan negara.
  • Menuntut pertanggungjawaban kepada Kapolda Jabar, Pangdam III/Siliwangi dan aparat terkait insiden tersebut.
  • Mendesak Komnas HAM, Ombudsman dan lembaga perlindungan saksi dan korban segera turun tangan menyelidiki insiden tersebut.
  • Unisba akan menempuh langkah hukum dan menggalang solidaritas nasional untuk melawan praktik militaristik.

Presma Unisba, Kamal Rahmatullah menegaskan, area kampus harusnya bebas dari intervensi aparat bersenjata.

"Itu sebuah wilayah yang secara hukum seharusnya steril dari intervensi aparat bersenjata, aparat dengan perlengkapan lengkap menyerang secara membabi buta," tegasnya.

Kamal menyebut, tindakan tersebut melanggar otonomi kampus Pasal 13 Ayat 2, Nomor 12 Tahun 2012 tentang pendidikan perguruan tinggi yang memiliki otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan, termasuk menjaga kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik.

"Masuknya aparat tanpa izin ke dalam kampus adalah bentuk perampasan hak otonom kampus."

"Yang kedua pelanggaran hak asasi manusia Pasal 28 Undang-undang 1945 menjamin hak atas rasa aman serta kebebasan berkumpul," bebernya.

Lebih lanjut, Kamal menjelaskan, serangan brutal aparat merupakan pelanggaran nyata terhadap konstitusi Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM), khususnya Pasal 30 yang melarang aparat melakukan tindakan sewenang-wenang yang mengancam keselamatan jiwa warga negara.

"Yang ketiga tindakan melawan hukum oleh aparat penembakan terhadap mahasiswa tidak dapat dibenarkan dalam kondisi aksi damai."

"Ini merupakan dugaan tindak pidana penganiayaan sebagai diatur dalam pasal 351 KUHP, dan pelanggaran kewenangan aparat sebagaimana diatur dalam undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian," tandasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Pernyataan Sikap Mahasiswa Unisba Usai Demo Ricuh Berujung Tembakan Gas Air Mata di Sekitar Kampus

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunJabar.id/Hilman Kamaludin/Nazmi Abdurrahman)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved