Tiga Ruang Kelas MI Cicangkanghilir Ambruk
Tiga ruang kelas Madrasah Ibtidaiyah (MI) Cicangkanghilir yang terletak di RT 02/01,
"Kami tidak mau membahayakan keselamatan siswa, sehingga dua ruang tak lagi digunakan karena kondisinya yang sangat mengkhawatirkan. Kalau ambruk lagi gimana," jelas Sutiawan.
Dua ruang kelas yang biasa digunakan siswa kelas 5 dan 6 itu kondisinya memang tak jauh dari tiga ruang kelas yang sudah lebih duluan ambruk. Selain tiang-tiang serta kayunya sudah keropos dimakan usia, kelas yang dibangun tahun 1975 itu pun sudah ditopang belasan kayu pada bagian atapnya karena sudah menggelayut seperti mau ambruk.
"Mungkin untuk sementara menggunakan rumah warga dulu. Mau gimana lagi, tidak ada ruangan kelas yang bisa digunakan lagi," ujar tenaga honorer yang telah mengabdi sejak 1989 di MI tersebut.
Tak hanya itu, sejak lama untuk kantor sekolah dan ruang guru pun terpaksa harus menumpang di rumah warga karena takada lagi ruangan kosong yang dapat digunakan. Bahkan, kata dia, di ruamh warga yang dipinjam jadi ruang guru itu tak ada meja atau pun kursi untuk duduk para guru.
"Kalau rapat sekolah kami hanya duduk bersila di karpet karena enggak ada meja dan kursi," tambahnya seraya mengatakan jika melihat jumlah siswa yang setiap tahunnya selalu membeludak, idealnya terdapat 12 ruangan termasuk untuk kantor, ruang guru dan perpustakaan.
Ia menambahkan sebelum tiga ruang kelas itu ambruk, kata dia, pihak sekolah terpaksa membatasi penerimaan siswa saat dibukanya pendaftaran siswa baru tahun lalu karena minimnya ruang kelas yang dimiliki sekolah tersebut. Padahal, kata dia, jumlah orangtua yang ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah itu sangat banyak. Terlebih, sekolah itu merupakan MI satu-satunya di Desa Cicangkanghilir.
"Kami sudah melaporkan ambruknya bangunan sekolah kami ke Kementerian Agama KBB. Mudah-mudahan segera ada realisasi dan segera dibangunkembali. Kasihan anak-anak," jelas dia.
Salah seorang orangtu siswa, Elih Nursa'adah (40) mengaku sangat khawatir ketika meninggalkan anaknya saat bersekolah. Pasalnya menurut dia, secara kasat mata saja kondisi bangunan tak layak dipakai untuk belajar.
"Langit-langit kelas anak saya saja sudah ditopang bambu karena khawatir akan ambruk. Mudah-mudahan segera dibangun lagi, jangan menunggu kelas lain ambruk lagi," kata Elih.
Dikatakannya, sejak awal anaknya bersekolah di MI tersebut hingga anaknya kini sudahduduk di kelas 4, sekali pun belum pernah ada perbaikan. Tidak hanya bagian atap kelas, dinding yang terbuat dari batako pun di beberapa bagian sudah bolong dengan tembok yang sudah terkelupas. Meja dan kursi pun tampak sudah reyot sehingga membuat para peserta didik menjadi tidak nyaman.
"Enggak enak, takut ambruk kelasnya. Kalau lagi belajar juga enggak tenang. Pengennya segera dibangun lagi sekolahnya," ujar seorang siswa, Dadan (10) dalam bahasa Sunda.
Kepala Kantor Kementrian Agama KBB, Imron Rosyadi mengaku pihaknya sudah mendengar kejadian tersebut. Namun, kata dia, pihaknya belum menerima laporan secara tertulis mengenai ambruknya tiga ruang kelas dari pihak sekolah.
"Kalau laporan tertulis belum kami terima. Harus ada laporan tertulisnya, sebab itu untuk bahan untuk laporan ke kanwil agar bisa segera ditangani," kata Imron saat dihubungi melalui ponselnya, semalam.
Ia berjanji, jika laporan tertulis daripihak sekolah telah diterima, ia akan langsung melaporkannya ke kanwil dan pusat agar segera ditangani dan terakomodir bantuan paling lambat tahun depan. Sebab menurut dia, untuk MI swasta itu penanganannya selain oleh Kemenag bisa juga oleh Pemda, dan juga peran serta masyarakat.
Baca juga:
- Penumpang Kapal Meninggal Mendadak
- Pembangunan Jalan PDAM Bandung Dihentikan
- Acara Undian Cagub-cawagub Jabar Habiskan Duit Rp 1 M
- Siap Kalah Siap Menang