Minggu, 5 Oktober 2025

Jokowi Tak Komentari Gugatan Esemka, Aufaa Luqmana Bawa Mobil Bima ke PN Solo

Satgas Pangan Polri pastikan stok beras aman, imbau warga tak panic buying soal isu oplosan, dan dorong penyesuaian harga.

Editor: Glery Lazuardi
TRIBUNSOLO.COM/Ahmad Syarifudin 
MOBIL ESEMKA - Penggugat Mobil Esemka Aufaa Luqmana Re A akhirnya membeli mobil Esemka jenis Bima Pickup yang diinginkannya dalam kondisi second produksi tahun 2018 setelah tak berhasil mendapatkannya baru dari pabrik. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, merespons singkat soal langkah hukum pemuda 19 tahun asal Solo, Aufaa Luqmana, yang menggugat dirinya, Wakil Presiden Ma’ruf Amin, dan PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) terkait keberadaan mobil Esemka.

Aufaa menjadi sorotan publik setelah menggugat ketiganya melalui gugatan wanprestasi di Pengadilan Negeri (PN) Kota Solo, Jawa Tengah, dalam perkara bernomor 96/Pdt.G/2025/PN Skt.

Ia menilai, masyarakat kesulitan memperoleh mobil Esemka baru di pasaran.

Pada Rabu (30/6/2025), Aufaa membawa satu unit mobil Esemka Bima ke PN Solo sebagai bagian dari alat bukti untuk memperkuat gugatannya.

Menanggapi aksi tersebut, Jokowi menolak berkomentar banyak.

"Ya itu kalau dari sisi legal standing-nya saya kira diikuti saja lah. Karena sudah dalam proses hukum. Kita nggak boleh komentar terlalu jauh," ujar Jokowi di kediamannya, Jumat (1/8/2025).

Baca juga: Gugatan Wanprestasi ke Jokowi Berlanjut, Ini Sejarah Awal Mobil ESEMKA

Aufaa menjelaskan bahwa ia berusaha membuktikan bahwa mobil Esemka memang ada, tetapi sulit diakses masyarakat secara umum.

“Kami benar-benar berusaha membuktikan bahwa mobil Esemka itu memang ada, tapi sulit diakses oleh masyarakat,” katanya di PN Solo.

Ia memperoleh unit Esemka Bima bekas melalui marketplace media sosial. Mobil tersebut dibeli dari seorang pemilik di Jakarta dengan harga Rp 45 juta, setelah ditawar dari harga awal Rp 50 juta.

“Kami beli sendiri, second, bukan dari PT SMK,” ujarnya.

Setelah membeli mobil, Aufaa mendatangi pabrik SMK di Boyolali untuk melakukan servis.

Namun, ia mengaku tidak bisa membeli unit baru karena pabrik sudah tidak melayani penjualan.

“Saya bawa ke pabrik SMK, mereka bersedia servis tapi tidak menjual unit. Biaya servis Rp 415.000. Dari situ saya tahu bahwa SMK memang masih buka layanan servis, tapi tidak ada kegiatan produksi atau penjualan mobil,” jelasnya.

Menurut Aufaa, kondisi ini memperkuat gugatannya bahwa produksi massal dan distribusi mobil Esemka tidak berjalan sebagaimana mestinya.

“Kita ingin tunjukkan ke hakim, ini bukan sekadar gugatan tanpa dasar. Mobilnya ada, tapi SMK-nya tidak bisa melayani penjualan. Harapan saya dari awal kan beli baru langsung dari pabrik, bukan cari second,” tegasnya.

Baca juga: Bukan Esemka, Ada Proyek Mobil Nasional Mejeng di GIIAS 2025, Tapi Lokasinya Agak Tersembunyi

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved