Minggu, 5 Oktober 2025

Krisis Plastik Ancam Asia Tenggara, Pemerintah dan Swasta Bergandeng Atasi Sampah

Dalam case penanggulanngan sampah perlu menguatkan kemitraan lintas sektor serta mendorong pembiayaan sirkular, Termasuk dari Pemerintah dan swasta.

Pexels.com
DAUR ULANG SAMPAH -  PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menunjukkan kontribusinya melalui program Plastic Waste Circularity & Upcycling, yang sukses meraih penghargaan dalam CSR Awards 2025 yang diselenggarakan Investortrust.id di Jakarta, Selasa (30/9/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Krisis sampah plastik kini menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan lingkungan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat, Indonesia menetapkan target ambisius: mengurangi limbah plastik hingga 50 persen pada 2025 dan memastikan 100 persen sampah terkelola pada 2029.

Target ini bukan hanya angka, tetapi representasi dari hak konstitusional warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagaimana diamanatkan Pasal 28H Ayat 1 UUD 1945.

Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah menekankan pentingnya kolaborasi lintas negara, pemanfaatan teknologi modern, serta inovasi pengelolaan sampah yang lebih efektif.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Faisal Malik Hendropriyono, menegaskan bahwa sinergi antarnegara ASEAN menjadi kunci dalam mendorong pembangunan berkelanjutan di kawasan.

“Kami mengajak seluruh negara ASEAN untuk bersinergi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,” ujarnya di sela ajang Pameran Indo Water, Indo Waste & Recycling, Indo Renergy & Electric, Indonesia International Smart City 2025 Expo & Forum di Jakarta, baru-baru ini.

Menurut Diaz, teknologi yang dipamerkan dalam forum tersebut mampu memberi solusi konkret bagi pemerintah daerah, pengelola TPA, hingga pelaku industri daur ulang.

Ia mendorong kepala daerah, mulai dari bupati hingga wali kota, untuk aktif mencari inspirasi agar daerah tidak mendapat predikat kota kotor dalam evaluasi akhir tahun.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), Christine Halim, menyebut perlunya menguatkan kemitraan lintas sektor serta mendorong pembiayaan sirkular dalam case penanggulanngan sampah.

Menurutnya, inovasi teknologi daur ulang adalah jawaban atas keterbatasan metode konvensional yang semakin sulit diandalkan.

Pengelolaan sampah plastik juga dirasa merupakan langkah yang tepat karena plastik adalah objek diam yang tidak punya kaki untuk berpindah tempat atau berniat mencemari lingkungan.

Baca juga: Danau-danau Indonesia Terancam: Menteri LH Soroti Ikan Invasif dan Sampah Wisata

"Diperlukan program edukasi dan budaya di masyarakat untuk pengumpulan, pemilahan dan pembuangan sampah plastik pada tempatnya," papar Christine.

Peran Sektor Swasta

Tak hanya pemerintah dan asosiasi, sektor swasta juga mengambil peran penting dalam rangka menanggulangi krisis sampah plastik.

PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menunjukkan kontribusinya melalui program Plastic Waste Circularity & Upcycling, yang sukses meraih penghargaan dalam CSR Awards 2025 yang diselenggarakan Investortrust.id di Jakarta, Selasa (30/9/2025).

Program ini berfokus pada pengelolaan limbah plastik menjadi produk bernilai tambah sekaligus mendorong ekonomi sirkular. Inisiatif tersebut dianggap mampu memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved